Pengasuh Pondok Pesantren Putri Walisongo Cukir Jombang, KH. Amir Jamiluddin saat memberi mauidah hasanah kepada seluruh santri. (foto: wscukir)

Tebuireng.online— Dalam rangka memperingati peristiwa Isra Mikraj Nabi Muhammad Saw., Pondok Pesantren Putri Walisongo Cukir Jombang, menggelar acara doa dan istighasah bersama yang diikuti oleh seluruh santri. Acara tersebut berlangsung dengan khidmat meskipun sempat hujan di area pesantren. Para santri tetap semangat untuk mengikuti rangkaian kegiatan yang dilaksanakan pada hari Sabtu (27/01/2025) malam.

Kegiatan diawali dengan pembacaan Istighasah yang dipimpin oleh Ustadzah Vina Nihayatul Husna dan Ustadzah Dwi Rosita. Seluruh santri tampak khusyuk mengikuti doa bersama yang dipanjatkan untuk keselamatan dan keberkahan. Tak hanya Istigotsah, acara dilanjutkan dengan pembacaan Sholawat Diba’iyah yang dibawakan oleh Grup Banjari El-Khanza, yang menambah suasana semakin syahdu.

Tausiyah singkat disampaikan oleh Pengasuh Pesantren Walisongo, Dr. KH. Amir Jamiluddin, yang memberikan penjelasan mendalam tentang makna di balik peristiwa Isra Mikraj.

Dalam ceramahnya, Gus Jamil—sapaan akrabnya—mengungkapkan bahwa perjalanan istimewa Nabi Muhammad tersebut terjadi pada tahun ke sebelas kenabian, setelah Rasulullah merasakan kedukaan mendalam atas wafatnya paman beliau, Abu Tholib, dan istri tercinta, Siti Khodijah, dalam waktu yang tidak lama berselang.

“Pada tahun ke sebelas kenabian, Rasulullah sangat bersedih karena pamannya, Abu Tholib, dan istrinya, Siti Khodijah, telah wafat. Allah SWT kemudian meng-Isra Mikraj-kan Rasulullah sebagai bentuk penghiburan,” ujar Gus Jamil.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Beliau juga menjelaskan bahwa ujian hidup yang dialami oleh Rasulullah adalah bagian dari proses peningkatan derajat seorang hamba di hadapan Allah. Dalam tausiyahnya, Gus Jamil menyampaikan tiga kemungkinan alasan Allah menguji hamba-Nya, yakni untuk melatih kesabaran, untuk memberi peringatan atau adzab, dan untuk menjalankan takdir-Nya, seperti dalam peristiwa kematian.

Gus Jamil juga bercerita tentang keteguhan hati Abu Tholib yang selalu mendukung dakwah Rasulullah meskipun menghadapi banyak tantangan. Suatu ketika, para musuh dakwah Rasul mengajukan tawaran agar beliau berhenti menyebarkan ajaran tauhid, dengan iming-iming kekayaan, kedudukan, dan wanita. Namun, Rasulullah dengan tegas menolak tawaran tersebut, mengatakan, “Andaikan engkau letakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku, maka tidak akan aku lakukan untuk urusan yang satu ini,” ceritanya.

Perjalanan Isra Mikraj dimulai dengan perjalanan Rasulullah menggunakan kendaraan bernama Buroq, yang melambangkan penyatuan kendaraan darat dan udara. Dalam perjalanan tersebut, Rasulullah bertemu dengan berbagai nabi, mulai dari Nabi Adam di langit pertama, Nabi Musa di langit kedua, hingga bertemu Nabi Ibrahim di langit ketujuh. Perjalanan ini berakhir di Sidrotul Muntaha, tempat yang sangat tinggi, yang tidak bisa dijangkau oleh malaikat Jibril dan Mikail karena perbedaan derajat.

Gus Jamil mengingatkan bahwa tujuan dari Isra Mikraj adalah untuk memberikan “oleh-oleh” yang sangat penting bagi umat Islam, yakni kewajiban untuk melaksanakan sholat lima waktu. “Isra Mikraj bukan hanya perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual yang membawa kita untuk lebih dekat kepada Allah dengan menjalankan sholat lima waktu.” Pungkasnya.

Acara peringatan Isra Mikraj di Pesantren Walisongo ini ditutup dengan doa bersama, berharap agar seluruh umat Islam dapat mengambil hikmah dari peristiwa tersebut dan selalu meningkatkan ibadah serta ketaqwaan kepada Allah.



Pewarta: Nabila Rahayu