
Setelah melakukan penolakan dan penghinaan terhadap terhadap Allah SWT, kaum ‘Ad yakin bahwa mereka tidak akan diazab. Kisah ini terdapat dalam Al-Qur’an surat Asy-Syu‘arā’ ayat 136-138;
قَالُوْا سَوَاۤءٌ عَلَيْنَآ اَوَعَظْتَ اَمْ لَمْ تَكُنْ مِّنَ الْوٰعِظِيْنَ ۙ
اِنْ هٰذَآ اِلَّا خُلُقُ الْاَوَّلِيْنَ ۙ
وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِيْنَ ۚ
Artinya: “Mereka menjawab, “Sama saja bagi kami, apakah engkau memberi nasihat atau tidak memberi nasihat.”, “(Agama kami) ini tidak lain adalah agama orang-orang terdahulu.”, “Kami (sama sekali) tidak akan diazab.”
Baca Juga: Kisah Kaum ‘Ad, Bangsa Terkuat, Terkaya, dan Sombong (I)
Azab bagi kaum ‘Ad bermula dengan didatangkannya kemarau panjang sehingga selama tiga tahun mereka mengalami masa paceklik yang sangat menyengsarakan. Hal ini telah diceritakan oleh Imam Ibnu Ishaq. Penderitaan yang berkepanjangan tersebut membuat mereka memohon kepada tuhannya agar kondisi tersebut segera berakhir. Mereka mengungkapkan permohonannya di tempat yang dipandang mulia yaitu di Baitullah, Makkah.
Kaum ‘Ad mengutus kurang lebih 70 orang ke tanah suci untuk memohon kepada kepada Allah agar mereka diberi hujan, kemudian mereka berangkat bersama seorang tokoh bernama Muawiyah bin Bakar, kemudian singgah di luar Makkah dan menetap di sana selama satu bulan sambil meminum khamr.
Selain mabuk-mabukan, mereka juga memesan para biduan untuk bersenang-senang, bermaksiat, kaum ‘Ad jadi lupa diri dan melupakan tujuan mereka datang ke Makkah. Setelah satu bulan, mereka akhirnya tersadar akan tujuan mereka datang ke Makkah, mereka pun lantas pergi ke Baitullah untuk mendoakan kaumnya. Salah seorang dari mereka yang bernama Qail bin ‘Anaz mulai berdoa, Allah kemudian menampakkan tiga macam awan yaitu awan berwarna putih, merah, dan hitam.
Setelah itu terdengar suara dari langit yang berseru, “pilihlah untuk dirimu sendiri dari kaummu dari tiga warna awan itu,” Qail bin ‘Anaz menjawab “aku memilih awan hitam karena awan itu banyak mengandung banyak air hujan”, Allah kemudian menggiring awan hitam itu yang dipilih Qail bin ‘Anaz kepada kaum ‘Ad.
Saat itu mereka keluar dari lembah yang dikenal dengan Lembah Al-Mughits, kemudian mereka melihat gumpalan awan hitam yang berarak-arakan diangkasa mereka bersuka ria seraya berkata, “inilah awan yang kami tunggu-tunggu yang akan menurunkan hujan kepada kami”, mereka mengira jika awan hitam akan menolong mereka dari kemarau berkepanjangan, padahal justru awan hitam itulah yang akan membawa bencana bagi mereka, Allah berfirman dalam surat al-Ahqaf ayat 24-25:
فَلَمَّا رَاَوْهُ عَارِضًا مُّسْتَقْبِلَ اَوْدِيَتِهِمْ قَالُوْا هٰذَا عَارِضٌ مُّمْطِرُنَا ۗبَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهٖ ۗرِيْحٌ فِيْهَا عَذَابٌ اَلِيْمٌۙ
تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍۢ بِاَمْرِ رَبِّهَا فَاَصْبَحُوْا لَا يُرٰىٓ اِلَّا مَسٰكِنُهُمْۗ كَذٰلِكَ نَجْزِى الْقَوْمَ الْمُجْرِمِيْنَ
Artinya: “Maka, ketika melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, mereka berkata, “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita.” (Bukan), tetapi itu azab yang kamu minta agar disegerakan kedatangannya, (yaitu) angin yang mengandung azab yang sangat pedih.”
