Ilustrasi sowan / berkunjung pada guru (sumber gambar: gurusiana)

Oleh: Dr. Ahmad ‘Ubaid Hasbillah 

اِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيّدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَسْلِيمًا كَثِيْرًا

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ رَوَاهُ التِّرْمِذِيّ

Sidang Jumat yang dirahmati oleh Allah

Melalui ayat dan hadis yang telah dibacakan, pertama-tama kami hendak mengingatkan diri kami pribadi khususnya, sekaligus mengajak segenap jamaah kaum muslimin untuk senantiasa meningkatkan kualitas iman kepada Allah SWT. Kita tingkatkan komitmen dan usaha kita untuk menjalankan perintah Allah serta tuntunan Rasulullah SAW, sekaligus menjauhi larangan-larangan Allah dan juga peringatan-peringatan Rasulullah. 

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Jamaah yang dimuliakan oleh Allah 

Pada momen kali ini, kita sebagai keluarga besar pondok pesantren Tebuireng mengadakan Halal bi Halal yang mempertemukan santri dengan alumninya, juga para alumni dengan para gurunya. Ini adalah momentun terbaik bagi kita selaku santri, alumni, maupun siapa pun yang menjadi bagian dari keluarga besar pesantren Tebuireng, bahkan keluarga besar secara umum. Kita ciptakan momen yang berkah ini agar menjadi kesempatan dekat kepada Allah, semakin bermanfaat untuk umat dan bangsa. 

Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dalam Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim menegaskan kebutuhan-kebutuhan pokok dalam proses belajar mengajar. Judul lengkap kitabnya yakni Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim fi ma Yahtaju ilaihi al-Muta’allim fi Ahwali Ta’allumih. Artinya kitab ini menjelaskan hal-hal yang menjadi kebutuhan dasar, pokok, dan primer dalam menjalankan proses belajar mengajar. Maka adab ini menjadi salah satu kebutuhan pokok ketika menjalani proses pendidikan, baik bagi santri, alumni, atau santri yang tidak menetap di pesantren. Supaya ilmu yang diberikan oleh Allah itu bisa menancap kuat di dalam hati kita, kuncinya melalui adab. 

Kemudian beliau menuturkan beberapa topik; adab santri kepada dirinya sendiri, kebutuhan santri terhadap adab kepada gurunya (adab al-muta’llim ma’a syaikhihi). Pada poin ke lima di sana dapat kita temukan salah satu pernyataan yaitu an ya’rifa lahu haqqah wa la yansa fadhlah wa an yad’uwa lahu muddata hayatih wa ba’da mamatih, wa yura’iya dzuriyyatahu wa aqaribahu wa awidda’ahu wa yata’ahhada ziyarata qabrihi wa al-istighfira lahu wa al-sadaqah a’nhu wa yasluka fi al-samti wa al-huda maslakahu).

Kata Hadratussyaikh di sana bahwa adab seorang santri kepada gurunya, maka guru bisa diperluas menjadi institusi/lembaga bukan hanya kepada personalnya dalam hal ini pesantren. Lebih jelasnya bahwa seorang santri harus menyadari betul kewajiban dirinya terhadap guru/institusi/pesantrennya.

Dia tidak boleh melupakan jasa-jasa guru/pembina/kiainya/intitusi/pesantren. Dia juga harus berdoa kebaikan untuk guru-guru/pembina/kiainya/intitusi/pesantrennya sepanjang hidupnya, entah masih hidup atau sudah wafat. Dia juga harus menjaga kerabat, keturunan. Dan merutinkan untuk mengunjungi guru kita dan orang-orang yang telah berjasa di dalam pesantren. Bahkan bila perlu kita bersedakah atas nama beliau. Kita senantiasa menempuh jalan para guru kita. Inilah salah satu tujuan mulia dari adanya kegiatan yang perlu kita rutinkan, setelah mungkin kita lama berpisah. Begitupun ketika masih di pesantren, seringlah untuk bertemu dengan guru-guru kita. 

Kemudian, Imam Nawawi dalam kitab Riyadh al-Salihin beliau membuat judul bab khusus yang berjudul Ziyaratu ahl al-Khair wa Mujalasatihim wa Suhbatihim wa Mahabbatihim wa Thalab al-Du’a minhum. Ini merupakan bentuk perhatian khusus dari Imam Nawawi sehingga beliau mengumpulkan ayat dan hadis khusus mengenai hal ini. Yakni apa yang harus kita lakukan sebagai manusia, bukan hanya sebagai pelajar, agar kita menikmati kesalehan kita. Barangkali seseorang merasa jenuh dengan kesalehannya, maka dia butuh taman kesalehan. Nah, salah satu taman orang saleh di situ adalah mengunjungi orang-orang baik, duduk bersama mereka, bersahabat dengan mereka, minta doa dengan mereka.

