Ahmad Faozan, Direktur Bank Sampah Tebuireng (BST) saat mengisi workshop Khidmah Ma’had Aly untuk Gerakan Bumiku Hijau di Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, Senin (21/4/2025). foto : panitia

Tebuireng.online- Senin (21/04/2025) Kemenag (Kementerian Agama) menggandeng Ma’had Aly Hasyim Asy’ari dan Bank Sampah Tebuireng (BST) untuk mensukseskan acara Khidmah Ma’had Aly untuk Gerakan Bumiku Hijau. Kegiatan yang bertempat di Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng ini berlangsung dua hari, mulai Senin-Selasa, (21-22/05/2025).

Sambutan ketua panitia yang disampaikan oleh Ahmad Abdul Malik memberikan penjelasan mengenai tujuan diadakannya kegiatan. Ia mengatakan bahwa ini merupakan bentuk memperingati hari bumi ke-55 sekaligus mendukung program prioritas Kementrian Agama Republik Indonesia, khususnya pengarusutamaan ekologi sebagai bagian dari pendidikan islam yang ramah lingkungan.

Ahsan Syaifurrizal selaku ketua umum DEMA AMALI Nasional menyampaikan mengenai kewajiban manusia untuk menjaga alam, terutama sebagai mahasantri memiliki tugas besar untuk mengedukasi diri sendiri dan juga masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. 

“Jangan sampai kita melakukan kejahatan dengan membuat kerusakan di muka bumi ini, sebagaimana firman Allah:

وَلَا تَعْثَوْا فِى الْاَرْضِ مُفْسِدِيْنَ

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Marilah kita, dengan adanya peringatan Hari Bumi ini, memberikan kontribusi nyata, baik melalui hal-hal kecil, sehingga kita sebagai mahasantri Ma’had Aly tidak hanya dikenal dengan keilmuannya saja, tetapi juga peduli dengan kelestarian lingkungan alam,” serunya.

Ustadz Ahmad Faozan direktur BST sebagai pemateri membuat peserta merasa banyak wawasan baru yang didapat dan menggerakkan untuk membuat perubahan bagi alam meski dimulai dengan hal kecil. 

Dalam kesempatan mengisi materi pria yang akrab disapa Pak Fao menceritakan betapa pentingnya menjaga lingkungan. Karena mengisi di Ma’had Aly ia melakukan pendekatan yang akrab dengan mahasantri. 

“Mengapa isu lingkungan ini kurang diminati bagi para santri? Sedangkan dalam pembukaan setiap kitab fikih selalu dimulai dengan bab thoharoh (bersuci), dalil al-Quran dan dalil hadis mengenai penjagaan alam pun sudah tertera,” ucapnya.

Direktur BST itu mengatakan jika masih banyak santri dan manusia pada umumnya, merasa jijik bersih-bersih sampah, dan memilah sampah. Padahal sampah sangat berpotensi merusak bumi, masalah ini sangat serius dan akan dibahas seumur hidup, maka dari itu penanaman sadar lingkungan dimulai sejak sekarang. Begitu banyak sampah yang terurai menunggu ratusan tahun padahal penggunaanya hanya beberapa menit. 

Pak Fao juga mencontohkan beberapa hal yang bisa dilakukan dengan mudah, seperti menghemat energi dengan mematikan listrik jika tidak dipakai, mengurangi penggunan plastik, membawa botol minum sendiri dan seminimal mungkin dengan cara buang sampah pada tempatnya.

Membahas isu lingkungan, Pak Fao juga memberi teladan dari sosok Gus Sholah, Pengasuh ke-7 Pesantren Tebuireng yang mengambil sampah di jalan tanpa malu atau jijik. Kemudian cerita KH. Hasyim Asy’ari pernah menulis fatwa berjudul ‘Pak Tani Penolong Bumi’ yang dalam tulisannya Kiai Hasyim mengatakan bahwa ada kesuburan tanah dan cita-cita yang luhur. Kemudian juga ada Kiai Idris Kamali. Dalam kehidupan sehari-hari selain menyayangi hewan juga senang menanam pohon. Manfaatnya tidak hanya untuk keindahan,atau keteduhan saja, tapi juga sebagai bentuk sedekah oksigen. Kemudian acara dilanjut dengan diskusi dan foto bersama. 

Meski hanya dihadiri oleh delegasi perkelas, kegiatan ini cukup menarik dan responsif terutama bagi teman-teman yang sedang menggelutin isu lingkungan. 

Pewarta: Aulia