
Bertengkar adalah ketika dua orang atau lebih memiliki perbedaan pendapat atau konflik yang memunculkan emosi negatif, seperti marah atau frustrasi, dan mereka mengungkapkan perasaan tersebut secara verbal atau non-verbal. Bertengkar itu manusiawi, tetapi kadang-kadang bisa merugikan jika tidak diatasi dengan baik.
Jika bertengkar diiringi dengan penghinaan, kebencian, atau tindakan agresif, itu dapat menyakiti hubungan dan memperburuk masalah. Namun, jika bertengkar secara sehat, dengan komunikasi terbuka dan tujuan untuk menyelesaikan konflik, itu bisa menjadi cara untuk memperbaiki hubungan dan menyelesaikan masalah. Jadi, yang penting adalah bagaimana kita mengelola dan menangani konflik tersebut.
Dalam Islam, bertengkar tanpa alasan yang benar atau untuk tujuan yang tidak baik dilarang karena dapat merusak hubungan antar sesama, menimbulkan kebencian, dan mengganggu ketenteraman masyarakat. Islam mendorong umatnya untuk menyelesaikan perbedaan dengan cara yang baik dan damai, serta mengedepankan sikap toleransi, pengampunan, dan keadilan dalam berinteraksi dengan sesama.
Islam memperbolehkan bertengkar dalam konteks tertentu, seperti dalam rangka meluruskan suatu kesalahan atau kezaliman, namun hanya dalam batasan yang ditentukan. Namun, dalam Islam bertengkar tidak boleh berlangsung secara terus-menerus atau tanpa alasan yang jelas. Islam mendorong penyelesaian konflik dengan cara yang baik dan damai.
Oleh karena itu, bertengkar sebaiknya dihindari kecuali dalam keadaan yang memang memerlukan tindakan tersebut, seperti dalam membela kebenaran atau menegakkan keadilan. Untuk menghindari pertengkaran, penting untuk mengembangkan keterampilan komunikasi yang baik, seperti:
- Mendengarkan dengan penuh perhatian: Berikan perhatian sepenuhnya saat orang lain berbicara dan usahakan untuk memahami sudut pandang mereka.
- Mengungkapkan perasaan dengan jelas: Berbicaralah tentang perasaan dan kebutuhan Anda tanpa menyalahkan atau menyerang orang lain.
- Berbicara dengan lembut: Gunakan nada suara yang tenang dan ramah, serta pilihan kata yang tidak menyerang atau menyakitkan.
- Berkomitmen untuk memahami: Ajukan pertanyaan, klarifikasi, dan usahakan untuk memahami sudut pandang orang lain sebelum mencoba untuk diselesaikan.
- Menangani konflik secara proaktif: Jangan biarkan masalah bertumpuk menjadi ledakan emosi. Selesaikan masalah segera sebelum menjadi lebih besar.
- Menjaga emosi: Hindari terlibat dalam diskusi saat emosi sedang memuncak. Beri diri Anda waktu untuk tenang sebelum berbicara.
- Berlatih kesabaran dan pengampunan: Menghargai perbedaan pendapat dan memaafkan kesalahan adalah kunci untuk membangun hubungan yang sehat.
Dengan mempraktikkan keterampilan komunikasi yang baik dan memahami pentingnya penyelesaian konflik dengan damai, Anda dapat menghindari pertengkaran yang tidak perlu. Jika sudah bisa mengontrol emosi dan menghindari pertengkaran, pasti nanti akan memperoleh berbagai manfaat positif, antara lain:
- Hubungan yang lebih baik: Dengan mengontrol emosi dan menghindari pertengkaran, Anda bisa membangun hubungan yang lebih harmonis dengan orang lain, baik itu di rumah, di tempat kerja, atau dalam lingkungan sosial.
- Kesehatan mental yang lebih baik: Mengelola emosi dengan baik dapat mengurangi stres, kecemasan, dan depresi, serta meningkatkan kesejahteraan mental secara keseluruhan.
- Kesehatan fisik yang lebih baik: Lingkungan yang bebas dari pertengkaran dan konflik dapat mengurangi tingkat stres, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesehatan fisik dan kekebalan tubuh.
- Produktivitas yang lebih tinggi: Tanpa terganggu oleh pertengkaran atau konflik, Anda dapat fokus pada pekerjaan atau tugas yang sedang dihadapi, sehingga meningkatkan produktivitas dan kinerja.
- Peningkatan kualitas hidup: Dengan menghindari pertengkaran, Anda dapat menikmati kehidupan yang lebih damai dan bahagia, serta merasa lebih puas dengan hubungan dan lingkungan sosial Anda.
Secara keseluruhan, mengontrol emosi dan menghindari pertengkaran membawa banyak manfaat positif yang dapat meningkatkan kualitas hidup Anda secara keseluruhan.
Penulis: Albii (Mahasiswa Unhasy Jombang)