
Dalam beberapa tahun terakhir, dunia kita telah mengalami perubahan besar berkat perkembangan teknologi. Segalanya menjadi lebih cepat dan mudah, termasuk pendidikan. Dengan demikian, asrama Islam yang selama ini kita kenal dengan kuatnya tradisinya, tidak lepas dari pengaruh era digital ini. Jadi bagaimana orang-orang Islam dapat menggunakan teknologi tanpa kehilangan identitas dan nilai-nilai yang ada?
Pertama, mari kita bahas tentang pembelajaran di pesantren. Saat ini sudah banyak pesantren yang mulai menggunakan platform pembelajaran online. Dengan kelas online, pelajar bisa belajar dari kiai atau ulama yang tidak bisa mereka hadiri secara langsung. Ini merupakan kesempatan emas karena siswa dapat mengakses ilmu pengetahuan dari berbagai sumber, bahkan dari seluruh dunia! Misalnya, saat ini banyak pesantren yang menawarkan pembelajaran online. Dengan demikian, para santri bisa mendengarkan hikmah dari kiai yang mereka kagumi tanpa harus pergi ke pesantren lain.
Namun perlu diingat bahwa teknologi tidak menggantikan interaksi tatap muka. Kita semua tahu bahwa berbicara tatap muka selalu penting. Kelas tatap muka tetap menjadi bagian integral dari proses pendidikan. Dengan demikian, siswa tidak hanya memperoleh ilmu saja, namun juga dapat belajar bersosialisasi dan berakhlak mulia.
Lalu kita lihat bagaimana para pensiunan syariah bisa memperluas dakwahnya. Saat ini, media sosial telah menjadi alat yang sangat ampuh untuk menyebarkan informasi dan pesan. Banyak pesantren yang memanfaatkan Instagram, YouTube, bahkan podcast untuk memberikan nasehat dan ilmu agama. Dengan cara ini, dana pensiun syariah dapat menjangkau lebih banyak masyarakat dan menjadikan dakwah lebih mudah diakses oleh semua kalangan. Dengan demikian, dakwah tidak lagi sebatas pengajian di masjid atau pesantren, namun bisa sampai ke rumah-rumah.
Namun, tentu ada tantangan yang harus diatasi. Tidak semua dana pensiun syariah memiliki akses yang memadai terhadap teknologi. Beberapa pesantren di daerah terpencil mungkin mengalami kesulitan dengan internet dan peralatan. Di sini, pemerintah dan lembaga lain harus turun tangan membantu. Kita harus memastikan bahwa semua pensiunan Islam, di mana pun lokasinya, dapat menikmati manfaat teknologi.
Baca Juga: Semangat Dakwah, Santri Harus Paham Literasi Digital
Selain itu, ada juga tantangan dalam hal pemahaman teknologi itu sendiri. Banyak pengajar di pesantren mungkin belum terbiasa menggunakan alat-alat digital. Oleh karena itu, pelatihan untuk para pengajar dan santri tentang cara menggunakan teknologi dengan baik sangat penting. Dengan pelatihan yang tepat, mereka bisa memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan proses belajar dan pengajaran.
Tentunya dalam menghadapi era digital, asrama Islam juga harus melestarikan nilai-nilai tradisional yang telah ada. Meskipun kita hidup di zaman modern, moral dan etika tetap menjadi landasan penting dalam pendidikan. Lalu bagaimana cara menggabungkan teknologi dengan nilai-nilai yang ada? Siswa hendaknya diajarkan untuk menggunakan teknologi secara bijak, menghormati privasi orang lain, dan menunjukkan sopan santun saat berinteraksi di dunia maya.
Di sinilah pesantren dapat berperan dalam mengajarkan etika digital. Siswa harus tahu bagaimana berperilaku di dunia maya, mengenali penipuan dan menggunakan teknologi untuk tujuan positif. Magang Islam dapat menyelenggarakan program untuk mendidik siswa tentang media sosial, pentingnya informasi yang akurat dan cara berinteraksi yang sehat di dunia digital.
Kedepannya kami berharap asrama Islam tidak hanya menjadi tempat belajar agama, tetapi juga pusat pendidikan yang sesuai dengan zaman kita. Dengan memanfaatkan teknologi, pesantren dapat menyajikan materi secara nyata dan membekali santri dengan keterampilan yang dibutuhkan di dunia modern. Santri yang menuntut ilmu di pesantren juga diharapkan dapat menjadi agen perubahan di masyarakat yang siap menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks.
Kesimpulannya, integrasi teknologi dalam pendidikan Islam di era digital bukanlah suatu pilihan, melainkan suatu keharusan. Namun kita harus berhati-hati dalam penerapannya dan tidak melupakan nilai-nilai yang ada. Interior Islam harus terus berinovasi tanpa menghilangkan esensi yang menjadi landasan pendidikan.
Dengan demikian, interior Islam akan terus relevan dan mampu melahirkan generasi cerdas, berakhlak mulia, dan siap menghadapi tantangan zaman. Jadi, melalui teknologi ini, dana pensiun syariah dapat menemukan cara baru untuk menyebarkan ilmu dan cinta, melestarikan tradisi sekaligus melangkah maju ke masa depan.
Penulis: Shofwania Trihastuti, Santri Ponpes Ali Maksum Krapyak Yogyakarta, kini mengabdi di Ponpes Bangunjiwo Yogyakarta.
Editor: Munawara