
Senja di Bulan Ramadan
di sudut rumah yang tak lagi muda
ibu duduk dengan doa di dada
wajahnya adalah kitab waktu
terukir garis rindu yang bisu
ramadan merayap pergi perlahan
seperti desir angin di batas halaman
aku ingin menggenggamnya erat
seperti tangan ibu yang hangat
namun waktu adalah sungai yang mengalir
tak bisa dicegah tak bisa dipungkir
ibu menatapku dengan senyum sendu
seakan berkata aku selalu untukmu
Doa Tak Pernah Lelah
di sepertiga malam ibu bersujud
seperti pohon tua yang tak pernah rapuh
namun aku tahu di dalam dadanya
doa-doa terkepal bersama lelah
ramadan akan pamit esok hari
meninggalkan jejak di lantai sunyi
ibu berkata jangan biarkan ia pergi
tanpa membawa tangis dan doa suci
aku pun menggenggam jemarinya erat
seakan waktu bisa kuikat
namun ibu hanya tersenyum dan berkata
ramadan tak pernah benar-benar tiada
Ramadan dan Bayangan Perpisahan
aku takut kehilanganmu ibu
seperti aku takut ramadan berlalu
sebab dalam doa-doa dan sujudmu
ada rumah yang selalu kutuju
waktu seperti debu di jendela
menempel lalu hilang tanpa suara
dan aku hanya bisa meraba
jejak kasihmu dalam cahaya senja
ramadan akan pergi dalam hitungan hari
seperti ibu yang kian sunyi
tapi aku tahu dalam hatiku
tak ada yang benar-benar berlalu
Penulis: Albii