Potret bangunan rumah jin yang ada di Mekkah (sumber: tribhunnews)

Seorang Youtuber yang berasal dari Indonesia bernama Alman Mulyana, mengunggah sebuah video yang memperlihatkan sebuah lokasi tempat yang disebutnya sebagai rumah jin. Video berdurasi 15:37 menit tersebut telah ditonton lebih dari 2 juta orang memperlihatkan sebuah rumah tua di pinggiran kota Makkah yang konon dihuni oleh ratusan jin.

Dalam video tersebut juga disebutkan bahwa rumah tersebut sudah beberapa kali ingin dibongkar, namun gagal. Alman menyebutkan, setiap kali rumah itu akan dibongkar maka kejadian tidak terduga sering terjadi. Di antaranya alat berat yang tiba-tiba rusak hingga elevator terjungkir balik.

Baca Juga: Fenomena Jalan Kaki Ke Makkah, Viralitas atau Spiritualitas?

Beberapa televisi Arab juga pernah memberitakan rumah jin ini semula akan dibongkar untuk pembangunan rambu lalu lintas (lampu merah). Namun dengan adanya kendala setiap melakukan upaya pembongkaran, maka rencana gagal dan bangunan tersebut dibiarkan berdiri hingga sekarang. Bersama dengan dua orang temannya, Alman mengaku juga merasakan aura tidak enak saat berkunjung ke lokasi.

Pada videonya tersebut, ia juga menceritakan bahwa Syekh besar dari Arab Saudi juga pernah mencoba untuk membongkar rumah itu, namun malah dikabarkan kerasukan. Sumber lain menyebutkan jika banyak orang yang penasaran dengan rumah ini dan mencoba mengunjunginya, namun beberapa di antaranya mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan, seperti sesak napas atau merasa takut.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Fenomena ini menjadi cerminan zaman, dimana informasi menyebar secepat kilat. Namun seringkali informasi yang tersebar tanpa diiringi pemahaman yang utuh. Sensasi lebih diutamakan ketimbang esensi, sehingga sebuah tempat bersejarah yang sebetulnya penuh hikmah akhirnya terdegradasi menjadi objek wisata horor. Lantas bagaimana sebagai seorang Muslim, khususnya sebagai santri dan pengikut ajaran Ahlussunnah wal Jamaah menyikapi isu “Rumah Jin” ini?

Menurut kepercayaan Islam, jin adalah makhluk gaib yang diciptakan oleh Allah SWT dari api, sama seperti manusia yang diciptakan dari tanah. Pada alQuran surat adz Dzariyat ayat 57, Allah berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”

Potongan ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah tidak menjadikan jin dan manusia melainkan untuk mengenal-Nya dan agar menyembah-Nya. Maka setiap makhluk, baik jin atau manusia wajib tunduk pada aturan Tuhan dan merendahkan diri terhadap kehendak-Nya, menerima apa yang Dia takdirkan. Tidak seorangpun yang dapat memberikan manfaat atau mendatangkan mudharat karena semuanya adalah dengan kehendak Allah SWT. Mengimani keberadaan Jin juga keharusan, namun untuk berinteraksi secara berlebihan bahkan menaruh rasa takut yang pada tempatnya, hingga menjadikan tempat yang berkaitan dengan mereka sebagai objek kultus adalah hal yang menyimpang dan harus dihindari.

Rumah yang menghadap ke jalan raya dan jaraknya dekat dengan masjid al Jin, oleh pemerintah Kota Makkah telah ditetapkan sebagai rumah jin dan tidak lagi akan dihancurkan. Bahkan beberapa jendela yang tadinya terbuka telah ditutup permanen dengan tembok. Pemerintah juga melarang warga atau pengunjung untuk mengusik keberadaan jin di rumah tersebut, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Lokasi yang kini dijuluki sebagai “Rumah Jin” itu sesungguhnya merujuk pada sebuah tempat dengan peristiwa sejarah yang agung. Dimana ketika Rasulullah Saw., dalam perjalanan pulang dari Thaif setelah mendapatkan penolakan dakwah yang menyakitkan. Beliau berhenti di sebuah lembah bernama Nakhlah untuk melaksanakan shalat. Saat itu sekelompok jin dari wilayah Nasibin (sebuah daerah di antara Suriah dan Irak) lewat dan mendengar lantunan ayat suci al Quran yang dibaca oleh Nabi Muhammad.

Mereka terpukau oleh keindahan dan kebenaran al-Quran, maka setelah kembali ke kaumnya, mereka menyerukan untuk beriman. Peristiwa ini diabadikan langsung oleh Allah dalam surat al-Jinn ayat 1-2 dan al Ahqaf ayat 29-31. Kisah ini juga diperkuat oleh riwayat dari Sahabat Abdullah ibnu Mas’ud r.a., yang menceritakan bahwa di lain kesempatan, Rasulullah pernah secara khusus menemuinya dan mengajaknya ke sebuah tempat untuk membacakan al-Quran kepada delegasi para jin.

Baca Juga: KH. Hasyim Asy’ari Kirim Uang kepada Menantunya di Mekkah

Ibnu Mas’ud bahkan melihat bekas-bekas api unggun mereka setelah pertemuan selesai (Riwayat ini dapat ditemukan dalam Shahih Muslim dan kitab-kitab tafsir seperti Tafsir Ibnu Katsir). Dari fakta sejarah ini, jelas bahwa lokasi tersebut bukanlah “rumah jin” yang angker. Ia adalah tempat bersejarah di mana sekelompok makhluk Allah dari dimensi lain tunduk dan beriman setelah mendengar kalam ilahi.

Nilai utamanya adalah ibrah (pelajaran) tentang keagungan dan universalitas dakwah al Quran yang menembus batas alam manusia. Sehingga penyebutan “rumah hantu” dan memperlakukannya sebagai destinasi wisata horor adalah sebuah kekeliruan besar. Sikap semacam ini merendahkan nilai sejarah dan menggeser fokus dari hikmah menjadi takhayul. Perbuatan seperti mengambil video dengan gaya ketakutan, sengaja datang pada malam hari untuk mencari sensasi mistis, atau bahkan melakukan ritual-ritual tertentu di sana, adalah tindakan yang tidak pantas dan jauh dari tuntutan syariat.

Sikap yang benar dalam menanggapi isu “rumah jin” adalah pertama, memahami sejarah. Mengetahui bahwa tempat itu adalah Masjid al Jinn, sebuah monumen pengingat akan kebesaran al Quran. Kedua, mengambil pelajaran. Merenungkan bagaimana al-Quran mampu memberi hidayah bahkan kepada kaum jin, sehingga menambah keyakinan kita kepada kitab suci ini. Ketiga, menghindari sensasionalisme. Tidak ikut-ikutan menyebarkan konten yang menyesatkan atau memberikan narasi mistis yang berlebihan. Keempat, menjaga adab. Jika berkesempatan mengunjunginya, niatkan untuk mengambil pelajaran sejarah dan shalat di masjid tersebut, bukan untuk tujuan aneh-aneh.



Penulis: Anik Wulansari, M.Med.Kom