
Menjadi anak pertama sering diidentikkan dengan (berarti) memiliki tanggung jawab yang lebih besar daripada anak yang lain di keluarganya. Orang tua sering mengharapkan anak pertama untuk menjadi contoh bagi adik-adiknya, mengambil peran sebagai pemimpin keluarga, dan menjadi tumpuan keluarga dalam situasi sulit. sedangkan anak pertama sendiri mungkin akan mencontoh orang tua mereka atau tokoh-tokoh yang mereka anggap sebagai panutan dalam hidup.
Mereka bisa belajar dari nilai-nilai, sikap, dan perilaku positif yang diperlihatkan oleh orang tua, saudara-saudara yang lebih tua, atau tokoh-tokoh inspiratif di masyarakat. Oleh karena itu, menjadi kuat dalam menghadapi tekanan dan tanggung jawab tersebut menjadi penting bagi anak pertama.
Namun tidak semua anak pertama diperlakukan seperti itu, kebanyakan anak perempuan lah yang dituntut harus menguasai segala elemen kehidupan, tentang keadilan ini bisa dilihat dari berbagai sudut pandang. Beberapa orang percaya bahwa menjadi anak pertama membawa tanggung jawab tertentu yang seharusnya dibagi secara adil di antara semua anak dalam keluarga.
Namun, dalam banyak budaya dan keluarga, konsep ini dianggap sebagai tradisi atau norma yang memperkuat solidaritas dan stabilitas keluarga. Yang penting adalah memastikan bahwa semua anggota keluarga merasa dihargai dan memiliki kesempatan untuk berkembang sesuai dengan potensi masing-masing.
Anak Pertama Laki-laki Vs Perempuan
Pandangan bahwa anak pertama yang diharapkan adalah lelaki dan bisa memimpin sering kali merupakan hasil dari norma-norma sosial dan budaya yang sudah ada sejak lama. Namun, pendekatan ini semakin banyak dipertanyakan karena semakin banyaknya kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender dan pengakuan akan kemampuan individual di luar faktor jenis kelamin.
Anak perempuan memiliki potensi yang sama dengan anak laki-laki untuk menjadi pemimpin atau bertanggung jawab besar dalam keluarga. Kemampuan untuk bersikap dewasa dan tangguh tidak tergantung pada jenis kelamin, tetapi lebih pada kepribadian, pendidikan, dan pengalaman hidup.
Oleh karena itu, penting untuk memandang setiap anak sebagai individu yang unik dan memberikan kesempatan yang sama untuk berkembang sesuai dengan bakat dan minat mereka, tanpa memandang jenis kelamin.
Anak perempuan seharusnya diberikan kesempatan yang sama seperti anak laki-laki untuk mengejar minat, bakat, dan cita-cita mereka. Mereka dapat mengejar pendidikan, karier, atau minat lainnya sesuai dengan kemampuan dan keinginan mereka.
Anak perempuan juga dapat memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman yang diperlukan untuk menghadapi tantangan di masa depan, baik dalam konteks keluarga, karier, maupun masyarakat. Yang terpenting, mereka harus didukung untuk menjadi individu yang mandiri, percaya diri, dan berkontribusi secara positif dalam lingkungan mereka.
Orang tua dapat memberikan dukungan yang beragam kepada anak pertama mereka, seperti:
- Mendengarkan: Menyediakan waktu untuk mendengarkan perasaan, ide, dan kebutuhan anak pertama dengan penuh perhatian dan pengertian.
- Memberikan Dorongan: Memberikan dorongan dan motivasi agar anak pertama terus berusaha dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupannya.
- Membangun Kemandirian: Mendorong anak pertama untuk mengambil inisiatif, belajar mandiri, dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai tujuan mereka.
- Menyediakan Dukungan Emosional: Menjadi sumber dukungan emosional yang stabil dan membantu anak pertama mengatasi tantangan dan kegagalan.
- Menyediakan Sumber Daya: Memberikan akses kepada sumber daya yang diperlukan, seperti pendidikan, keterampilan, dan kesempatan untuk berkembang.
- Memberikan Penghargaan: Mengakui dan menghargai usaha dan prestasi anak pertama, serta memberikan pujian dan apresiasi atas pencapaian mereka.
- Mendukung Keseimbangan: Membantu anak pertama dalam menjaga keseimbangan antara tanggung jawab keluarga, pendidikan, dan kehidupan pribadi mereka.
Dukungan ini dapat membantu anak pertama merasa didukung, dihargai, dan mampu mengatasi tantangan yang mereka hadapi dalam peran mereka dalam keluarga.
Penulis: Albii (mahasiswa KPI Unhasy)