Baca Juga: Kisah Kaum ‘Ad, Pertentangan dan Penolakan Dakwah Nabi Hud (II)
“(Azab itu) menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya sehingga mereka (kaum ‘Ad) menjadi tidak terlihat lagi, kecuali hanya (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang durhaka.”
Walaupun mereka berlari dan bersembunyi ke istana, gua, dan sumur, pada akhirnya angin kencang menerjang mereka.
Dikisahkan kaum ‘Ad diangkat ke udara selama tujuh malam tujuh siang, mereka tersiksa lama oleh angin, usus mereka keluar dari isi perut karena kencangnya putaran, mereka berakhir seperti batang kurma yang kosong, kaum ‘Ad sombong oleh kekuatan dirinya. Bangunan-bangunan megah dan kokoh yang mereka sombongkan itu ternyata tidak dapat melindunginya, selain angin kencang, kaum ‘Ad diazab dengan suara yang menggelegar, Allah berfirman dalam surat al-Mu’minun ayat 41:
فَاَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ بِالْحَقِّ فَجَعَلْنٰهُمْ غُثَاۤءًۚ فَبُعْدًا لِّلْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ
Artinya: “Lalu, mereka dimusnahkan oleh suara yang menggelegar dengan sebenar-benarnya dan Kami jadikan mereka (seperti) sampah yang dihanyutkan banjir. Maka, kebinasaanlah bagi kaum yang zalim.”
Walaupun Allah menghancurkaan peradaban kaum ‘Ad namun atas perlindunganNya, Nabi Hud dan para pengikutnya tetap selamat, hal ini diungkapkan Allah dalam Al-Qur’an surat Hud ayat 58-60:
وَلَمَّا جَاۤءَ اَمْرُنَا نَجَّيْنَا هُوْدًا وَّالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ بِرَحْمَةٍ مِّنَّاۚ وَنَجَّيْنٰهُمْ مِّنْ عَذَابٍ غَلِيْظٍ
وَتِلْكَ عَادٌ ۖجَحَدُوْا بِاٰيٰتِ رَبِّهِمْ وَعَصَوْا رُسُلَهٗ وَاتَّبَعُوْٓا اَمْرَ كُلِّ جَبَّارٍ عَنِيْدٍ
وَاُتْبِعُوْا فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا لَعْنَةً وَّيَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ اَلَآ اِنَّ عَادًا كَفَرُوْا رَبَّهُمْ ۗ اَلَا بُعْدًا لِّعَادٍ قَوْمِ هُوْدٍ ࣖ
Artinya: “Ketika keputusan (azab) Kami datang, Kami selamatkan Hud dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat Kami. Kami selamatkan (pula) mereka (di akhirat) dari azab yang dahsyat.”, “Itulah (kaum) ‘Ad. Mereka mengingkari tanda-tanda (kekuasaan) Tuhan, mendurhakai rasul-rasul-Nya, dan menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi keras kepala.”, “Mereka selalu diikuti dengan laknat di dunia ini dan (begitu pula kelak) di hari Kiamat. Ingatlah, sesungguhnya (kaum) ‘Ad itu kufur kepada Tuhan mereka. Ingatlah bahwa (kaum) ‘Ad, yakni (kaum) Hud, benar-benar telah binasa.”
Baca Juga: Kisah Nabi Ibrahim yang Mencari Tamu hingga Berkilo-kilo Meter
Itulah kisah kaum ‘Ad yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Allah, lalu mendurhakai Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, dan mereka menuruti perintah semua penguasa sewenang-wenang lagi menentang kebenaran, serta mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini, begitu pula di hari kiamat.
Naudzubillahimindzalik…
Penulis: Diba
Editor: Rara Zarary
*Disarikan dari berbagai sumber.