
Oleh: Muhammad Adib*
Berbanding terbalik dengan Tahun Baru Masehi yang semarak, perayaan Tahun Baru Islam diperingati ala kadarnya. Tak tampak semangat suka cita dan gegap gempita dalam menyambut peristiwa akbar hijrahnya Rasulullah ﷺ dari Mekah ke Madinah. Padahal perayaan Tahun Baru Hijriyah inilah yang menjadi jati diri umat islam yang sesungguhnya.
Sederhananya, untuk menilai kualitas umat Islam Indonesia dapat dilihat bagaimana ghirah umat islam dalam merayakan peringatan hari besar agamanya. Ternyata oh ternyata, seperti yang bisa kita saksikan bahwa hanya segelintir umat Islam yang bergembira dengan Tahun Baru Muharram. Hanya segelintir kecil dan itu pun diselenggarakan oleh kaum-kaum tua para pengurus mesjid/mushalla. Biasanya dengan mengadakan ceramah agama dan ditutup dengan dzikir berjama’ah serta muhasabah di malam pergantian tahun baru muharram.
Perayaan 1 Muharram 1446H ini seharusnya menjadi salah satu wujud keimanan dan kepedulian kita terhadap perjuangan Nabi Muhammad ﷺ. Apalah daya, mungkin umat sudah terlalu lama dicekoki dengan infiltrasi budaya-budaya asing, sehingga lunturlah sedikit demi sedikit kepedulian dan semangat kita untuk memeriahkan hari-hari besar Islam. Harus ada momentum dan upaya yang luar biasa untuk mengembalikan ghirah umat.
Hijrahnya Rasulullah dari Mekah ke Yatsrib (Madinah) merupakan peristiwa akbar yang hakikatnya harus dimakanai secara substansial. Peringatan 1 muharram tak boleh hanya berkutat pada acara yang sifatnya seremonial. Hendaknya momentum tersebut diaktualisasikan dan diimplementasikan dalam bentuk ibadah individual lebih-lebih ibadah sosial.
Rasulullah dalam sejarahnya berhijrah karena kondisi kota Mekah yang begitu kacau balau, sulit untuk mendakwahkan islam di Kota Mekah. Belum lagi beliau menjadi target pembunuhan kafir quraisy yang dipimpin Abu Jahal dan kroni-kroninya. Atas dasar informasi yang diberitakan oleh malaikat Jibril, nabi memutuskan hijrah ke kota Yatsrib untuk menyusun strategi dan mengumpulkan kekuatan. Syekh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri dalam Sirah An-Nabawiyyah menjelaskan nabi berhijrah pada malam hari tanggal 27 safar tahun 14 kenabian atau tahun 622 Masehi.
Langkah pertamanya ialah mengumpulkan para sahabat yang terpilih dalam proses hijrah tersebut. Diantara dari sekian yang terpilih, ada 6 orang yang paling berjasa dalam peristiwa hijrahnya Rasul diantaranya:
- Ali bin Abi Thalib
Rencana rasulullah yang hendak hijrah ternyata telah tercium oleh tentara kafir quraisy, nabi bersama para sahabat yang hendak hijrah dikepung saat berada di rumahnya. Ali bin Abi Thalib yang merupakan sepupu nabi menjadi relawan menggantikan nabi di pembaringan untuk mengelabui tentara kafir quraisy. Ali mengenakan kain (burdah) hijau yang biasa dipakai nabi untuk menutupi seluruh badannya.
Berdasarkan asbabun nuzul peristiwa ini muncullah ayat:
وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ
“Kami memasang penghalang di hadapan mereka dan di belakang mereka, sehingga Kami menutupi (pandangan) mereka. Mereka pun tidak dapat melihat.” (QS. Yasin: 9)
Rasulullah seketika meniupkan pasir kepada tentara kafir quraisy sehingga mereka tak bisa melihat nabi. Rasulullah lalu segera pergi menyusul Abu Bakar dan mengambil rute memutar untuk menghindari kejaran mereka.
