
Budaya merupakan hasil ciptaan manusia yang kemudian digunakan dalam kehidupan sehari-harinya sebagai cara menjalani kehidupan, seperti yang dikatakan juga oleh Koentjaraningrat (2015) kebudayaan secara luas adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Budaya di Indonesia tentu sangatlah beragam, perbedaan cuaca, keanekaragaman hayati dan kondisi lingkungan di berbagai wilayah yang berbeda mendorong munculnya kebudayaan kebudayaan yang berbeda pula, kebudayaan ini biasanya disesuaikan dengan kebutuhan hidupnya di setiap wilayah. Bak budaya luar negeri yang datang dan menjadi tantangan bagi Indonesia, meskipun budaya luar negeri yang masuk tidak langsung diterima secara utuh, nilai-nilai negatif berpotensi untuk masuk dan merusak jiwa bangsa Indonesia dari nilai dasar Pancasila.
Internet adalah salah satu contohnya, internet adalah salah satu sarana digital yang memberikan informasi, baik secara audio, visual atau juga audio- visual, hal tersebut salah satunya menyebar melalui media sosial seperti TikTok, Instagram, dan YouTube. Penggunaan internet sekarang sudah menjadi budaya bagi warga indonesia, berkaitan dengan budaya, banyak hal bermunculan di internet, meme adalah salah satunya.
Menurut Dawkins (1976), meme adalah “ide, perilaku, atau gaya yang menyebar dari orang ke orang dalam suatu budaya”. Hal tersebut sudah tidak asing di era digital ini, di mana hal tersebut bisa juga didapat di internet. Dalam konteks internet, meme berangkat dari pernyataan tersebut, yang merupakan suatu penyebaran ide yang kemudian diubah isinya menjadi hal lain, tanpa mengubah konsep dasar dari ide tersebut.
Meme ini bisa menyebar dengan sangat cepat, atau yang biasa disebut dengan fenomena viral, dalam KBBI berarti “bersifat menyebar luas dan cepat seperti virus. Adapun penjelasan meme itu sendiri ialah gambar, video, atau teks yang sering kali lucu atau mengandung pesan tertentu yang menyebar dengan cepat di internet.
Biasanya, meme dibuat untuk menghibur, mengomentari kejadian, atau menyampaikan ide dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami. Meme bisa berisi humor, kritik sosial, atau hanya untuk kesenangan. Orang-orang sering membagikan meme di media sosial, dan mereka bisa berubah bentuk atau artinya ketika semakin banyak orang yang berpartisipasi dan membuat versinya sendiri.
Sedangkan untuk akulturasi budaya di era digital adalah ketika budaya dari berbagai negara atau kelompok bercampur dan memengaruhi satu sama lain melalui internet. Di zaman sekarang, kita sudah dapat dengan mudah melihat musik, tarian, makanan, dan tradisi dari berbagai mancanegara hanya dengan ponsel atau komputer.
Akulturasi budaya di era digital punya sisi positif dan negatif. Di sisi positif, kita jadi lebih terbuka dan mengenal budaya lain, seperti K-Pop dari Korea,anime dari Jepang dan meme dari Inggris yang sekarang digemari oleh banyak orang di seluruh dunia. Ini membuat kita lebih menghargai keragaman dan lebih toleran terhadap perbedaan. Kita bisa belajar bahasa baru, dan bahkan mengetahui humor dari berbagai belahan dunia .
Namun, dapat dipastikan juga akulturasi budaya ini memiliki sisi negatifnya. Kadang, kita bisa kehilangan jati diri budaya kita sendiri karena terlalu terpengaruh oleh budaya asing. Misalnya, anak muda lebih suka budaya luar dan melupakan atau tidak lagi tertarik pada budaya lokal. Selain itu, tidak semua pengaruh budaya dari luar itu positif. Beberapa bisa membawa nilai atau kebiasaan yang tidak sesuai dengan budaya kita.
Jadi, akulturasi budaya di era digital adalah sesuatu yang bisa kita manfaatkan untuk belajar dan berkembang, tapi penting juga untuk kita tetap menjaga identitas dan menghargai budaya kita sendiri. Seperti halnya meme, meme tidak hanya memberikan dampak positif seperti memberikan hiburan bagi si pembaca. Namun meme juga bisa memberikan banyak dampak negatif bagi akulturasi budaya antara lain seperti:
Pengaburan Makna Budaya Asli: Dalam meme, elemen-elemen budaya sering kali disederhanakan atau dijadikan bahan lelucon. Hal ini bisa mengaburkan atau merendahkan makna dan nilai asli dari budaya tertentu. Sebagai contoh, elemen budaya yang sakral bisa dipakai hanya untuk tujuan humor, tanpa memahami maknanya.
Stereotip dan Generalisasi: Meme sering kali menggunakan stereotip budaya untuk membuat lelucon. Ini bisa memperkuat pandangan yang salah atau menyederhanakan budaya tertentu, sehingga orang lebih mudah menghakimi atau salah memahami suatu kelompok berdasarkan stereotip tersebut.
Kurangnya Penghargaan Terhadap Budaya Lokal: Karena meme sering menyebarkan tren budaya populer dari negara-negara kuat secara budaya, seperti Amerika Serikat atau Korea Selatan, budaya lokal bisa tergeser. Anak muda lebih sering terpapar budaya asing yang disebarkan lewat meme, sehingga mereka bisa kehilangan minat pada budaya lokal.
Oleh karena itu, sebagai generasi muda kita harus bijak dalam menggunakan teknologi digital terutama internet agar kita tidak terlalu terpengarh oleh budaya asing, sehingga budaya lokal terlupakan.
Penulis: Ahmad Fakhir
Mahasiswa Universitas Hasyim Asy’ari, Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam.