Gambaran orang gila kerja (sumber: tirtoID)

Pernahkah kamu melakukan banyak pekerjaan dalam sehari, namun kamu masih merasa belum cukup dan menginginkan untuk melakukan pekerjaan lainnya lagi? Jika benar, maka berhati-hatilah karena itu termasuk workaholic atau yang biasa kita sebut dengan gila kerja. Pada kondisi ini orang akan ketagihan untuk bekerja tanpa terkendali. Sering terjadi pada kaum pemuda yang cenderung perfeksionis dan merasa perlu terus menerus membuktikan diri. Meskipun bekerja keras itu sangat penting untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun jika berlebihan atau terlalu memaksakan diri untuk terus bekerja dapat mengundang malapetaka pada tubuh.

Menurut Wikipedia, workaholic adalah orang yang mementingkan pekerjaan secara berlebihan dan melalaikan aspek kehidupan yang lain. Perlu kita ketahui, bahwa workaholic ini berbeda dengan bekerja keras, workaholic ini kecanduan dalam bekerja untuk mendapatkan nilai perfeksionis. Meskipun banyak target pekerjaan yang tercapai sangat cepat dan tentunya memperoleh uang atau penghasilan yang lebih dari cukup, namun seringkali setelahnya tubuh merasa sangat lelah dan akhirnya membuat drop yang berujung dengan perawatan di Rumah Sakit.

Tiada yang menginginkan, jika kita terlalu memforsir diri sendiri untuk bekerja mati-matian, namun pada akhirnya uang hasil bekerja itu hanya untuk membayar Rumah Sakit. Cobalah kita bertanya kepada diri sendiri, bahwa kita bekerja mati-matian untuk apa? Jika memang karena dituntut kebutuhan, janganlah lupa untuk memikirkan kesehatan dirimu. Jika kebutuhan menuntut untuk bekerja yang cukup memforsir diri, coba turunkan gaya hidup kita untuk sederhana dan tidak lupa akan kepentingan kesehatan.

Kita sebaiknya juga bisa membagi waktu dalam melakukan pekerjaan dan untuk lainnya, seperti untuk beribadah dan beristirahat. Bekerja boleh saja, namun jangan melupakan kebutuhan lainnya seperti kesehatan dan tetap melaksanakan kewajiban kepada Tuhan. Keseimbangan dalam mencari dunia dan tak melupakan akhirat pun juga dijelaskan dalam Al-Qur’an, seperti dalam Q. S. Al-Qashass (77) ;

وَابۡتَغِ فِيۡمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّارَ الۡاٰخِرَةَ​ وَلَا تَنۡسَ نَصِيۡبَكَ مِنَ الدُّنۡيَا​ وَاَحۡسِنۡ كَمَاۤ اَحۡسَنَ اللّٰهُ اِلَيۡكَ​ وَلَا تَبۡغِ الۡـفَسَادَ فِى الۡاَرۡضِ​ؕ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الۡمُفۡسِدِيۡنَ‏

Artinya : “Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Keseimbangan dalam mencari pahala di akhirat dan tidak melupakan tanggung jawab untuk mencari nafkah di dunia itu penting, dengan adanya keseimbangan tersebut, maka kita menjalani kehidupan akan lebih tenang dan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Menurutmu apakah workaholic ini dapat menimbulkan malapetaka? Selain adanya tekanan untuk terus menerus bekerja yang dapat menimbulkan stres, menurutmu apakah ada dampak lainnya?

Dilansir dari website Tempo yang berjudul Bahaya! 5 Dampak Negatif Menjadi Seorang Workaholic, workaholic dapat menyebabkan banyak hal negatif seperti rasa cemas berlebihan, depresi, insomnia, penyalahgunaan obat, dan penyakit mematikan seperti penyakit jantung juga turut membuntuti kerja yang tidak sehat ini.

Dapat ditarik kesimpulan, bahwa workaholic ini mengundang malapetaka yang dapat merugikan kita. Rasa cemas, depresi, insomnia, penyalahgunaan obat dan penyakit lainnya memberikan dampak negatif untuk diri kita. Dan fakta di lapangan pun kita sering menjumpai, banyak karyawan muda yang bekerja 12 jam sehari, sampai akhirnya opname. Pada akhirnya uang yang dihasilkan dari kerja mati-matian tersebut habis untuk membayar biaya penanganan rumah sakit.

Untuk itu, marilah kita sadar bahwa kerja keras itu penting, namun jangan sampai melupakan kesehatan fisik dan mental, serta tidak melupakan ibadah kita kepada Tuhan. Hidup di dunia ini adalah sementara, jadi marilah kita bekerja dengan bijak agar meraih kehidupan yang berkualitas.

Tubuh yang kita miliki ini merupakan titipan, maka janganlah terlalu memforsir diri untuk bekerja mati-matian, tubuh kita juga memiliki hak untuk beristirahat. Agar meraih kehidupan yang produktif, sebaiknya terapkan rumus 8:8:8 yakni, 8 jam untuk bekerja, 8 jam untuk istirahat, 8 jam untuk meningkatkan kualitas diri, interaksi sosial dan beribadah seperti: berkumpul dengan keluarga dan teman, beribadah, belajar dan berolahraga. Dengan begitu hidup akan terasa lebih bermakna.



Penulis: Amalia Dwi Rahmah
Editor: Rara Zarary