Pemateri launching dan bedah buku “KH. Hasyim Asy’ari: Pemersatu Umat Islam di Indonesia” di hotel Khas Surabaya. (foto: afabih)

Tebuireng.online— Beberapa tokoh penting hadir dalam acara bedah buku “KH. Hasyim Asy’ari Pemersatu Umat Islam di Indonesia”,  yaitu; Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin), Wakil Gubernur Jawa Timur 2021-2024, Emil Dardak, Ketua Pengurus Wilayah Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU), Prof. Dr. H. Mas’ud Said MSi, Sekretaris Pengurus Wilayah (PW) Muhammadiyah Jatim, Prof. Bianto, Ketua Presnas IKAPETE Pusat, Prof. Dr. H. Masykuri Bakri MSi, dan pengurus IKAPETE se-Jawa Timur.

Prof. Dr. H. Mas’ud Said, dalam sambutannya mengajak semua untuk konect dengan buku 6 bab 46 sub judul ini. Beliau menerangkan Hadratusyaikh merupakan santri dibanyak pondok besar seperti pondok Panji, pondok kiai Jazuli, Ploso, dan Lirboyo.

“Semua pondok dimakan, ilmunya diserap. Kemudian pada usia 17 tahun Hadratusyaikh ke Mekkah, beliau juga sering mendekati syeikh-syeikh untuk mendengarkan dan mencatat ilmunya. Hingga beliau mengajar dan menjadi imam,” ungkap Mas’ud, dalam acara yang diinisiasi oleh Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (IKAPETE) Pengurus Cabang (PC) Surabaya itu.

Karena kepandaian Hadratusyaikh, Ketua ISNU itu berpikir bahwa tidak ada yang akan berani mengaku pintar dibanding Hadratusyaikh.

“Saya kira tidak ada yang mengatakan berani bahwa ia lebih amin daripada Hadratusyaikh. Kalo ada, mana tak deloke batuke, meskipun pasti ada yang juga pinter,” imbuhnya pada peserta bedah buku, di Hotel Khas Surabaya pada Selasa (16/7/2024) lalu.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Baca Juga: Prof. Maskuri Bakri: Sosok Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari adalah Pemersatu Dunia

Lebih lanjut, Mas’ud juga menambahkan selain menjadi pendiri pesantren, Hadratusyaikh juga merupakan penulis banyak kitab, ahli berdzikir, bersholawat dan qiyamul lail.

“Semua ibadah full dari subuh hingga subuh lagi, tidur hanya 1 jam,” tambahnya.

Disisi lain, Prof. Bianto juga angkat bicara tentang buku KH. Hasyim Asy’ari: Pemersatu Umat Islam Indonesia, dari cara bacanya yang cepat, beliau sebagai seorang muhammadiyah mengapresiasi dan merasa ini adalah hal baru, buku yang ditulis dengan manusiawi tanpa bumbu kisah mistik berbeda dengan buku yang pernah dibacanya sebelumnya.

“Biasanya kalo kiai, apalagi ini muassis NU, tapi disini sama sekali tidak ada kisah klemek atau kisah mistik, tidak seperti kisah yang sering kita baca bahwa Hadratusyaikh yang bisa menghilang, bisa berjalan di air, di buku ini tidak ada sama sekali,” ungkapnya.

Bianto menegaskan bahwa cara belajar Hadratusyaikh untuk mendapatkan ilmu seperti manusia pada umumnya.

“Hadratusyaikh kalo belajar ya belajar, kayak biasanya, tidak dengan cara aneh-aneh ataupun laduni,” jelasnya.

Sekretaris Pengurus Wilayah (PW) Muhammadiyah  itu menyebutkan bahwa kontribusi Tebuireng sangat besar pada Muhammadiyah, pasalnya banyak pimpinan Muhammadiyah, ahli tafsir, ulama Muhammadiyah merupakan alumni dari Tebuireng.

“Ulama yang ahli-ahli hadist di kami itu merupakan alumni Tebuireng,” ungkapnya.

Dicontohkan pula seperti ahli hadist dari Paciran Lamongan yang juga merupakan alumni Tebuireng.

Point penting yang ditemukan beliau dalam buku ini yang pertama adalah penggambaran terhadap kebesaran Hadratusyaikh yang manusiawi, jauh dari kesan klemeks atau mistis yang menjadikan buku ini spesial dari yang lain.

Diakhir Bianto juga menjelaskan titik-titik kolaborasi lebih banyak antara NU dengan Muhammadiyah. “Mungkin dibuku lain, semisal perjumpaan Hadratusyaikh dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah. Seperti saat Hadratusyaikh menimba ilmu di Mekkah dengan Syaikh Khatib Al Minangkabawi satu guru dengan Pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan.” Pungkasnya.

Baca Juga: Launching dan Bedah Buku KH Hasyim Asy’ari Pemersatu Umat Islam Indonesia


 


Pewarta: Ilvi Mariana