
Al-Qur’an Al-Karim merupakan mukjizat yang kekal abadi, senantiasa memberikan informasi yang sangat luar biasa dan sifatnya selalu faktual dan aktual, khususnya terkait dengan tiga golongan manusia, merupakan kekhususan agar manusia mampu menggunakan akal sehatnya memilih golongan yang terbaik. Begitu sangat jelas melalui firman Allah SWT dalam surah Al-Fatihah/1 ayat 7 ini, bahwa manusia dibagi menjadi 3 golongan yaitu: Pertama, orang-orang yang telah diberikan nikmat. Kedua, orang-orang yang dimurkai. Ketiga, orang-orang yang sesat.
- Orang-Orang yang Diberi Nikmat
Nikmat Allah SWT itu beraneka ragam dan bertingkat-tingkat, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Ada yang memperoleh tambahan yang banyak, ada yang sedikit. Ada tambahan yang sangat bernilai, ada pula yang relatif kurang. Di mana kata ‘nikmat” yang dimaksud oleh ayat terakhir surah Al-Fatihah ini adalah nikmat yang paling bernilai yang tanpa nikmat itu, nikmat-nikmat lainnya tidak akan mempunyai nilai yang berarti. Nikmat tersebut adalah “nikmat beragama”, nikmat ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Ini dipahami dari firman Allah SWT pada surah An-Nisa’/4 ayat 69;
وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُوْلَٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّۧنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّٰلِحِينَۚ وَحَسُنَ أُوْلَٰٓئِكَ رَفِيقٗا ٦٩
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
Ada empat kelompok manusia yang telah mendapat nikmat Allah SWT, yaitu “nikmat keagamaan”. Dan jalan kelompok-kelompok itulah yang dimohonkan agar ditelusuri pula oleh pembaca ayat ketujuh dari surah Al-Fatihah.
Kelompok pertama adalah para nabi, yaitu mereka yang dipilih Allah SWT untuk memperoleh wahyu guna menuntun manusia menuju kebenaran Ilahi. Mereka yang selalu berucap dan bersikap benar, memiliki kesungguhan, amanat, kecerdasan, keterbukaan, sehingga mereka menyampaikan segala sesuatu yang harus disampaikan. Orang-orang yang terpelihara identitas mereka, sehingga tidak melakukan dosa atau pelanggaran apa pun.
Kelompok kedua adalah para shiddiqin, yaitu orang-orang yang dengan pengertian apa pun selalu benar dan jujur. Mereka tidak ternodai oleh kebatilan, tidak pula mengambil sikap yang bertentangan dengan kebenaran. Tampak dipelupuk mata mereka yang hak. Mereka mendapat petunjuk dan bimbingan Ilahi, walaupun bukan dalam bentuk wahyu-wahyu keagamaan.
Kelompok ketiga adalah para syuhada, yaitu mereka yang bersaksi atas kebenaran dan kebajikan, melalui ucapan dan tindakannya, walau dengan mengorbankan nyawanya sekalipun; dan atau mereka yang disaksikan kebenaran dan kebajikannya oleh Allah SWT, para malaikat, serta lingkungannya.
Kelompok keempat adalah orang-orang saleh, yaitu yang tangguh dalam kebajikan, yang selalu berusaha mewujudkan kebajikan dalam kehidupan ini. Kalaupun ia melakukan pelanggaran, pelanggaran tersebut kecil, tidak berarti bila dibandingkan dengan kebajikan-kebajikannya.
Kita bermohon melalui ayat ketujuh ini, kiranya mereka semua, siapa, kapan dan di mana pun, menjadi panutan kita dalam kehidupan ini. Menapak tilas jejak mereka berarti mengikuti mereka dan berada bersama mereka.
Perhatikan beberapa ayat berikut, sebagai renungan bagi kita semua:
Surah At-Taubah/9 ayat 20 – 22;
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَٰهَدُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ أَعۡظَمُ دَرَجَةً عِندَ ٱللَّهِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَآئِزُونَ ٢٠ يُبَشِّرُهُمۡ رَبُّهُم بِرَحۡمَةٖ مِّنۡهُ وَرِضۡوَٰنٖ وَجَنَّٰتٖ لَّهُمۡ فِيهَا نَعِيمٞ مُّقِيمٌ ٢١ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًاۚ إِنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥٓ أَجۡرٌ عَظِيمٞ ٢٢
Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari pada-Nya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.
