
Bulan Dzulqa’dah memiliki keistimewaan yang sangat berarti dalam Islam, khususnya bagi umat Muslim yang ingin melaksanakan ibadah umrah. Salah satu keutamaan utama bulan ini adalah bahwa Rasulullah Saw., selalu melakukan umrah pada bulan Dzulqa’dah. Dari empat kali umrah yang beliau lakukan, tiga di antaranya dilaksanakan pada bulan ini, termasuk umrah Hudaibiyah, umrah Qadha, dan umrah dari Ji’ranah, serta umrah yang dilakukan bersama haji Wada’. Sahabat Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu meriwayatkan sebuah hadis:
اعْتَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَرْبَعَ عُمَرٍ، كُلَّهُنَّ فِي ذِي القَعْدَةِ، إِلَّا الَّتِي كَانَتْ مَعَ حَجَّتِهِ، عُمْرَةً مِنَ الحُدَيْبِيَةِ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مِنَ العَامِ المُقْبِلِ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مِنَ الجِعْرَانَةِ، حَيْثُ قَسَمَ غَنَائِمَ حُنَيْنٍ فِي ذِي القَعْدَةِ، وَعُمْرَةً مَعَ حَجَّتِهِ
“Rasulullah melakukan umrah sebanyak empat kali, semuanya pada bulan Dzulqa’dah kecuali umrah yang dilaksanakan bersama haji beliau, yaitu satu umrah dari Hudaibiyah, satu umrah pada tahun berikutnya, satu umrah dari Ji’ranah ketika membagikan rampasan perang Hunain dan satu lagi umrah bersama haji.” (HR al-Bukhari).
Dzulqa’dah termasuk dalam empat bulan haram yang dimuliakan Allah SWT., yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Dalam bulan ini, amalan baik dilipatgandakan pahalanya, sementara amalan buruk juga dilipatgandakan dosanya. Oleh karena itu, bulan ini menjadi waktu yang sangat tepat untuk memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
Baca Juga: Mengenal Keindahan Bulan Dzulqa’dah
Melaksanakan umrah di bulan Dzulqa’dah memiliki keistimewaan pahala yang besar dan penuh keberkahan. Karena umrah dilakukan pada bulan yang dimuliakan, nilai ibadahnya menjadi lebih tinggi, terlebih jika dilakukan dengan niat yang ikhlas. Umrah di bulan ini menjadi sarana untuk menghapus dosa dan menyucikan jiwa, sebagaimana sabda Rasulullah SAW bahwa umrah yang satu ke umrah berikutnya menghapus dosa di antara keduanya.
Selain keutamaan spiritual yang luar biasa, melaksanakan umrah di bulan Dzulqa’dah memberikan pengalaman yang lebih tenang dan nyaman di Tanah Suci. Karena pelaksanaan umrah ini berlangsung sebelum puncak musim haji di bulan Dzulhijjah, jumlah jamaah yang hadir tidak sebanyak saat musim haji, sehingga suasana di Masjidil Haram dan sekitarnya menjadi lebih lapang dan tidak terlalu padat. Kondisi ini memungkinkan para jamaah untuk beribadah dengan lebih khusyuk dan fokus tanpa terganggu keramaian yang biasanya terjadi saat musim haji. Selain itu, mengikuti jejak Rasulullah yang sering melakukan umrah di bulan Dzulqa’dah menambah nilai spiritual tersendiri, menjadikan ibadah di bulan ini penuh berkah dan ketenangan jiwa.
Pelaksanaan umrah di bulan Dzulqa’dah tidak hanya sarat dengan nilai spiritual, tetapi juga mengandung hikmah sosial yang mendalam. Pada masa lalu, bulan Dzulqa’dah dikenal sebagai bulan di mana orang-orang Arab menghentikan peperangan dan beristirahat dari segala aktivitas perang, menjadikannya simbol kedamaian dan ketenangan yang hakiki. Oleh karena itu, beribadah umrah di bulan ini membawa suasana yang penuh ketenteraman, memungkinkan setiap jamaah merasakan kedamaian batin yang mendalam. Ibadah yang dilakukan pun menjadi lebih khusyuk, seolah menyatu dengan semangat damai yang melekat pada bulan suci ini, memperkuat ikatan persaudaraan dan harmoni di antara sesama umat.
Baca Juga: Kemuliaan Bulan Dzulqa’dah dan Peristiwa di Dalamnya
Dengan segala keistimewaan yang dimilikinya, umrah di bulan Dzulqa’dah menjadi pilihan yang sangat dianjurkan bagi setiap umat Muslim yang mendambakan pahala berlimpah dan keberkahan dalam setiap langkah ibadahnya. Melaksanakan umrah di bulan ini bukan hanya sekadar meneladani jejak suci Rasulullah SAW, tetapi juga merupakan kesempatan emas untuk menyelami waktu yang penuh rahmat, memperbaiki diri, serta menguatkan kualitas spiritual secara mendalam. Di tengah ketenangan dan kedamaian bulan Dzulqa’dah, hati dan jiwa terbuka lebar untuk menerima limpahan rahmat, menjadikan perjalanan ibadah ini bukan hanya sebuah ritual, melainkan sebuah transformasi jiwa yang membawa kedamaian dan keberkahan abadi.
Penulis: Silmi Adawiya, Mahasiswa S3 UIN Malang.