sumber foto: kompasiana.com

Oleh: Oktaffi Arinna Manasikana*

Jombang adalah salah satu daerah penghasil tebu utama di Jawa Timur, yang merupakan salah satu provinsi penghasil tebu terbesar di Indonesia. Jawa Timur secara keseluruhan sering menempati peringkat pertama atau kedua sebagai penghasil tebu di Indonesia, bersaing dengan Jawa Tengah. Banyaknya tanaman tebu di Jombang diantaranya ditandai dengan nama desa Tebuireng di Jombang. Tebuireng sebenarnya tidak ada kaitannya langsung dengan tanaman tebu.

Nama “Tebuireng” lebih dikenal sebagai nama sebuah pondok pesantren terkenal di Jombang, Jawa Timur, yaitu Pondok Pesantren Tebuireng. Terdapat berbagai cerita mengenai asal usul nama Tebuireng. Salah satunya adalah bahwa daerah ini dulunya merupakan daerah rawa-rawa dengan banyak tanaman tebu liar (ireng berarti hitam dalam bahasa Jawa, mungkin mengacu pada jenis tebu liar yang ada di sana).

Jombang memiliki luas lahan perkebunan tebu sekitar 20.000 hektar. Data ini bisa bervariasi setiap tahun tergantung pada berbagai faktor seperti perubahan kebijakan pertanian, kondisi iklim, dan dinamika pasar. Produksi tebu di Jombang mencapai sekitar 1,2 juta ton per tahun. Produksi ini juga dapat dipengaruhi oleh teknik budidaya, penggunaan varietas unggul, serta manajemen kebun yang efektif. Produktivitas rata-rata kebun tebu di Jombang berkisar antara 60 hingga 80 ton per hektar. Produktivitas ini bisa lebih tinggi dengan penerapan praktik pertanian yang lebih baik, termasuk penggunaan pupuk organik, pengendalian hama yang efisien, dan irigasi yang tepat.

Sementara itu hasil limbah tebu atau produksi bagasse (ampas tebu) dari setiap ton tebu yang diproses, dihasilkan sekitar 0,3 ton bagasse. Dengan produksi tebu mencapai 1,2 juta ton per tahun, potensi produksi bagasse di Jombang sekitar 360.000 ton per tahun. Bagasse dapat digunakan sebagai bahan bakar biomassa untuk pembangkit listrik dan uap. Ini juga bisa diolah menjadi briket biomassa untuk penggunaan domestik atau industri. Untuk limbah daun dan sisa tanaman tebu pada setiap hektar perkebunan tebu menghasilkan sekitar 10-15 ton daun dan sisa tanaman setelah panen. Daun dan sisa tanaman dapat digunakan sebagai bahan bakar biomassa atau kompos untuk memperbaiki kesuburan tanah.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Di Jombang, pemanfaatan limbah tebu sebagai sumber energi terbarukan masih dalam tahap pengembangan dan belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal. Namun, ada beberapa inisiatif dan potensi yang sudah diidentifikasi serta upaya yang sedang dilakukan untuk memanfaatkan limbah tebu sebagai sumber energi

Pemanfaatan limbah ampas tebu (bagasse) untuk pembangkit uap dan listrik.

Pemanfaatan limbah ampas tebu (bagasse) untuk pembangkit listrik biasanya dilakukan melalui proses pembakaran dalam boiler untuk menghasilkan uap, yang kemudian digunakan untuk memutar turbin dan menghasilkan listrik. Berikut adalah langkah-langkah umum dalam cara kerja pemanfaatan limbah ampas tebu untuk pembangkit listrik:

  1. Pengolahan Ampas Tebu

Ampas tebu merupakan limbah padat yang dihasilkan setelah proses penggilingan tebu untuk mendapatkan jus tebu. Ampas tebu ini kemudian dikumpulkan dan diangkut ke pembangkit listrik.

  1. Pembakaran

Ampas tebu dimasukkan ke dalam boiler, di mana proses pembakaran terjadi. Boiler dirancang untuk menciptakan kondisi pembakaran yang optimal dengan menggunakan udara yang cukup. Proses pembakaran ini menghasilkan panas yang tinggi, yang digunakan untuk mengubah air dalam pipa-pipa boiler menjadi uap.

  1. Pembangkit Uap

Uap yang dihasilkan dari proses pembakaran ampas tebu digunakan untuk memutar turbin uap. Turbin uap ini terhubung ke generator listrik, yang mengubah energi mekanik dari turbin menjadi energi listrik.

  1. Penghasilan Listrik

Listrik yang dihasilkan oleh generator ini dapat digunakan untuk memasok pada area kecil penghasil limbah tebu yaitu di pakbrik gula dan area luas masyarakat sekitar, atau bahkan dijual ke jaringan listrik umum.

Keuntungan pemanfaatan limbah ampas tebu untuk pembangkit listrik:

  1. Energi Terbarukan: Pemanfaatan ampas tebu sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik merupakan bentuk penggunaan energi terbarukan, yang membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
  2. Lingkungan: Proses pembakaran ampas tebu biasanya dilakukan dengan teknologi yang canggih dan efisien, yang menghasilkan emisi yang lebih rendah dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil.
  3. Pendapatan Tambahan: Pabrik gula dapat menghasilkan pendapatan tambahan dari penjualan listrik ke jaringan listrik umum.

Tantangan dalam Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu untuk Pembangkit Listrik:

  1. Ketersediaan Bahan Bakar: Produksi ampas tebu bisa bervariasi tergantung pada musim panen dan kapasitas pabrik gula. Hal ini dapat mempengaruhi ketersediaan bahan bakar untuk pembangkit listrik.
  2. Investasi Awal yang Besar: Meskipun menghasilkan manfaat jangka panjang, pembangunan pembangkit listrik berbasis ampas tebu memerlukan investasi awal yang besar.
  3. Pengelolaan Limbah: Penting untuk memastikan bahwa limbah hasil pembakaran ampas tebu dikelola dengan baik untuk mengurangi dampak lingkungan.

Pemanfaatan limbah ampas tebu untuk pembangkit listrik merupakan contoh yang baik dari bagaimana limbah dapat diubah menjadi sumber energi yang berguna, yang dapat membantu mengurangi emisi karbon dan meningkatkan keberlanjutan lingkungan.

Sementara pemanfaatan limbah tebu sebagai sumber energi di Jombang belum sepenuhnya terealisasi, ada potensi besar yang bisa dikembangkan. Dengan dukungan teknologi, investasi, dan peningkatan kesadaran, Jombang dapat memanfaatkan limbah tebu untuk menghasilkan energi terbarukan yang berkelanjutan. Beberapa instansi yang terkait seperti pemerintah daerah, pabrik gula, dan lembaga penelitian perlu bekerja sama untuk mengoptimalkan potensi ini.



*Mahasiswa S3 Pendidikan IPA UNS.