
Oleh: Aditya Kurniawan Saleh*
Slametan berasal dari kata slamet, semakna dengan kata salamah dalam bahasa Arab yang mempunyai arti, selamat, bahagia, sentosa. Begitu juga ‘selamat’ bisa kita maknai sebagai keadaan lepas dari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. Sementara itu, orang-orang Barat yang pernah meneleliti tradisi slametan khususnya di pulau Jawa, seperti Clifford Geertz memaknai slamet di dalam bukunya yaitu ora ana opo-opo (tidak ada apa-apa).
Menurut sejarawan KH Agus Sunyoto, Sunan Bonang, melakukan slametan sebagai perlawanan terhadap bhairawa tantra (sinkretisme dari Siwa-Budha dan berfungsi untuk menjaga kewibawaan penguasa), aliran Tantrayana ini berasal dari India Selatan. Aliran ini tersebar ke Indonesia dan dianut hanya sebatas beberapa orang saja karena upacara-upacaranya dirahasiakan dan bersifat amat mengerikan.
Slametan menjadi tradisi keagamaan Islam orang Jawa berbentuk upacara keagamaan yang kecil dan sederhana. Slametan melambangkan kesatuan dan sosial dari segolongan orang yang mengikuti acara tersebut; dari saudara, tetangga, rekan kerja, anak, dan keluarga, semuanya duduk bersatu dalam acara slametan. Di daerah perkotaan, slametan dianggap kurang efisien dan hampir jarang dilakukan. Meskipun begitu, bagi sebagian orang, slametan dianggap sebagai momentum untuk bersedekah ke banyak orang, sehingga masih tetap memiliki kekuatan dan daya tarik tersendiri.
Slametan biasa diadakan untuk mendoakan kebaikan, seperti dalam acara perkawinan, kelahiran bayi, pindah rumah, panen, ganti nama, membuka pabrik, dan khitanan. Secara teknis, adakalanya acara slametan itu dilakukan ramai dan meriah, dan ada pula yang biasa dan sederhana. Sesungguhnya hakikat dari kegunaan selametan ini adalah bersedekah. Bersedekah jelas dianjurkan oleh agama Islam dengan tujuan agar mendapatkan pahala dan kebaikan dari Allah. Banyak ayat-ayat al-Quran dan hadits Rasulullah SAW yang menjelaskan tentang fadlilah shadaqah ini.
اِنْ تُبْدُوا الصَّدَقٰتِ فَنِعِمَّا هِيَۚ وَاِنْ تُخْفُوْهَا وَتُؤْتُوْهَا الْفُقَرَاۤءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْۗوَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِّنْ سَيِّاٰتِكُمْۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
Artinya: Jika kamu menampakkan sedekahmu, itu baik. (Akan tetapi,) jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, itu lebih baik bagimu. Allah akan menghapus sebagian kesalahanmu. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Baqarah: 271)
Banyak manfaat yang diperoleh dari acara slametan, di antaranya: slametan merupakan tanda syukur kepada Allah atas segala nikmat dan karunia-Nya. Slametan merupakan salah satu sarana dakwah islamiyah karena dalam acara tersebut diisi dengan ceramah agama. Selametan dapat merekatkan tali persaudaraan antara sesama keluarga anggota masyarakat. Doa yang dilakukan secara berjamaah lebih terkabul dibanding sendirian. Menurut Imam Ghazali doa yang dilakukan 40 orang Islam sama dengan seorang wali.
Selain itu, manfaat lain misalnya dalam slametan untuk orang yang sudah meninggal dunia, dapat mengingatkan kita tentang kematian yang pasti terjadi pada tiap individu. Hidangan dalam slametan merupakan shadaqah dari shahibul hajat yang bertujuan untuk memeperoleh keselamatan dan terhindar dari bahaya.
Baca Juga: Kritik Budaya Slametan, Orang Jawa Harus Baca!
*Mahasanti Mahad Aly