Ujian hidup manusia. (ilustrasi: tafsirqur’an.id)

Oleh: Vira Laily M*

Setiap dari kita pasti pernah menghadapi cobaan dalam hidup. Entah itu kehilangan, kegagalan, atau sekadar hari-hari yang terasa terlalu berat untuk dilalui. Di saat-saat seperti ini, sangat mudah untuk merasa terpuruk dan kehilangan arah. Namun, ada satu kekuatan yang dapat menjadi pegangan kita dalam menghadapi segala rintangan yakni rasa syukur. Selain itu ada banyak sekali cara untuk mengubah ujian menjadi berkah.

Menganggap ujian sebagai berkah dan bukti kasih sayang Allah adalah perspektif yang sangat positif dan penuh hikmah. Dalam banyak tradisi keagamaan, termasuk Islam, ujian dianggap sebagai cara Allah untuk mendekatkan kita kepada-Nya, memperkuat iman, dan membantu kita tumbuh dalam karakter dan spiritualitas.

Dalam Islam, ujian sering kali dianggap sebagai cara Allah untuk menguji kesabaran dan ketabahan kita. Sebagai contoh, dalam Al-Qur’an disebutkan: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, ‘Kami telah beriman,’ dan kamu tidak diuji?” (Surah Al-Ankabut: 2). Ayat ini menunjukkan bahwa ujian adalah bagian dari perjalanan iman. Ketika seseorang menghadapi ujian dengan sikap sabar dan tawakal, ini bisa menjadi kesempatan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan menguatkan iman.

Selain itu, ujian bisa menjadi alat untuk mengingatkan kita akan kebergantungan kita pada Allah. Dalam setiap kesulitan, ada kesempatan untuk berdoa, merenung, dan mencari pertolongan dari-Nya. Hal ini juga bisa memperkuat rasa syukur kita terhadap segala nikmat yang telah diberikan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Baca Juga: Ujian yang Membuat Nabi Adam Berserah

Dalam konteks ini, menganggap ujian sebagai berkah dan tanda kasih sayang Allah bisa membuat kita lebih siap menghadapi berbagai tantangan hidup dengan penuh ketenangan dan keyakinan bahwa setiap ujian memiliki hikmah dan tujuan yang baik. Seperti yang dismpaikan oleh Ustadz Hannan Attaki:

Ujian adalah cara allah membersihkan dosa: menurut sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi Muhammad menyebutkan bahwa seorang mukmin, baik laki-laki maupun perempuan, akan terus diuji hingga bertemu dengan Allah tanpa membawa dosa. Ujian yang kita alami adalah sarana untuk membersihkan diri dari dosa-dosa. Dengan demikian, saat kita diuji, kita harus rida dan yakin bahwa ini adalah cara Allah mempersiapkan kita menjadi hamba yang lebih bersih dan suci.

Menghargai pelajaran yang tersembunyi: Setiap cobaan membawa pelajaran yang berharga. Meskipun pada awalnya sulit untuk diterima, setiap tantangan adalah kesempatan untuk tumbuh dan belajar. Tanyakan pada diri sendiri: “Apa yang bisa saya pelajari dari situasi ini?” Dengan mengubah sudut pandang ini, Anda akan mulai melihat ujian sebagai guru yang bijak.

Istigfar sebagai perisai dari ujian: istigfar, atau memohon ampunan kepada Allah, adalah salah satu cara untuk mengurangi durasi ujian yang kita hadapi. Semakin kuat istigfar kita, semakin sedikit dosa yang perlu dihapuskan, dan ujian yang diberikan oleh Allah pun akan berkurang. Ini menunjukkan betapa pentingnya istigfar dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk pengakuan dan permohonan ampun kepada-Nya.

Menghadapi ujian dengan rida dan ikhlas: ketika diuji, kita perlu memahami makna rida, yaitu menerima ujian dengan penuh kerelaan sambil tetap berdoa kepada Allah agar diberikan jalan keluar. Dan juga ikhlas yang lebih terkait dengan niat ibadah, rida adalah menerima segala takdir Allah dengan keyakinan bahwa ada hikmah di balik setiap cobaan. Sikap ini akan membantu kita menghadapi ujian dengan hati yang lebih tenang dan penuh keikhlasan.

Menangis adalah rahmat, bukan mengeluh: menangis ketika menghadapi ujian adalah hal yang manusiawi dan merupakan rahmat dari Allah. Namun, kita harus membedakan antara menangis sebagai ekspresi rasa sakit dan mengeluh yang berarti menyalahkan takdir Allah. Menangis adalah bentuk pengakuan bahwa kita lemah dan memerlukan pertolongan-Nya, sementara mengeluh dapat menunjukkan ketidakpuasan terhadap takdir.

Memaafkan dan introspeksi diri: sering kali, ketika kita diuji melalui orang lain, kita cenderung menyalahkan orang tersebut. Padahal, ujian tersebut mungkin saja adalah cara Allah untuk mengingatkan kita atas dosa-dosa yang pernah kita lakukan. Sebelum menyalahkan orang lain, introspeksi diri dan memperbaiki kesalahan yang mungkin telah dilakukan adalah langkah yang lebih bijak dan dapat membawa kita lebih dekat kepada-Nya.

Yakinlah akan hadiah di balik ujian: terakhir, kita perlu membangun keyakinan bahwa setiap ujian pasti memiliki akhir yang baik jika kita bersabar dan tetap teguh dalam keimanan. Allah tidak pernah membebani hamba-Nya dengan ujian yang melebihi kemampuan mereka. Dengan keyakinan ini, kita akan lebih mudah menerima dan menghadapi setiap cobaan yang datang dengan lapang dada dan keyakinan bahwa setiap ujian adalah bagian dari rencana besar Allah untuk kebaikan kita di dunia dan akhirat.

Menghadapi ujian hidup memang tidak mudah, tetapi dengan kesabaran, istigfar, dan keyakinan bahwa setiap ujian adalah bentuk cinta dan cara Allah membersihkan dosa-dosa kita, kita akan menemukan kekuatan untuk terus melangkah. Ingatlah, di balik setiap kesulitan, selalu ada kemudahan yang menanti. Semoga kita senantiasa diberi kesabaran dan keikhlasan dalam menghadapi setiap ujian, serta selalu mendapatkan rahmat dan keberkahan dari Allah.



*Mahasiswa KPI Unhasy Tebuireng Jombang.