
Tebuireng.online— Suasana khidmat dan penuh haru mewarnai prosesi wisuda santri Unit Pendidikan SLTP Pesantren Tebuireng yang digelar pada Sabtu (25/5/2025). Dalam acara tersebut, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Machfudz, menyampaikan sambutan inspiratif yang menekankan pentingnya melanjutkan estafet keilmuan dan adab yang telah diwariskan oleh pendiri Tebuireng, Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari.
Dalam sambutannya, KH. Abdul Hakim mengungkapkan bahwa warisan intelektual Hadratussyaikh sangatlah melimpah, namun masih banyak yang belum dikaji secara mendalam oleh generasi saat ini.
“Kita di Tebuireng ini yang didirikan sejak tahun 1899 oleh Kiai Hasyim Asy’ari, beliau yang begitu dalam ilmunya, meninggalkan banyak sekali kitab dan tulisan. Sampai sekarang kita masih terus berusaha menggali, mendalami, dan memahami apa yang beliau wariskan. Rasanya kita masih belum mampu mengkajinya secara tuntas,” ungkap beliau.
Baca Juga: Pesantren Tebuireng Gelar Haflah Wisuda Jenjang SD dan SLTP
Beliau menyebutkan beberapa karya penting Hadratussyaikh seperti Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah dan Adabul ‘Alim wal Muta’allim sebagai contoh literatur penting yang tidak hanya berisi ajaran syariat, tetapi juga sangat menekankan pembentukan karakter dan etika dalam menuntut ilmu.
“Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim misalnya, itu bukan hanya kitab keilmuan biasa, tetapi merupakan panduan mendalam tentang bagaimana seorang pelajar dan guru seharusnya bersikap. Kitab ini ditulis untuk mengasah adab, memperkuat keimanan, dan menjadikan ilmu sebagai sarana pendekatan diri kepada Allah,” lanjutnya.

Yai Kikin juga menyoroti pentingnya penguatan adab di tengah era modern yang semakin menuntut efisiensi dan kecepatan, namun kerap melupakan nilai-nilai akhlak.
“Apapun yang kita lakukan, jika tidak berlandaskan niat yang tulus, maka tidak akan menghasilkan apa-apa. Maka dari itu, adab menjadi sesuatu yang tidak bisa diajarkan seketika, tetapi harus terus dipraktikkan setiap hari. Adab harus menjadi bagian dari kehidupan santri, terutama dalam berkomunikasi, baik dengan sesama manusia maupun dengan Allah,” tegasnya.
Dalam pidato tersebut, Cicit Hadratussyaikh itu, juga menegaskan bahwa Pesantren Tebuireng tidak hanya fokus pada pengajaran ilmu-ilmu syariat, tetapi juga mengembangkan pendidikan umum untuk menjawab tantangan zaman.
Baca Juga: Berikut Daftar Lulusan Terbaik SD hingga SLTP Unit Pendidikan Pesantren Tebuireng 2025
“Hadratussyaikh dulu menyampaikan ilmu yang mengasah hati dan mengenalkan Allah. Tapi karena perubahan zaman, beliau juga menambahkan pelajaran-pelajaran umum seperti bahasa dan matematika. Maka dari itu, lahirlah lembaga-lembaga pendidikan formal seperti MTs, MA, hingga perguruan tinggi,” jelasnya.
Kini, Tebuireng telah berkembang menjadi institusi pendidikan besar dengan 12 unit lembaga pendidikan formal di bawah naungannya, termasuk Ma’had Aly dan Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy). Semua lembaga ini, menurut Ketua PWNU Jatim itu, bertujuan untuk melanjutkan dan mengembangkan warisan keilmuan Hadratussyaikh.
Di akhir sambutannya, Kiai Kikin menyampaikan harapan agar para santri yang diwisuda bisa menjadi insan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara spiritual dan sosial.
“Semoga para alumni menjadi orang-orang yang manfaat bagi masyarakat karena ilmunya dibungkus dengan adab. Hatinya mampu menjangkau komunikasi dengan manusia dan Allah. Mudah-mudahan mereka bisa menerapkan ajaran Adabul Muta’allim dalam kehidupan nyata,” pungkasnya.
Baca Juga: Tebuireng Gelar Wisuda Binnadhor dan Takhasus, 587 Santri Raih Predikat Mumtaz
Beliau juga mengucapkan selamat kepada para santri yang telah menyelesaikan proses belajar di pesantren dan mendoakan agar langkah mereka ke depan dipermudah oleh Allah SWT.
“Selamat kepada para santri yang sudah diwisuda, semoga diberi kelancaran dalam segala urusannya dan menjadi pribadi yang khoirunnas anfa’uhum linnas, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya,” tutupnya.
Pewarta: Albii
Editor: Rara Zarary