KH. Salahuddin Wahid dan beberapa ulama dalam seminar di Kalikajar Kulon, Paiton, Probolinggo pada Selasa (01/01/2019) yang diadakan oleh Autada (Aliansi Ulama Ahlussunnah wal Jamaa’ah Tapal Kuda).


Tebuireng.online— Islam memiliki banyak aliran, bahkan juga sekte seperti Syiah dan Ahmadiyah. Ahlussunnah Waljama’ah pun memiki banyak sekali perbedaan, seperti dalam menfsirkan Al Quran dan pandangan akidahnya juga berbeda. Untuk itu, Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Salahuddin Wahid atau Gus Sholah menyebutkan, dalam menyikapi perbedaan pendapat yang seperti itu diperlukan sebuah metodologi pemikiran yang baku.

“Metodologi pemikiran yang baku, Nahdhatul ulama telah menyusun suatu metodologi. Dengan metodologi ini, insyaallah Islam rahmatal lil alamin bisa diterapkan di dalam kehidupan sehari hari, prinsip yang dipakai ialah tawassut (moderat) dan i’tidal (tagak lurus),” jelas Gus Sholah dalam Seminar Islam Rahamtan lil Alamin di Kalikajar Kulon, Paiton, Probolinggo pada Selasa (01/01/2019).

Dalam acara yang diadakan oleh Aliansi ulama‘ Ahlussunnah Waljama’ah Tapal Kuda (AUTADA), Gus Sholah menyampaikan beberapa hal mengenai toleransi serta bagaimana Nahdlatul Ulama menyikapi beberapa permasalahan yang mutakhir ini banyak diperbincangkan, bahkan diperdebatkan oleh masyarakat, terutama di kalangan umat Islam.

Gus Sholah juga menghimbau bagi umat Islam untuk bertoleransi antar sesama muslim maupun non Muslim. Secara sederhana Gus Sholah mengungkapkan, bahwa toleransi ialah sikap saling menghargai dalam perbedaan pendapat. Dipenghujung pembicaraan mengenai Islam Rahmatn Lil Alamin, Gus Sholah menyebutkan, bahwa persatuan Indonesia tergantung pada persatuan Islam.

“Saya yakin, seyakin-yakinnya, persatuan Indonesia sangat tergantung kepada persatuan Islam. kalau Islam tidak bersatu, tidak mungkin Indonesia bersatu. Oleh karena itu, perbedaan pendapat setajam apapun, kita bicarakan secara baik-baik didalam musyawarah, dan pertemuan tertutup,” pungkas cucu Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari itu.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Pewarta: Ana Saktiani Mutia

Editor/Publisher: Aros