Manusia dengan drama hidupnya (sumber: iStock)

Topeng yang Selalu Dipakai
Kita hidup
Di kota penuh senyum sopan
Kata-kata baik
Yang menutupi hati berkarat

Mereka berkata “semangat!”
Padahal ingin kau jatuh
Mereka tepuk tangan
Bukan karena bangga, tapi takut tertinggal

Kebenaran menjadi terlalu tajam
Maka kita memolesnya
Dengan kebohongan kecil
Yang lama-lama jadi baju sehari-hari


Dusta yang Kita Wariskan
Kita diajari sejak kecil
Untuk menyenangkan semua orang
Bahkan jika itu berarti
Menyembunyikan diri sendiri

Nilai baik di rapor
Lebih penting dari perasaan hancur
Gelar dan prestasi
Jadi alat ukur manusia

Lalu saat kita mulai bertanya
Mengapa hati ini penuh tekanan?
Mereka jawab, “Sudah begitu aturannya.”
Padahal mereka pun tak paham aturan siapa


Kebenaran yang Tak Diundang
Kebenaran itu tak pernah populer
Ia datang tak diundang
Mengusik nyaman
Mengubah wajah yang tersenyum jadi tegang

Kita lebih suka dusta
Yang rapi, manis, dan tertib
Daripada kebenaran
Yang kacau, jujur, dan menyakitkan

Tapi sampai kapan kita tahan?
Berpura-pura demi damai semu
Sementara dalam hati,
Kita tahu: kita lelah jadi palsu



Penulis: Albii

Editor: Rara Zarary

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online