Bentuk karya mahasiswa PAI Unhasy yang berhasil memenangkan juara 2 di Iraq. (foto: ist)

Tebuireng.onlie– Achmad Haikal Nabil, atau akrab disapa Haikal Mahasiswa  program studi Pendidikan Agama Islam Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) Tebuireng sabet Juara Harapan 2 pada ajang Musabaqah Khat Internasional Assafer ke-13 di Iraq. Event ini diselenggarakan oleh Masjid Kufah Irak, pada Senin (8/1/2024).

Acara yang berlangsung secara online melalui laman Facebook ini mengusung beberapa cabang lomba diantaranya; Khat Diwani, Khat Kufi, Khat Tsulus, Khat Naskhi, Khat Ta’liq, dan juga Khat Riq’ah. Dalam hal ini Haikal menjuarai cabang Khat Riq’ah yang bersaing dengan beberapa negara, seperti: Syuriah, Iran, Mesir, Turki, dan lainnya.

Mahasiswa kelahiran Pamekasan 2001 ini membeberkan persiapan mengikuti ajang lomba ini. Ia mengaku mempersiapkan kurang lebih 1 bulan untuk siap diikut sertakan dalam perlombaan. Tips khusus yang dibagikanya yakni harus mengetahui rahasia-rahasia dalam mmenulis kaligrafi.

Seorang mahasiswa sekaligus abdi ndalem ini juga membeberkan bagaimana ia dapat menulis kaligrafi yakni berawal dari ketika ia menjadi santri di Pondok Pesantren Denanyar Asrama Sunan Ampel, dimana ketika menjadi santri itulah ia bergabung dalam Sekolah kaligrafi Al-Qur’an (SAKAL) hingga saat ini.

Alasannya pun cukup sederhana, karena baginya mendalami dunia ini tidak hanya sekadar tentang menulis. “Karena kaligrafi tidak sekedar menulis, ternyata ada sanadnya juga keilmuannya jelas,” jelasnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sebelum ini, berkat ketelatenannya dalam belajar Kaligrafi, aktivis Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kaligrafi Unhasy ini juga pernah menjuarai beberapa ajang perlombaan seperti juara 2 Nasional khat Diwani pada Tahun 2021 dan Juara 3 Khat Diwani pada tahun 2022 di Universitas Islam Negeri Malang.

Achmad Haikal Nabil, mahasiswa PAI Unhasy yang berhasil menjuarai lomba Kaligrafi internasional di Irak.

Layaknya peserta lomba pada umumnya, terkadang ia juga merasa takut kalah dalam setiap perlombaan yang diikutinya, namun hal tersebut tak membuatnya berhenti mencoba dan selalu berusaha optimis dengan apa yang telah dipelajarinya.

“Meskipun tidak mendapat juara, tetap dapat ilmu, tulisan lebih bagus lagi,” begitulah prinsip yang selalu digenggamnya saat mengikuti perlombaan. Tidak pernah merasa cukup dengan ilmu yang dikantonginya dan menjadikan setiap pengalaman adalah ilmu untuk menjadikannya lebih baik dari sebelumnya.

Lebih lanjut, di balik kesibukannya kuliah, aktivis dan menjadi pengabdi dalem, Haikal juga mendedikasikan hidupnya menjadi pengurus pondok, seperti motto hidupnya.“Jadilah pribadi yang bermanfaat bagi orang lain”.

Tak lupa ia juga beryukur atas pencapaiannya yang diraihnya sejauh ini dan semua pihak yang mendukungnya di setiap lomba yang di ikutinya, walaupun jika terdapat seseorang yang tidak mendukungnya, baginya adalah sifat manusia yang lumrah. “Pencinta tidak butuh klarifikasi pembenci tidak mendengar klarifikasi,” ujarnya mengutip Habib Husein Ja’far Al-Hadar.

Pewarta: Ilvi Mariana