
Dalam hidup, kita semua pasti pernah sampai pada titik yang membingungkan. Titik di mana jalan ke depan terasa berkabut, penuh pertanyaan tanpa jawaban. Terutama bagi anak muda entah itu setelah lulus sekolah, kuliah, atau saat memutuskan berhenti dari pekerjaan yang tak lagi memberi makna rasa bingung tentang masa depan adalah perasaan yang sangat manusiawi. Tidak tahu akan jadi apa, takut mengambil keputusan salah, dan ragu apakah pilihan saat ini akan membawa pada kehidupan yang layak atau justru sebaliknya.
Namun, satu hal penting yang perlu diingat adalah, kebingungan bukanlah akhir, melainkan awal. Sering kali, kita merasa malu mengakui bahwa kita sedang bingung. Padahal, Menurut Psikolog Klinis, Meg Jay dalam The Defining Decade, usia 20an merupakan usia matang yang secara psikologis dan biologis. Hampir semua keputusan penting dalam hidup juga diambil di usia 20-an.
Baca Juga: Dunia Terlalu Bising
Dengan kata lain, rasa bingung sebenarnya menunjukkan bahwa kamu sedang bergerak, bukan diam. Kamu sedang bertanya, mencari, dan merenung semua itu merupakan langkah penting menuju pertumbuhan pribadi yang lebih matang.
Kita sering dibesarkan dengan narasi bahwa hidup itu seperti jalan tol, masuk sekolah, lanjut kuliah, dapat kerja, menikah, punya rumah, lalu pensiun. Tapi kenyataannya jauh lebih kompleks. Banyak jalan memutar, persimpangan, dan bahkan jalan buntu. Dunia kerja berubah cepat, teknologi berkembang, dan harapan sosial sering kali tidak lagi relevan dengan kenyataan.
Kebingungan tentang masa depan bisa jadi muncul karena kita terlalu terpaku pada peta lama yang tidak lagi sesuai. Maka, solusinya bukan mencari peta baru yang “sempurna”, tapi belajar fleksibel dan berani menggambar jalan sendiri, langkah demi langkah.
Menurut data dari laporan World Economic Forum “The Future of Jobs” menyatakan bahwa 65% dari anak-anak yang lahir sekarang akan menghadapi tantangan di mana pekerjaan di masa mendatang kemungkinan besar adalah pekerjaan yang belum ada saat ini. Ini menunjukkan betapa cepatnya perubahan dunia, dan mengapa ketidakpastian adalah bagian dari hidup modern. Kita tidak bisa selalu tahu akan jadi apa, tapi kita bisa membangun siapa diri kita saat ini.
Saat bingung dengan masa depan, kita cenderung terlalu fokus pada hal-hal yang belum terjadi dan berada di luar kendali kita. Akankah aku sukses? Akankah aku bahagia? Bisakah aku membahagiakan orang tuaku?
Padahal, yang lebih penting adalah memfokuskan diri pada apa yang bisa kita lakukan sekarang. Hal-hal sederhana seperti belajar satu keterampilan baru, memperbaiki kebiasaan sehari-hari, atau memperluas relasi bisa menjadi batu loncatan besar. Daripada terus bertanya akan jadi apa di masa depan, lebih baik tanya: “Apa satu hal baik yang bisa aku lakukan hari ini?”
Baca Juga: Panduan Praktis untuk Kaum Mageran
Kita sering merasa harus segera tahu apa yang kita inginkan dalam hidup. Tapi kenyataannya, bahkan orang dewasa yang tampak sukses pun sering masih mencari. Hidup bukan kuis dengan satu jawaban benar. Hidup lebih seperti perjalanan panjang dengan banyak percabangan.
Tidak semua orang menemukan panggilannya di usia 20, atau bahkan 30. Ada yang baru mulai usaha di usia 40, atau menulis buku pertamanya setelah pensiun. Maka tak perlu panik jika sekarang kamu belum tahu tujuan hidupmu. Asal kamu terus berjalan, belajar, dan terbuka terhadap pengalaman, arah itu akan terbentuk.
Saat bingung, jangan menutup diri. Tapi juga jangan asal cerita ke sembarang orang. Carilah seseorang yang mau mendengarkan tanpa menghakimi entah itu teman, mentor, guru, atau bahkan seorang konselor profesional. Kita sering kali menemukan kejelasan bukan saat diam di kepala sendiri, tetapi saat membicarakan isi hati dengan orang lain.
Jangan takut terlihat lemah karena bertanya atau mengaku bingung. Justru itulah langkah pertama menuju ketegasan dan arah hidup yang lebih jujur. Ketahuilah bahwa kamu tidak sendiri. Bahkan tokoh besar dalam sejarah pernah mengalami kebingungan dan ketidakpastian. Seperti, Gus Baha yang pernah bercerita bahwa masa muda beliau tidaklah selalu jelas arah hidupnya. Meskipun lahir dari keluarga pesantren dan sangat cerdas, beliau memilih jalur yang sunyi dengan terus mengaji dan mengabdi di pesantren, jauh dari sorotan. Banyak orang mengira beliau tidak “berhasil” karena tidak terlihat publik, padahal beliau justru sedang menyiapkan bekal besar untuk masa depannya.
Contoh lainnya adalah Buya Hamka, beliau pernah diasingkan secara politik, kehilangan posisi, bahkan sempat ditahan karena dianggap berseberangan dengan pemerintah saat itu. Dalam masa itu, beliau mengalami kebingungan besar: apakah perjuangannya selama ini sia-sia?.
Namun dari masa sulit itu, Buya Hamka justru melahirkan karya-karya besarnya seperti Tafsir Al-Azhar dan novel Di Bawah Lindungan Ka’bah. Ia menunjukkan bahwa kegamangan bisa berubah menjadi cahaya asal tidak berhenti berpikir dan menulis.
Baca Juga: Baca dan Lakukan Ini Saat Kamu Merasa Lelah
Tapi semua mereka punya satu kesamaan, mereka terus bergerak, meski perlahan. Mereka tidak menunggu “jawaban besar” datang, tapi mulai dari langkah kecil yang mereka bisa ambil saat itu juga.
Kebingungan adalah bagian alami dari hidup. Ia bukan musuh yang harus dilawan, melainkan sinyal bahwa kamu sedang dalam proses membentuk arah hidupmu. Daripada takut, terimalah kebingungan itu dengan sikap terbuka. Pelan-pelan, satu langkah, satu pilihan, kamu akan sampai di tempat yang kamu butuhkan meskipun itu bukan tempat yang kamu bayangkan sejak awal. Karena sering kali, masa depan yang terbaik justru datang dari jalan-jalan yang tidak pernah kita rencanakan.
Penulis: Albii
Editor: Rara Zarary