ilustrasi ibnu khaldun

Sebagian kalangan memahami sejarah sebagai pedoman masyarakat hari ini untuk menyongsong kehidupan di masa mendatang. Banyak pelajaran yang bisa kita pahami dari peristiwa sejarah. Hal ini memberikan nilai positif bagi kita untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik seiring berjalannya waktu.

Namun, tidak semua informasi sejarah di banyak naskah dan tulisan yang beredar di tengah-tengah kita, memberikan informasi akurat dan benar. Bahkan, ada satu statement mengatakan, “Sejarah itu ditulis oleh pemenang.” Itu berarti, sejarah memang tidak seratus persen benar.

Pada kesempatan ini, penulis hendak membawa satu pandangan sederhana salah satu ilmuwan Islam yang namanya masyhur di dunia Barat, Ibnu Khaldun. Beliau berpandapat, bahwa ada beberapa faktor di balik munculnya kebohongan sejarah. Sebagai sejarawan, beliau sangat mendalami kajian tersebut.

Definisi Sejarah

Ibnu Khaldun, ilmuwan yang hidup ketika peradaban Islam mulai terkikis sebab kedatangan penjajah. Di dunia Barat, selain dikenal sebagai sejarawan handal, beliau juga dikenal sebagai bapak sosiologi, ekonomi, dan politik dunia. Gelar tersebut adalah buah dari tulisan dan pemikiran yang sangat mendalam dan luas.

Sebagai sejarawan, Ibnu Khaldun memiliki pandangan tersendiri terhadap sejarah. Menurut beliau, sejarah adalah berita tentang sisi sosial manusia sebagai elemen peradaban dunia dan hal-hal yang dialaminya. Misalnya kesewenangan, kedamaian, kesukuan, dominasi, serta sesuatu yang muncul darinya berupa kerajaan, jabatan, dan beberapa keadaan lain yang mengisi peradaban manusia.  

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dalam mengkaji sejarah, Ibnu Khaldun menyarankan harus ada banyak rujukan, multidisiplin ilmu, dan penalaran yang sangat efektif serta beberapa kaidah-kaidah yang harus diperhatikan sehingga bisa menyeleksi benar tidaknya suatu berita. Hal ini disebabkan, ketika sejarah hanya didasarkan pada penukilan suatu berita, sangat mungkin untuk mengalami kesalahan dan membuahkan suatu kebohongan berita semata.

Faktor Kebohongan dalam Menulis Sejarah

Seringkali sejarawan keliru dalam menulis suatu riwayat atau informasi dari beberapa peristiwa sejarah yang terjadi. Sehingga informasi yang ditampilkan tidak lagi bersifat objektif, tapi bersifat kebohongan semata. Dalam hal ini, Ibnu Khaldun telah merangkum beberapa faktor di balik kebohongan tersebut sebagaimana di bawah ini:

Keberpihakan Penulis terhadap Pendapat atau Mazhab Tertentu

Ibnu Khaldun menjelaskan, jika seseorang bisa bersikap objektif dalam menerima suatu berita, maka dia akan menjadikannya jernih dan teliti dalam berpikir. Sehingga dia mampu untuk mengetahui mana yang dusta dan benar. Hal ini dikarenakan keobjektifan pikirannya sehingga bisa meneliti kebenaran tanpa ada faktor lain yang menghambat.

Namun sebaliknya, jika jiwa seseorang telah berpihak kepada suatu pendapat atau suatu paham, maka dia hanya akan menerima berita-berita yang sesuai dengan keinginannya sejak pertama kali. Hal itu menjadi tabir yang menghalangi pandangan seseorang untuk dapat meneliti dan berpikir secara kritis sehingga menjerumuskannya pada berita yang dusta dan bohong.

Lalai dengan Tujuan

Menurut Ibnu Khaldun, seringkali sejarawan hanya menukil suatu berita, tanpa mengetahui maksud di balik apa yang dia nukil. Baik itu sesuatu yang dia dengar atau lihat, atau yang lain. Akhirnya, dia menyangka apa yang sudah dia nukil adalah suatu kebenaran, padahal hal itu adalah kebohongan semata.

Suka Mendekati Kaum Tepandang dan Para Pejabat Pemerintah

Kebanyakan masyarakat suka mendekati orang terhormat dan pejabat pemerintah dengan cara menyanjung mereka. Setelah itu, masyarakat akan menyebarkan beerita-berita yang berkaitan dengan orang terhormat tersebut. Hal ini mengakibatkan berita-berita yang mereka sampaikan sudah tidak lagi sesuai dengan kenyataan.

Tidak Mengetahui Karakter Peradaban

Menurut Ibnu Khaldun, ini adalah faktor utama dari beberapa faktor yang ada. Secara dasar, setiap peristiwa memiliki karakter khusus dan keadaan yang menyertainya. Ketika seorang sejarawan memahami karakter peristiwa-peristiwa dan keadaan dunia, maka hal itu akan membantunya dalam meneliti berita sehingga dia akan tahu kebenaran suatu berita.

Seringkali sejarawan menerima suatu berita yang tidak masuk akal, lalu menyebarkan informasi tersebut kepada khalayak umum. Ibnu Khaldun mencontohkan, sejarawan al-Mas’udi menjelaskan bahwa saat Alexander membangun kota Alexanderia, dirinya dihalangi oleh hewan-hewan laut. Setelah itu, Alexander membuat kotak kaca untuk menyelam ke dasar laut dan membuat patung sehingga hewan laut ketakutan.

Dalam cerita tersebut, ada beberapa hal yang perlu dikoreksi. Misal, karakter raja jelas tidak mau menempuh risiko seperti itu. Jika sang raja memaksa untuk melakukannya, jelas dia telah menjerumuskan dirinya ke dalam bahaya, rakyat pun jelas akan menghindar dari sang raja tersebut.

Dan juga, orang yang menyelam ke dalat laut, walaupun di dalam kotak, akan mengalami kesulitan bernafas. Sehingga oksigen terbatas karena aktivitas nafas yang terhambat. Akibatnya, ia akan kehilangan udara dingin yang menstabilkan paru-paru dan hati. Jika itu terjadi, jelas dia akan mati.

Kesimpulan

Demikianlah catatan sederhana dari pandangan Ibnu Khaldun terhadap faktor-faktor di balik kebohongan sejarah. Dari beberapa faktor tersebut, beliau berusaha menuliskan sejarah dan kaidah yang ada di dalamnya dengan cara objektif dan bisa dipertanggungjawabkan. Hal inilah yang kemudian membuat beliau terkenal baik di dunia Timur atau Barat, sebagai sejarawan yang memberikan pengaruh besar bagi perkembangan intelektual dunia.

Baca Juga: Islam (pernah) Berjaya di Bidang Sains


Referensi: Mukadimah Ibnu Khaldun (Sebuah Karya Mega-Fenomenal dari Cendekiawan Muslim Abad Pertengahan) oleh penerbit PUSTAKA AL-KAUTSAR cetakan kesembilan, Oktober 2017.


Ditulis oleh Moch. Vicky Shahrul H