M Quraish Shihab memberikan penjelasan terkait ayat di atas, ”Orang-orang yang beriman dengan iman yang benar dan membuktikan kebenaran iman mereka antara lain dengan taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan berhijrah dari Mekah ke Madinah serta berjihad di jalan Allah untuk menegakkan agama-Nya dengan harta benda mereka dan diri mereka. Adalah lebih agung derajatnya di sisi Allah dan itulah yang sangat tinggi kedudukannya adalah mereka yang secara khusus dinamai orang-orang yang benar-benar beruntung secara sempurna.
Tuhan mereka menggembirakan mereka di dunia ini melalui Rasul-Nya dengan limpahan rahmat dari-Nya, demikian juga melalui para malaikat saat kematian mereka dan mereka juga digembirakan dengan keridhaan yang sempurna serta surga-surga yang dijanjikan Allah bagi hamba-hamba-Nya yang taat, dan bagi mereka di dalamnya kesenangan yang agung lagi yang terus menerus tanpa henti-hentinya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Dan anugerah itu tidak ada habisnya karena sesungguhnya di sisi Allah pahala yang besar lagi banyak (Shihab, 556: 2004).
Wahbah Mushthafa Az-Zuhaili memberikan penafsiran, ”Orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, hijrah dari Mekah ke Madinah, orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan diri mereka demi mengagungkan kalimat Allah adalah orang-orang yang derajatnya lebih agung, lebih tinggi daripada orang-orang yang mengerjakan perbuatan lain seperti memberi minum jamaah haji dan memakmurkan masjid.
Orang-orang Mukmin yang hijrah dan berjihad itulah orang-orang yang menang karena anugerah, kemuliaan dan pahala dari Allah. Kemenangan ini adalah Allah memberi kabar gembira kepada mereka dalam kitab suci-Nya yang diturunkan kepada Rasul-Nya dengan rahmat yang luas, keridhaan yang sempurna, serta surga untuk mereka yang di dalamnya ada kenikmatan yang abadi. Mereka kekal dengan kenikmatan ini sampai dikehendaki oleh Allah dan Allah mempunyai pahala yang besar karena keimanan dan amal saleh, hijrah dan jihad di jalan Allah demi keridhaan-Nya (Az-Zuhaili, 494: 2005).
Dari dua pendapat ahli tafsir di atas, begitu sangat jelas bahwa untuk mencapai kebahagiaan, kesuksesan dan keberuntungan syarat utamanya adalah beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya Nabi Muhammad SAW, kemudian berhijrah dan berjuang di jalan Allah SWT dengan harta dan diri mereka. Allah SWT memberikan jaminan khusus yaitu mendapatkan derajat yang agung dan tinggi di sisi Allah SWT serta kelak akan dimasukkan ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan dan kekal abadi di dalam surga, serta mendapat keridhaan dari Allah SWT.
Kemudian kebanyakan di antara mereka adalah dari golongan yang pertama-tama masuk Islam, golongan muhajirin dan anshar, sebagaimana dijelaskan pada firman Allah SWT surah At-Taubah/9 ayat 100;
وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰنٖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ وَأَعَدَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي تَحۡتَهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدٗاۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ١٠٠
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.
Kemudian secara khusus bagi orang-orang yang beriman agara menjaga ketakwaan kepada Allah SWT serta bergaullah dengan orang-orang yang jujur, sebagaimana diperkuat firman Allah SWT surah At-Taubah/9 ayat 119;
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَكُونُواْ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (Q. S. At-Taubah/9: 119).
Melalui penjelasan di atas, diharapkan agar setiap orang berusaha mencocokkan dirinya agar masuk pada golongan orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi dan Rasul, Shiddiqin, syuhada’ dan shalihin. Di mana untuk level pertama sudah tertutup dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir, sebuah harapan bisa mencapai posisi shiddiqin atau syuhada’ dengan persyaratan tentunya cukup berat karena benar-benar memahami kitab suci Al-Qur’an dan mengaktulisasikan dalam kehidupan. Pilihan terakhir adalah mencapai derajat shalihin, yaitu menjadi orang-orang yang saleh/baik, berusaha memperbanyak berbuat kebajikan dan sedikit melakukan kesalahan.
Sebuah renungan bagaimana agar kita semua menjadi orang yang saleh, banyak melakukan kebajikan dan sedikit melakukan kesalahan. Istiqamah dalam ibadah dan muamalah, selalu intropeksi diri.
Penulis: Dr. H. Otong Surasman, MA., Dosen Pascasarjana PTIQ Jakarta