
Usia emas atau yang dikenal dengan istilah golden age merupakan periode kritis dalam kehidupan seorang anak, yaitu sejak usia 0 hingga 6 tahun. Pada masa inilah otak anak berkembang dengan sangat pesat, hingga mencapai 80% dari kapasitas otak orang dewasa. Karena itu, stimulasi yang tepat pada masa ini akan sangat menentukan kualitas tumbuh kembang anak di masa depan.
Stimulasi tidak hanya penting untuk perkembangan kognitif, tetapi juga untuk perkembangan motorik, bahasa, sosial-emosional, hingga moral. Anak-anak yang mendapatkan stimulasi sejak dini umumnya tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, kreatif, dan mampu beradaptasi dengan lingkungan.
Apa Itu Stimulasi? Stimulasi adalah rangsangan yang diberikan kepada anak agar sistem sarafnya teraktivasi dan berkembang secara optimal. Rangsangan ini bisa datang dari berbagai sumber: orang tua, pengasuh, lingkungan sekitar, dan aktivitas sehari-hari. Stimulasi tidak harus selalu berbentuk mainan mahal atau program pendidikan formal. Justru, kegiatan sederhana seperti mengajak anak berbicara, membacakan buku cerita, menyanyi bersama, hingga bermain pasir atau air bisa menjadi bentuk stimulasi yang sangat efektif jika dilakukan dengan cara yang tepat.
Jenis-Jenis Stimulasi yang Perlu Diberikan
Stimulasi Motorik Kasar yaitu melatih gerakan tubuh besar, seperti merangkak, berjalan, melompat, atau berlari. Kegiatan seperti bermain bola, naik turun tangga, atau bermain di taman bermain sangat baik untuk perkembangan ini. Stimulasi Motorik Halus yaitu fokus pada gerakan tubuh kecil, seperti memegang pensil, menyusun balok, menggunting, atau menggambar. Anak dapat dilatih melalui aktivitas seperti mewarnai, bermain puzzle, atau meronce manik-manik.
Kemudian ada Stimulasi Bahasa dan Komunikasi. Anak perlu sering diajak bicara, didengarkan, dan diberi kesempatan mengekspresikan dirinya. Membacakan cerita, mendongeng, bernyanyi, dan melakukan percakapan dua arah sangat membantu memperkaya kosakata dan kemampuan berbahasa anak. Selain itu, ada Stimulasi Kognitif untuk merangsang kemampuan berpikir, memahami, dan memecahkan masalah. Bisa dilakukan dengan mengenalkan warna, bentuk, angka, huruf, dan konsep sederhana melalui permainan edukatif. Terakhir, ada Stimulasi Sosial dan Emosional yaitu membantu anak belajar bersosialisasi, mengenali dan mengelola emosi. Kegiatan bermain bersama teman sebaya, belajar bergiliran, dan mengekspresikan perasaan secara sehat adalah bagian penting dari stimulasi ini.
Peran Orang Tua dalam Stimulasi Anak
Orang tua adalah tokoh paling penting dalam proses stimulasi ini. Kehadiran emosional yang hangat, perhatian penuh, dan konsistensi dalam mendampingi anak sangat berpengaruh terhadap hasil dari stimulasi yang diberikan. Beberapa tips bagi orang tua antara lain:
Berinteraksi aktif setiap hari. Meskipun hanya 15–30 menit, waktu yang berkualitas jauh lebih berarti daripada durasi lama tanpa keterlibatan. Kedua, Ikuti minat anak. Bila anak sedang tertarik pada binatang, misalnya, libatkan stimulasi melalui buku hewan, mainan binatang, atau kunjungan ke kebun binatang. Ketiga, ciptakan lingkungan yang aman dan kaya rangsangan. Lingkungan yang aman dan penuh variasi benda serta aktivitas akan mendorong rasa ingin tahu anak. Keempat, berikan pujian dan dorongan. Hindari terlalu sering mengkritik atau membandingkan. Pujian sederhana bisa meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri anak. Kelima, membaca buku bersama, salah satu manfaat paling berharga dari membaca buku bersama anak adalah terciptanya ikatan emosional yang kuat, atau yang sering disebut dengan bonding. Di tengah kesibukan orang tua, membaca buku bisa menjadi momen intim dan penuh makna hanya ada orang tua, anak, dan cerita yang mengalir.
Meski demikian, ada sejumlah kesalahan yang sering dilakukan orang tua tanpa disadari antara lain: Terlalu memaksa anak belajar. Anak usia dini lebih banyak belajar melalui bermain, bukan dengan metode duduk dan menghafal. Kedua, overstimulasi, terlalu banyak aktivitas atau mainan justru bisa membuat anak kewalahan dan bingung. Ketiga, kurangnya konsistensi. Memberi stimulasi hanya sesekali tidak cukup. Konsistensi adalah kunci keberhasilan. Keempat, kurang perhatian pada perkembangan emosi. Banyak orang tua fokus pada aspek akademis tetapi lupa membangun kedekatan emosional dengan anak.
Stimulasi anak usia emas bukan tentang membuat anak menjadi “hebat” dalam waktu singkat, tetapi tentang membantu mereka berkembang sesuai potensinya. Anak yang distimulasi dengan cinta dan konsistensi akan tumbuh menjadi pribadi yang sehat secara fisik, mental, dan emosional. Ingatlah, bermain bukan hanya hiburan bagi anak, tetapi merupakan cara utama mereka belajar. Maka, jadilah sahabat bermain yang baik, dan dampingi setiap langkah kecil mereka dengan cinta besar.
Baca Juga: Anggapan Anak Tak Boleh Nasihati Orang Tua, Bagaimana Seharusnya?
Penulis: Wahyuni Ningsih