Dr. H. Abdul Latif Bustami., M.Si., saat mengisi acara di seminar “Otoritas Religius KH. Muhammad Hasyim Asy'ari Sebagai Faktor Kunci Suksesi Fatwa dan Resolusi Jihad” di aula lantai 3 gedung Yusuf Hasyim pada Sabtu (21/10/2023).
Dr. H. Abdul Latif Bustami., M.Si., saat mengisi acara di seminar “Otoritas Religius KH. Muhammad Hasyim Asy’ari Sebagai Faktor Kunci Suksesi Fatwa dan Resolusi Jihad” di aula lantai 3 gedung Yusuf Hasyim pada Sabtu (21/10/2023).

Tebuireng.online- Dr. H. Abdul Latif Bustami., M.Si., Penulis buku “Resolusi Jihad Perjuangan Ulama: dari Menegakkan Agama Hingga Negara” mengungkapkan bahwa gagasan-gagasan KH. M. Hasyim Asy’ari tidak hanya dalam tulisan. Namun, juga diaktulisasikan dengan gerakan-gerakan, termasuk NU.

Hal itu ia katakan pada seminar “Otoritas Religius KH. Muhammad Hasyim Asy’ari Sebagai Faktor Kunci Suksesi Fatwa dan Resolusi Jihad” di aula lantai 3 gedung Yusuf Hasyim pada Sabtu (21/10/2023).

Ia menyebutkan, “Kita selama 70 tahun, umat Islam pingsan tentang Resolusi Jihad. Saya meneliti selama lima tahun di Surabaya tentang Resolusi Jihad tidak ada satu pun bukti sejarah yang terdokumentasi. Sejarah Nasional itu, penjelasan resolusi jihad itu dalam satu alenia saja,” ujarnya.

Lanjutnya, pengertian resolusi jihad hanya 1 paragraf, orang yang bisa mempertahankan kemerdekaan dengan kematian bukan hal yang mudah. Kalau ada resolusi maka orang akan siap seperti mati syahid.

Ia juga bercerita, dulu dalam ensiklopedia Indonesia tidak memunculkan Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Justru yang mucul adalah orang-orang PKI. Hal ini dikarenakan bagian yang menulis Hadratussyaikh tidak menyerahkan laporannya, sehingga tidak adanya tokoh Islam yang masuk dalam ensiklopedia.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Apa bukti pengaruh Resolusi Jihad itu secara nasional. Bagaimana jihadnya orang Sumatera, Kebumen. Karena seringkali tradisi kita adalah tradisi lisan. Sekarang ini tulisan sejarah tentang G30S/PKI kata PKI sudah dihilangkan”, tambah beliau.

Ia melanjutkan narasi, kehebatan apa dari Hadratussyaikh sehingga dapat memengaruhi banyak pikiran orang-orang di luar. Tahun 1934 sudah memikirkan negara, ada muktamar di Banjarmasin. Guinsekan adalah kumpulan orang-orang Dai Nippon berpengaruh di Jawa, Hadratussyaikh tertulis sebagai Guru Agama. Bahkan pihak Belanda dan Jepang mengenal KH. Hasyim sebagai guru di Indonesia. Bung Tomo pun sering sowan ke Hasyim Asy’ari.

Sebenarnya beliau ditawarkan oleh Nippon menjadi presiden, namun beliau menolaknya. Anaknya, Wahid juga menolak hal tersebut. Sebab itu persoalan negara, beliau tidak menggadaikan otoritas religiusnya untuk negara.

“Jangan salahkan sejarah Nasional Indonesia, kalau umat Islam tidak menulis,” ujar beliau mengutip Kuntowijoyo.


Pewarta: Ilvi Mariana