Kemudian Imam Nawawi mengutip ayat:

وَإِذۡ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَىٰهُ لَاۤ أَبۡرَحُ حَتَّىٰۤ أَبۡلُغَ مَجۡمَعَ ٱلۡبَحۡرَیۡنِ أَوۡ أَمۡضِیَ حُقُبࣰا

Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada pembantunya, “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua laut, atau aku akan berjalan (terus sampai) bertahun-tahun.”

قَالَ لَهُۥ مُوسَىٰ هَلۡ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰۤ أَن تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمۡتَ رُشۡدࣰا

Musa berkata kepadanya, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?”

Selevel nabi Musa, seorang nabi dan rasul yang pernah diajak berbicara langsung oleh Allah masih diperintahkan untuk mencari orang-orang yang diberi keutamaan. Maka kisah yang terkenal mengenai hal itu adalah pertemuan Musa dengan nabi Khidir. Maka untuk mendapatkan ilmu yang matang dan berkah menurut ayat di atas adalah mengikuti para guru. Dari sini Imam Nawawi menambahkan penjelasan tentang perlunya mengunjungi orang saleh di tempat-tempat mereka. Jelas tepat ketika dalam agenda Halal bi Halal ini sebagai bentuk kunjungan kita kepada guru-guru kita dalam rangka menambah ketakwaan kepada Allah.

Bahkan Allah mengutus hal serupa kepada Nabi Muhammad, 

وَٱصۡبِرۡ نَفۡسَكَ مَعَ ٱلَّذِینَ یَدۡعُونَ رَبَّهُم بِٱلۡغَدَوٰةِ وَٱلۡعَشِیِّ یُرِیدُونَ وَجۡهَهُۥۖ وَلَا تَعۡدُ عَیۡنَاكَ عَنۡهُمۡ تُرِیدُ زِینَةَ ٱلۡحَیَوٰةِ ٱلدُّنۡیَاۖ وَلَا تُطِعۡ مَنۡ أَغۡفَلۡنَا قَلۡبَهُۥ عَن ذِكۡرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمۡرُهُۥ فُرُطࣰا

Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia. Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas

Nabi diutus oleh Allah agar betah bersama orang yang senantiasi berdoa kepada Allah siang malam. Persis guru kita di pesantren yang waktunya banyak digunakan untuk mendekat kepada Allah, mendoakan muridnya. Dan jangan lah pandangan kita berpaling dari mereka. Barangkali kita sudah lupa siapa yang pernah mengajari kita karena gemerlap dunia, maka perlu kita mengunjungi guru-guru kita. 

Di situ juga tercantumkan hadis yang menerangkan bahwa Umar dan Abu Bakar masih menyempatkan berkunjung kepada orang-orang yang dekat dengan Rasulullah. Salah satunya yaitu Ummu Aiman yang telah membersamai Rasul dari kecil hingga wafat. Yang boleh jadi orang menganggap Ummu Aiman hanyalah budak/pembantu, namun seorang Abu Bakar dan Umar menyempatkan diri mengunjunginya. Sesampainya mereka di rumah Ummu Aiman, keduanya bertanya, “Apa yang membuat Anda menangis ibunda? Bukankah Rasul sudah bahagia di alam sana?” Kata Ummu Aiman, “Saya tahu itu. Tetapi yang saya tangisi adalah tidak ada wahyu yang membimbing saya yang menjadi pembimbing saya.” Akhirnya ketiganya menangis tersedu merindukan kondisi itu. 

Dari sini dapat kita ambil kesimpulan dengan mengutip hadis Rasulullah:

أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِخِيَارِكُمْ؟، قَالُوا: بَلَى، يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ: خِيَارُكُمُ الَّذِينَ إِذَا رُءُوا، ذُكِرَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ

Rasulullah bertanya, “Maukah kalian kuberitahu orang yang terbaik?” Para sahabat menjawab, “Iya, Ya Rasulallah.” Kata Nabi, “Yang terbaik adalah mereka yang ketika melihat, maka mengingat Allah”

Maka jangan sampai kita melihat guru-guru kita dengan pandangan jengkel. Pastikan ketika memandang beliau, kita langsung mengingat Allah. Itulah sarana mendapatkan ilmu yang tertancap di dalam hati, semoga kita semua dimudahkan untuk menambah keimanan dan ketakwaan kita. 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ

وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ

وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ



Ditranskrip oleh: Yuniar Indra Yahya