sumber ilustrasi: uidownload

Oleh: Muhammad Haris Wardana*

Di era digital yang seperti sekarang, perkembangan teknilogi berkembang begitu pesat, terutama pada bidang komunikasi. Saat ini komunikasi melalui media sosial dan platform-platform digital telah menjadi sebuah bagian dari kehidupan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan. Kehadiran internet dan media sosial telah mengubah cara kita dalam berinteraksi dengan orang lain. Namun, semua kemudahan yang diberikan ini muncul sebuah tantangan baru dalam menjaga etika dan kesantunan dalam berkomunikasi di media digital, terutama bagi umat islam yang memiliki panduan moral dan etika yang jelam dalam hal berkomunikasi.

Etika Komunikasi dalam Perspektif Islam

Dalam agama islam seorang muslim harus selalu bersikap sopan santun, menjaga tata krama, dan menghormati orang lain dalam setiap berkomunikasi. Etika berkomunikasi ini bukan hanya berlaku dalam berinteraksi langsung dengan orang lain(bertatap muka langsung), tetapi juga harus menjaga etika berkomunikasi di dunia digital terutama di media soaial. Di dalam al-Qur’an Allah memberikan contoh cara bekomunikasi yang baik dengan orang lain, yang terdapat dalam Surah Al-Hujurat 49 ayat 11:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰۤى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّنْ نِّسَآءٍ عَسٰۤى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۚ وَلَا تَلْمِزُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَا بَزُوْا بِا لْاَ لْقَا بِ ۗ بِئْسَ الِا سْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِ يْمَا نِ ۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 11)

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bagaimana pentingnya menjaga etika dan adab dalam berkomunikasi dengan orang lain. Di dalam konteks dunia digital, kita di larang untuk tidak melakukan penghinaan, ejekan, ataupun fitnah terhadap orang lain. Baik itu melalui media sosial seperti wahtsAap, instagram, X, maupun melalui platform-platform digital lainya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Selain itu di dalam hadits juga Nabi Muhammad juga bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُت

“Barang siapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, hendaklah dia berkata baik atau diam.” (HR. Al-Bukhari No 6018 dan Muslim No 47)

Hadits ini juga menjadi salah satu landasan penting dalam etika berkomunikasi. Hadits ini mengajarkan kita untuk selalu berfikir terlebih dahulu sebelum berbicara dan memastikan bahwa kata-kata yang keluar dari mulut kita itu membawa keabaikan atau kebahagiaan bagi orang lain dan bukan membawa keburukan.

Tantangan Etika Komunikasi di Era Digital

Di zaman sekarang yang serba digital seperti sekarang menawarkan kemudahan dan kecepatan dalam hal berkomunikasi. Kita dapat berkomunikasi dengan keluarga atau orang lain yang berada di tempat yang jauh dengan mudah dan cepat menggunakan platform-platform digital yang ada. Namun, dengan kemudahan dan kecepatan yang di tawarkan membawa sebuah tantangan tersendiri.

Salah satunya adalah kecenderungan dalam hal berbicara atau mengetik sesuatu tanpa berfikir panjang terlebih dahulu. Contohnya di media sosial, kita sering menemukan banyak orang dengan mudahnya mengeluarkan komentar-komentar negatif dan ejekan kepada orang lain, menyebarkan berita hoax, bahkan sering juga melakukan bullying. Hal ini tidak hanya dapat merusak hubungan anatar sesama , tetapi juga dapat menyebabkan atmosfer yang negatif di masyarakat.

Selain itu juga, anonimitas atau keawanamaan didunia digital sering sekali membuat orang merasa bahwa mereka dapat dengan bebas mengatakan apapun tanpa takut akan konsekuensi atau akibat yang akan ditumbulkannya. Padalah dalam islam sendiri setiap perkataan dan ucapan yang kita lakukan itu akan di pertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT sebagaimana yang di sebutkan dalam Al-Qur’an surah Qaf 49 ayat 18 :

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ 

Arinya “Tidak ada suatu kata pun yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).”

Ayat ini mengingatkan kepada kita bahwa setiap kata-kata yang kita ucapkan itu selalu di awasi oleh Allah SWT, dari ayat ini kita seharusnya lebih berhati-hati dalam berkomunikasi termasuk juga ketika kita berada di dunia digital.

Menerapkan Prinsip Etika Komunikasi Islam di Era Digital

Untuk menjaga kesantunan dalam berkomunikasi di dunia digital kita harus menerapkan beberapa prinsip etika berkomunikasi yang ada di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Berikut bebrapa etika berkomunikasi yang ada di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits:

  1. Berbicara atau berkata dengan lemah lembut dan sopan.


فَقُوْلَا لَهٗ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهٗ يَتَذَكَّرُ اَوْ يَخْشٰى

Artinya “Bicaralah kamu berdua kepadanya (fir’aun) dengan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut”. (QS. Taha ayat 44)

Ayat ini menceritakan kisah Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS yang di perintahkan oleh Allah SWT untuk berdakwah kepada Fir’aun dengan kata-kata yang sopan dan lemah lembut. Dari sini dapat di ambil kesimpulan bahwa meskipun fir’aun adalah orang yang sangat zalim dan keras kepala, Allah SWT tetap memerintahkan kepada nabinya untuk menggunakan kata-kata yang sopan dan lemah lembut. Ini menunjukkan bagaimana pentingnya bersikao sopan dan lemah lembut dalam berkomunikasi, meskipun orang tersebut bersikap buruk. Ayat ini juga menunjukkan meskipun kita berkomunikasi melalui layar tanpa bertatap muka langsung. Kita harus tetap berbicara dengan sopan dan lemah lembut, serta hindari penggunaan bahasa yang kasar.

2. Tidak menyebarkan hoaks dan fitnah

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا ۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuan(-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu”. (QS. AL-Hujurat 49 ayat 6)

Dari ayat ini menunjukkan bahwa kalau kita menerima suatau berita kita tidak moleh menerimanya semerta-merta, tetapi kita harus meneliti terlebih dahulu kebenaran dari informasi tersebut sebelum menyebar luaskannya. Sehingga tidak menjadikannya hoax dan fitnah.

3. Menjaga rahasia dan privasi orang lain

Di dalam islam kita di ajar kan untuk menghormati privasi orang lain dan tidak menyebarkan informasi pribadi dari orang lain tanpa sepengetahuan atau izin dari mereka. Seperti yang di sabdakan oleh Nabi muhammad SAW:

لَا يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْدًا فِي الدُّنْيَا إِلَّا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Tidaklah seseorang menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak.” (HR. Muslim)

4. Menahan diri dari berbicara atau berkomentar jika tidak punya ilmunya

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌۗ اِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا

Artinya “Dan janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kauketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isra ayat 36).

 Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak berbicara atau berkomentar jika kita sesuatu itu kita tidak mengetahuinya. Kita tidak boleh menyebarkan dan berkomentar terhadap informasi yang kita sendiri belum mengetahui kebenarannya.



*Mahasiswa KPI Unhasy.