
Tebuireng.online- Hari terakhir Masa Orientasi Santri Baru (MOSBA) Pondok Putri Pesantren Tebuireng, para santri dibekali materi ubudiyah dan akhlak yang disampaikan oleh Ustadzah Anis, Ahad (6/7/2025). Acara ini bertempat di ruang Jabo dengan diikuti sebanyak 259 santriwati.
Ustadzah Anis membuka materi dengan menerangkan pentingnya pemahaman tentang ubudiyah yang dapat menjadikan individu yang baik, dan dapat mendekatkan pada Allah SWT. “Ubudiyah merupakan segala bentuk ketaatan dan ibadah yang dilakukan seorang hamba kepada Allah SWT.,” terangnya.
Sebagai bentuk penerapan ubudiyah, para santri juga diajarkan cara memakai mukena yang baik dan benar dalam melaksanakan ibadah salat. Pemahaman ini meliputi beberapa poin penting, seperti mengetahui batasan aurat perempuan, aturan di pondok untuk menggunakan mukena terusan, memakai ciput agar rambut tidak keluar atau terlihat, mengenakan sarung atau rok khusus saat salat, serta mengganti mukena setiap 1 Minggu sekali.
“Mbak-mbak tahu kegunaan cincin yang ada di bagian tangan mukena terusan, itu untuk apa? Agar aurat kita tidak terlihat, kalau di mukena potongan tidak ada,” jelas Ustadzah Anis.
Selain itu, para santri putri juga mendapatkan edukasi mengenai tata cara mencuci dan membuang pembalut dengan benar. Langkah awal yakni dengan melepas pembalut dari celana dalam, mengalirkan air dan menguceknya dengan sabun jika perlu, membilas hingga bersih, kemudian melipat dan membungkusnya dengan plastik bekas sebelum dibuang ke tempat sampah khusus.
“Jangan sampai ditinggal di kamar mandi ataupun di tempat wudhu nggeh,” tegasnya mengingatkan.
Setelah materi ubudiyah, kegiatan dilanjutkan dengan pemahaman tentang akhlak. Dijelaskan bahwa, akhlak berasal dari kata خُلُق yang berarti tabiat, budi pekerti, atau etika. Sedangkan menurut istilah, akhlak adalah tingkah laku yang muncul dari dorongan sadar dalam diri seseorang untuk melakukan perbuatan baik.
Dalam hal ini, Ustadzah Anis menerangkan beberapa contoh penerapan santri yang memiliki akhlak, di antaranya etika ketika berjalan, ketika ada seseorang baik lebih tua maupun teman sebaya, dianjurkan untuk menundukkan kepala, badan, senyum, dan mengatakan “Permisi” saat melewati orang lain, dan tidak berjalan di depan orang yang sedang salat.
Etika duduk pun dijelaskan, seperti larangan untuk duduk berselonjoran saat kegiatan, tidak mengangkat kaki saat duduk, dan tidak diperbolehkan dlosor /tiduran di tempat yang tidak semestinya.
“Jadi kalau ngaji atau dalam kegiatan apapun, tidak diperkenankan selonjoran, duduk dengan posisi kaki diangkat sebelah” tegasnya.
Sementara itu, dalam hal berbicara, santri diingatkan untuk tidak memotong pembicaraan orang lain, kemudian menyesuaikan posisi seseorang yang sedang berbicara, serta membiasakan penggunaan kata seperti “tolong”, “maaf”, dan “terima kasih”.
“Jadi kalau ada yang bicara, didengarkan dulu sampai selesai, jangan dipotong”.
Ustadzah Anis menutup materi dengan quotes penuh makna. “Santri mulia bukan karena ilmunya semata, tapi karena akhlaknya yang menjaga, dan ubudiyahnya yang istiqamah pada Sang Pencipta. Di balik kerudung dan kesederhanaanmu, tersimpan kekuatan ubudiyah dan keelokan akhlak yang menjadikanmu cahaya bagi umat. Jadilah santri yang tak hanya cerdas dalam logika, tapi juga lembut dalam adab, dan kuat dalam ibadah,” pungkasnya.
Baca Juga: Kenalkan Santri Pondok Putri tentang Ketebuirengan, Gus Mirza Tegaskan Ini
Pewarta: Ilvi Mariana
Editor: Muh Sutan