
Tebuireng.online- Yayasan Sunan Giri Menganti Gresik melakukan kunjungan ke Pesantren Tebuireng pada Senin (21/10/2024). Kunjungan ini dilaksanakan guna menyambung silaturahmi, berguru kepada para guru Tebuireng, dan memperingati hari santri.
“Memang sengaja kami pilih hari ini, ‘kan besok hari santri. Jadi niatnya memang untuk menunjukkan kecintaan kami pada guru besar kami Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, dan guru-guru lainnya di Tebuireng,” ungkap KH Lutfi, perwakilan dari Yayasan Sunan Giri.
Dalam kunjungannya yang dilaksanakan di lantai 1 gedung Yusuf Hasyim, dari pukul 11.20-13.00 WIB, ada beberapa sambutan dari pihak Tebuireng, seperti dari KH. Abdul Ghofar (Gus Ghofar), H. Lukman Hakim, dan Gus Mirza.
Saat Gus Mirza sambutan, beliau menyampaikan tentang perjalanan Pesantren Tebuireng. Pengasuh Pondok Pesantren Masruriyyah ini mengatakan tentang bagaimana bisa Pesantren Tebuireng bisa bertahan sampai detik ini dengan pengaruh yang cukup besar.
Beliau bercerita, bahwasanya Hadratussyaikh dulu pernah bilang kalau tugas para guru adalah mencerdaskan anak bangsa, “Kita sebagai pengajar tidak boleh meninggalkan bangsa ini dengan generasi yang bodoh, sebab ini bisa merusak bangsa, solusinya apa? Solusinya adalah dengan ilmu. ‘Dengan ilmu nantinya para anak bangsa menjadi cerdas, paham, jujur,’” dawuh Hadratussyaikh yang diceritakan oleh Gus Mirza.
Beliau juga bercerita tentang sosok Hadratussyaikh yang menjadi contoh guru di mana-mana, guru yang bisa mengayomi para santrinya, guru yang tidak hanya bisa mengisi otak santrinya dengan ilmu tapi juga bisa mengambil hati seluruh santrinya. Guru yang tidak pernah luput mendoakan, memberi contoh baik, dan ikhlas mendidik santrinya.
“Keluar dari Tebuireng minimal bisa jadi; 1. Ulama, 2. Umaroh (kekuasaan di pemerintahan) biar bisa berdakwah di pemerintahan, adil, amanah, dan jujur saat menjabat, 3. Orang kaya untuk mendukung dakwahnya orang Islam, 4. Bisa bebas sesuai passion kalian tapi harus yang bermanfaat untuk agama,” pesan KH Hasyim Asy’ari pada santrinya yang diteruskan oleh Gus Mirza.
Menyinggung mengenai hari santri, sedikit bercerita kejadian nyata, mengapa saat Hadratussyaikh menyeru untuk jihad langsung berbondong-bondong orang datang?, nah hal itu juga diceritakan oleh Gus Mirza.
“Tebuireng pada tahun 1942 sudah melahirkan 25.000 ulama, sebelum merdeka itu, kemudian di saat perang melawan penjajah, Hadratussyaikh mengerahkan para santrinya untuk ikut berperang. Bayangkan saja yang lulus dan jadi ulama di daerahnya saja ada 25.000, belum dengan santri dari santrinya beliau. Itu sebabnya mengapa kalau Hadratussyaikh yang memanggil pasti langsung banyak yang datang. Ya karena itu sebagai bentuk taatnya kepada guru, tidak melupakan jasa guru, dan tetap cinta kepada gurunya” jelas Gus Mirza.
Lanjutnya, dan setelah kejadian perang tersebut, para santri Hadratussyaikh kembali ke daerah masing-masing untuk kembali menyiarkan agama Islam. Itu yang bisa dicontoh dari Hadratussyaikh, seorang ulama besar yang bisa membaur dangan siapa saja, bahkan bisa menyatukan orang yang beda aliran. Gus Mirza berharap semoga silaturahmi ini mendapat berkah, dan apa yang dihajatkan oleh Yayasan Sunan Giri bisa tercapai.
Pewarta: Albi