- Abu Bakar As-Shiddiq
Rasululah dan Abu Bakar yang lelah akibat kejaran tentara kafir quraisy beristirahat di sebuah yang kita kenal dengan nama gua Tsur (jabal tsur). Pada saat itu Abu Bakarlah satu-satunya orang yang menemani nabi di dalam gua. Abu Bakar membersihkan terlebih dahulu dan menutup lubang-lubang kecil yang ada di dalam gua sebelum nabi memasukinya. Setelah dirasa aman, Abu Bakar mempersilahkan nabi masuk. Allah kemudian menyelamatkan rasulullah dari kejaran tentara quraisy dengan mengirimkan seekor laba-laba yang membuat sarang di depan mulut gua hingga tentara kafir quraisy beranggapan tak mungkin ada orang di dalam gua tersebut.
Melihat nabi tertidur lelap tanpa alas setelah insiden tersebut, Abu Bakar tampak tak tega lalu memindahkan kepalanya yang mulia itu perlahan-lahan ke pangkuannya. Namun ternyata ada satu lubang yang tidak tertutupi oleh Abu Bakar, maka masuklah seekor hewan berbisa dan menggigit kaki Abu Bakar beberapa kali.
Saking sakitnya sengatan hewan tersebut Abu Bakar sampai meneteskan air mata yang membasahi pipi nabi hingga beliau pun terbangun. Ketika nabi mengetahui bahwa Abu Bakar tak sampai hati membangunkannya, rasulullah pun sampai berdo’a kepada Allah untuk menjadikan Abu Bakar sederajat dengannya di hari kiamat kelak. Lalu rasul mengobati kaki Abu Bakar dengan air liurnya hingga membaiklah keadaan Abu Bakar.
- Asma’ binti Abu Bakar
Putri Abu Bakar Asma’ menjadi penyedia perbekalan nabi dan Abu Bakar selama 3 malam di gua Tsur. Asma’ tidak seorang diri, ia dibantu oleh ummul mukminin Aisyah yang memasak di rumah. Asma’ dan Abdullah lalu mengantarkan makanan berupa daging dan susu kepada rasulullah dan ayahnya dengan diikuti Amir bin Fuhairah.
- Amir bin Fuhairah
Amir merupakan budaknya Abu Bakar yang bertugas menghapus jejak kaki Abdullah bin Abu Bakar dengan hewan gembalaannya selama mengantarkan perbekalan bersama Asma’. Air susu yang diminum nabi dan Abu Bakar juga berasal dari kambing-kambingnya. Amir menjadi sosok penting yang menemani rasul dan Abu Bakar untuk menghapus jejak kaki hingga sampai ke kota Madinah.
- Abdullah bin Abu Bakar
Rasulullah pemimpin yang sangat cerdas, agar hijrah berjalan lancar maka ia mengirim Abdullah putra Abu Bakar sebagai informan untuk mencari informasi apa rencana yang akan dilakukan tentara kafir quraisy. Selama 3 hari tersebut Abdullah melaporkan bahwa pemimpin kafir quraisy mengadakan sayembara berhadiah 100 ekor unta bagi siapapun yang berhasil menemukan dan membawa nabi muhammad kembali ke Mekah, baik dalam keadaan hidup ataupun mati. Akhirnya rasul pun aman dari kejaran tentara quraisy.
- Abdullah bin Uraiqith
Satu-satunya orang kafir yang mengetahui dan menemukan Rasul & Abu Bakar ialah Abdullah bin Uraiqith. Seorang penyembah berhala yang malah membantu nabi sebagai penunjuk jalan. Abu Bakar meminta Abdullah untuk tidak memberitahukan mereka yang hendak berhijrah. Abdullah bin Uraiqith pun berjanji dan menyanggupinya. Bukan hanya itu Abdullah malah menjadi penunjuk jalan hingga sampainya nabi ke kota Madinah.
Inilah orang-orang yang berperan besar dalam proses hijrahnya Rasulullah ﷺ. Hampir seluruhnya merupakan keluarganya Abu Bakar رضي الله عنهم, sungguh betapa besarnya peran Abu Bakar dan keluarganya dalam hijrahnya Rasulullah, wallahu a’lam.