
Mengguliti Rasa
Laku-laku waktu yang berlalu
tanpa sedikit pun aku meminta jeda
di antara lajunya waktu
detik-detik mengguliti rasa
tiada yang bisa ku kendalikan
ketika pijar-pijar senja tak lagi ada
mendung menggantung di kelopak awan
dan hari ini ku panggilkan hujan itu lagi
namun aku tak mencari tempat
yang dikataka paling aman
hanya sekedar berteduh
lembut pada degub dada
beranjak waktu yang lengang
kedua tangan bersedekap erat
memeluk tepat pada hangat
saat detik-detik mengguliti rasa
Kain Kehormatan
Rupamu sungguh memanjakan
setia pada kearifan dan kesehajaan
meliuk-liuk goresanmu oleh tangan malaikat
yang ikhlas bersama detakan samudera
hati berbunga dalam balutanmu
bagaikan raja matram bersamamu
karena kaulah kain kehornatan kami
tak ternilai nestapa perih, dengan ait terjun keringat ini
dan negeri para pemulung
memboyongmu temani
mencabik hati suci pertiwi
riuh pagi yang memancar rindu
Hening
Hening raga tanpa isyarat
membisukan darah dalam aliran
dalam rintik langit mulai berucap
harapan ataukah janji saja
hening sejenak dalam jiwa
merasakan kehendak tak terwujud
janji langit akan bintang
terjaga dalam ruang kosong jagat raya
setitik cahaya kian tersenyum
dalam untaian kata sang langit
terhapusnya ukiran perih kalbu’
entah waktu atau takdir
ataukah sekedar tanya dalam hembusan nafas
mencari jawaban dalam tanya
alasan bintang mengisi langit
teringat janji ataukah keinginan hati
Diam
Melapuk dinding berduri
menggelepak sejuta rintih
riuh dipandang
keras mengerang
tiada teluk terhening
dirampas simpul bibirnya
getar raga sukmanya
tanpa wacana meredam
ia merenung disudut tembok
meratap hidupnya yang pedih
gulita dijera asa
tiada lagi selain kelam
hitam tanpa batas pandang
Penulis: Lalik Kongkar