
Sebagai seorang pendidik di pesantren atau bahkan sebagai pemimpin pondok pesantren, tentu mempunyai harapan agar para santri memahami ilmu agama dengan baik. Ilmu agama dianggap sebagai inti dari materi yang diajarkan di pesantren, dan kebahagiaan tersendiri bagi seorang guru ialah melihat santri atau muridnya menjadi ahli fiqih atau memiliki pemahaman yang mendalam dalam ilmu agama.
Di pesantren, pembelajaran ilmu agama tidak hanya dilakukan melalui upaya-upaya fisik seperti pengajaran intensif dan pembinaan yang ketat, serta contoh-contoh dari para guru dan kiai, tetapi juga melalui usaha batiniah seperti doa. Seorang guru sebaiknya senantiasa mendoakan kesuksesan santri-santrinya dalam memahami ilmu agama. Terkait dengan doa guru kepada muridnya, Al-Qadhi ‘Iyadh dalam Tartib al-Madarik wa Taqrib al-Masalik menceritakan tentang seorang guru mulia yang datang ke Ka’bah dan berdoa:
اَللَّهُمَّ أَيُّمَاغُلَامٍ عَلَّمْتُهُ، فَاجْعَلْهُ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ
Artinya: “Ya Allah, siapa pun yang telah aku ajari, tempatkan dia di antara hamba-hamba-Mu yang saleh.”
Dikatakan bahwa setelah berdoa demikian, guru tersebut berhasil mencetak sekitar sembilan puluh ulama dan orang-orang shaleh melalui pengajaran dan bimbingannya. Hikmah yang dapat diambil dari kisah ini adalah bahwa keberhasilan dan pemahaman seorang murid atau santri terhadap ilmu tidak hanya hasil dari usaha fisik semata, tetapi juga memerlukan usaha batiniah. Keseimbangan antara usaha pembelajaran yang kualitatif dan doa yang terus-menerus ditujukan kepada Allah SWT sangatlah penting.
Salah satu doa yang dapat diamalkan oleh para guru untuk mendoakan murid-muridnya di pesantren adalah doa yang sering diucapkan oleh Kiai Ali Mustafa Yaqub setelah shalat berjamaah. Doa tersebut berbunyi:
اللَّهُمَّ فَقِّهْنَا فِي الدِّينِ وَعَلِّمْنَا التَّأْوِيلَ. اَللّهُمَّ فَقِّهْ مَنْ يَدْرُسُ فِي هذَا الْمَعْهَدِ فِي الدِّيْنِ وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيْلَ
Artinya: “Ya Allah, pahamkanlah kami tentang ilmu agama dan ajarkan kami takwil. Ya Allah, pahamkanlah ilmu agama pada siapa pun yang belajar di pesantren ini dan ajarkan lah mereka takwil.”
Doa di atas sebenarnya adalah bentuk iqtibas atau saduran dari hadits yang dimodifikasi oleh Kiai Ali Mustafa Yaqub dari sebuah riwayat yang disampaikan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya. Dalam riwayat tersebut, diceritakan suatu malam Rasulullah saw. sedang di rumah Maymunah. Di sana ada Ibnu ‘Abbas dan ia membantu menyiapkan air wudhu untuk Rasulullah Saw., Maymunah pun berkata, “Wahai Rasulullah, anak ini – yang menuangkan air wudhu untukmu – bernama Ibnu ‘Abbas.” Nabi saw. pun seketika berdoa:
اللَّهُمَّ فَقِّهُّ فِي الدِّينِ وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيلَ
Artinya: “Ya Allah, pahamkanlah ia ilmu agama dan ajarkan ia takwil.” (HR Ahmad).
Doa ini mencerminkan pentingnya pemahaman ilmu agama dan tafsir Al-Quran. Melalui doa ini, diharapkan usaha lahiriah dalam pembelajaran diimbangi dengan usaha batiniah, sehingga murid dan santri dapat menjadi ahli dalam ilmu agama. Semoga doa ini memberikan hasil yang baik. Amin.
Ditulis oleh Anis Faikatul Jannah, mahasiswa Universitas Hasyim Asy’ari