
Menjaga
Aku mengagumimu
namun aku enggan untuk menyatakannya
mengasingkan raut muka
adalah caraku menghindarimu
bukan karena tak ingin mengenalmu
namun rasa maluku terlalu besar
malu tak bisa menahan perasaan dan air mata
bagaimana bisa pesonamu mengalihkan pikiranku
kau hanya tersenyum
lalu aku jatuh cinta
aku tidak setenang itu
aku hanya belajar mengendalikan perasaan
caraku menjaga diri
agar tetap terjaga
biarlah perasaan ini tetap menjadi rahasia
Lara
Aku pikir luka itu akan sembuh dengan sendirinya
semenjak kepergian dirimu
hati ini tersayat tajam
laraku mendayung sendu
senja sudah pudar
redup oleh luka
ingin aku lupakan
nyatanya otakku selalu memikirkannya
ingin aku berhenti mencintainya
agar hilanglah lara ini
dan nyatanya aku tak pernah mampu
Terjebak
Aku masih mengagumi satu bulan
dari jutaan pesona bintang
namun aku terkadang ragu
mungkinkah dia hanya menyinariku
atau juga menyinari yang lain
sinarnya yang begitu menentramkan
membuat jiwa ini nyaman
dan terjebak dalam keindahannya
bertemu namun tak pernah bersatu
disanalah lara berbisik tanpa suara
cahaya membelah gelap
sementara aku terjebak
diantara rindu dan kelam
Rintik
Kala rintik sendu tak lagi terbendung
senyum yang dingin dan tangan yang bergetar
isakan tangis memecah keheningan
pedihnya luka sangat membekas
entah mengapa manusia sering kali membuat lara
pada kaum yang lemah
air mata yang membasahi pipi
menjadi saksi betapa kejamnya
insan yang tak berhati
Sudah
Sudah ya
jangan lagi kau temui
mari melangkah bersama
pada jalan yang sudah kita sepakati
kau memilih tuk pergi
aku menetap untuk tak beri hati lagi
jangan hancurkan lagi
hati yang setengah mati berusaha bangkit
karna kau tak pernah tahu
kematian seperti apa
yang telah berhasil aku hindari
luka parah yang berhasil membuat trauma
dan kupeluk semua duka sendiri
berusaha mati-matian tuk bangkit
Penulis: Amalia Dwi Rahmah, pegiat literasi