
Tebuireng.online- Sistem Pengajian di Pondok Pesantren Tebuireng menjadi materi terakhir dalam kegiatan Masa Orientasi Santri Baru (MOSBA). Sebelumnya, ada pengenalan dari Santri Husada yang merupakan salah satu ekstrakurikuler di Pondok Pesantren Tebuireng yang bergerak dalam bidang kesehatan. Kegiatan ini dilaksanakan setelah sholat Dzuhur di Masjid Pondok Pesantren Tebuireng, pada hari Ahad (6/7/2025).
Materi sistem pengajian disampaikan oleh Ustadz M Syifa’ul Fuad yang merupakan salah satu pengajar senior sekaligus alumni Pondok Pesantren Tebuireng. Awal pembicaraan, beliau menyampaikan terkait metode belajar dan mengaji Pondok Pesantren Tebuireng.
“Dalam tradisi Tebuireng, pengajian Kitab kuning menjadi jantung utama proses belajar. Sorogan dan Bandongan menjadi 2 metode yang sudah berjalan sejak masa Hadratussyaikh Hasyim asy’ari,” jelas Ustadz Fuad.
Baca Juga: Santri Harus Punya Karakter Peduli terhadap Lingkungan
Beliau menjelaskan bahwa metode sorogan adalah proses belajar satu per satu, di mana santri membaca kitab di hadapan ustadz atau guru untuk kemudian dikoreksi dan dibimbing secara langsung. Sementara bandongan adalah metode di mana seorang guru membacakan kitab dan santri mencatat serta menyimak penjelasan maknanya.
Seiring berjalannya waktu, kini di Tebuireng juga menekankan pentingnya pengajian Al-Qur’an, yang meliputi tahsin, tajwid, hingga program tahfidz. “Pengajian Qur’an diadakan karena beberapa santri ada yang masih belum pandai membacanya dan ini menjadi pengajian tambahan semenjak 20 tahun terakhir. Bukan sekadar rutinitas, tapi bagian dari fondasi spiritual santri. Al-Qur’an harus menjadi teman sehari-hari kalian,” ujarnya.
Selain itu, di Pondok Pesantren Tebuireng juga ada Diniyah Takmiliyah. Diniyah Takmiliyah ini berkontribusi dengan beberepa sekolah di sekitar Pondok karena pembelajarannya adalah sebagai tambahan atau penyempurnaan dari sekolah.
Baca Juga: MOSBA 2025, Santri Pondok Putri Tebuireng Belajar Nilai Ubudiyah dan Akhlak
Selanjutnya, Ustadz Fuad memberikan pengarahan bagaimana cara meraih keberkahan dan kesuksesan dalam belajar, di Tebuireng ada 2 metode yang harus dilakukan oleh para santri yakni pertama Bil kasbi artinya usaha dhohir seperti baca buku, melakukan penelitian, diskusi, dsb. Kedua Bil Kasyfi artinya usaha batin, seperti doa, khidmat, dan sebagainya.
Sesi ini menjadi salah satu materi yang paling mendapat perhatian dari para santri baru, karena menyangkut aktivitas inti mereka selama tinggal dan belajar di Tebuireng. Dengan semangat pembinaan, Pondok Pesantren Tebuireng berharap para santri baru dapat segera menyesuaikan diri dan mengikuti proses pembelajaran dengan baik, guna mencetak generasi ulama, cendekiawan, dan pemimpin umat yang berakhlak mulia.
Pewarta: Bakhit Jauharullaudza
Editor: Rara Zarary