
Tebuireng.online— Bertepatan dengan tanggal 17 Ramadan 1446 Hijriyah, Pesantren Sains Tebuireng menggelar acara Penutupan Pengajian Ramadan yang berlangsung khidmat di Masjid Salahuddin al-Ayyubi. Acara ini dihadiri oleh Pengasuh Tebuireng, Dzurriyyah Tebuireng, para guru dan pembina, serta seluruh santri Pesantren Sains Tebuireng, pada Senin (17/3/2025).
Rangkaian acara diawali dengan pembukaan, dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, sambutan-sambutan, hingga acara inti berupa mauidhoh hasanah (taushiyah) yang penuh makna. Acara diakhiri dengan doa bersama dan buka puasa bersama sebagai bentuk kebersamaan dalam merayakan hasil pengajian Ramadan.
Dalam sambutannya, Kepala Pondok Pesantren Tebuireng, KH. Arif Khuzaini, menyampaikan rasa syukur yang mendalam atas terselenggaranya pengajian Ramadan tahun ini.
Beliau juga mengungkapkan rasa bangga terhadap para imam tarawih yang berasal dari para pembina Trensains, yang selama ini memimpin tanpa melibatkan imam dari pondok lain.
“Tahun ini, kita telah mengkaji empat kitab. Di antaranya, kitab Washiyatul Musthofa yang dipelajari di SMP Sains, Bulughul Maroom yang dibahas di SMA Trensains, serta kitab At Tanbihatul Wajibat yang diampu oleh Gus Mirza. Kami juga melanjutkan pembahasan Fadhoilul A’mal jilid dua pada malam hari,” ungkapnya.
Pesantren Sains Tebuireng secara rutin membaca karya-karya Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari. Ada enam kitab yang telah dijadwalkan untuk dipelajari secara bergantian setiap tahunnya. Hal ini memastikan bahwa setiap santri yang mulai dari SMP hingga SMA dapat memperoleh pemahaman mendalam tentang karya-karya beliau, yang terus relevan hingga saat ini.
Sambutan selanjutnya disampaikan oleh H. Lukman Hakim BA, Mudir Bidang Pembinaan Pondok, yang menekankan pentingnya niat dalam menuntut ilmu.
“Ilmu harus diniatkan untuk mencari ridho Allah. Jika niat kita benar, dan ilmu yang kita amalkan dengan baik, insyaAllah manfaatnya akan dirasakan oleh masyarakat,” tuturnya.
Pria asal Banten itu juga menyampaikan pesan agar para santri dapat mengamalkan ilmu yang telah dipelajari dan menjaga akhlak mereka, terlebih saat bertemu dengan orang tua.
Selain itu, Gus Variz Muhammad Mirza, yang juga mewakili para Qori’, menyampaikan rasa syukurnya karena bisa mengaji bersama para santri Trensains. Beliau menekankan pentingnya untuk terus belajar dengan sungguh-sungguh dan mengamalkan ilmu yang didapat.
“Kita telah mengkhatamkan kitab yang ditulis KH. Hasyim 90 tahun lalu, dan relevansinya masih terasa hingga kini. Ini menunjukkan bahwa masalah yang kita hadapi hampir tidak berubah dari masa lalu,” jelas Gus Mirza.
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Masruriyah Tebuireng itu juga mengingatkan bahwa tradisi pengajian ini bukan hanya untuk tabarrukan (mencari berkah), tetapi juga untuk memahami dan mempraktikkan isi dari ajaran tersebut.
Gus Mirza pun berbagi cerita mengenai pengalaman beliau di sebuah pondok yang memiliki slogan, “Tirakatku, Sinau”. Menurutnya, sinau (belajar) adalah jalan untuk mengembalikan kejayaan Islam.
“Maka, tirakatlah dengan belajar dan mempraktekkan apa yang sudah dipelajari. Ingat, orang yang memiliki ilmu namun tidak mengamalkannya akan mendapat dosa besar,” pungkasnya.
Pewarta: Aulia Rahmah