
Puisi: Wan Nurlaila
Pulang
Lewat senandung doa kusebutkan perasaan rindu ini pada bidadariku
lewat adzan, kulantunkan ajakan ayah yang ku ingat selalu
sungguh aku merindu, rindu sosok pelindung dan tempat kuberlindung
rindu pada rumah yang menjadi saksi atas kedewasaanku
apakah mungkin jika aku masih di rumah itu, akan aman masa depanku
kini aku merantau
meninggalkan semuanya dengan berat rasa
tak apa kujalani bertahun tahun ini
demi kebahagiaan kedua orang tua
tak apa kini jauh
karena suatu saat ini keberkahan akan kurengkuh
dengan kebahagiaan yang utuh
bersama orang tua
yang mulai menua
pada waktunya.
KEHILANGAN
Semesta
aku tak tahu apa yang kau takdirkan dalam hidup ini
tentang kehilangan separuh nyawa dan hati
tentang kesedihan yang merenggut wajah ceria ini
kuat atau tidak
yang pasti ini telah terjadi
yang bisa kulakukan hanya menerima dan
mengikhlaskan sepenuh hati
terluka dan menangis
aku terima
meski berat tapi aku akan mencoba kuat
dengan doa yang terus terpanjat
semesta
aku manantinya kembali
pada takdir cerita yang pernah kumiliki
dan bertemu serta bercanda kembali
dengannya yang tak mungkin kembali.
RAPUH
Ibu
melihatmu terbaring lemah membuat hatiku rapuh
seakan ikut merasakan dan terbawa atas rasa sakitmu
andai aku bisa mengambil separuh rasa sakit itu
pasti kau tidak semenderita ini ibu
untuk mengurangi sakit yang menyerang tubuhmu
ibu selain doa untuk mu tidak ada yang bisa menenangkan hatiku
tentang segala kekhawatiran dan ketakutan ku
atas sakit yang yang sedang mengikatmu
doa dan sujudku selalu ku lakukan untuk kesembuhanmu
mengarap belas kasihan atas sang penciptamu
dan mengangkat sakit dan mengganti dengan kesembuhan yang kutunggu
Ibu
di sini aku menunggumu
aku akan menemanimu sampai hilang dan habislah rasa sakitmu
tentang membalas sedikit kasih sayangmu
meski tak pernah setara dengan kasih sayang yang kau berikan pada ku.
*Mahasiswa Unhasy, santri PP. Putri Walisongo Jombang.