
Mengenal Jejak Nabi Muhammad Saw
Jaminan keutuhan pemeliharaan Kitab Suci Al-Qur’an merupakan jaminan dari Allah SWT langsung, hal ini berbeda dengan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya, tidak dijamin keutuhan pemeliharaannya oleh Allah, termasuk Kitab Taurat, Kitab Injil, Kitab Zabur dan yang lainnya. Sebuah upaya pemeliharaan keutuhan Kitab Suci Al-Qur’an juga dilakukan Baginda Nabi Muhammad Saw., tidak terbatas pada bacaannya saja, melainkan secara menyeluruh, pemeliharaan bacaannya, pemeliharaan kandungannya yang langsung dipraktikkan dalam kehidupan nyata oleh Rasulullah.
Inilah hakikat yang sebenarnya dalam menjaga pemeliharaan keutuhan Kitab Suci Al-Qur’an, dengan harapan kita yang hidup di zaman sekarang berusaha pula ikut serta menjaga dan memelihara keutuhan Kitab Suci Al-Qur’an.
Dalam rangka ikut serta menjaga dan memelihara keutuhan Kitab Suci Al-Qur’an, ada beberapa tahapan yang harus kita kerjakan secara istiqamah, mengikuti jejak langkah Baginda Nabi Muhammad sebagai contoh teladan utamanya. Sebagaimana dijelaskan perintah khusus dari Allah kepada Rasulullah untuk menyampaikan Kitab Suci Al-Qur’an, pada surah Al-Maidah/5 ayat 67;
يَٰٓأَيُّهَا ٱلرَّسُولُ بَلِّغۡ مَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ مِن رَّبِّكَۖ وَإِن لَّمۡ تَفۡعَلۡ فَمَا بَلَّغۡتَ رِسَالَتَهُۥۚ وَٱللَّهُ يَعۡصِمُكَ مِنَ ٱلنَّاسِۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡكَٰفِرِينَ
“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (Q. S. Al-Maidah/5: 67).
Kemudian disambungkan perintah secara khusus kepada orang-orang yang beriman, agar mentaati Allah dan Rasul-Nya serta mengembalikan dalam segala hal kepada Allah dan Rasul-Nya. Hal ini diperkuat pada firman Allah SWT surah An-Nisa’/4 ayat 59,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٖ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ ذَٰلِكَ خَيۡرٞ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلًا
”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q. S. An-Nisa/4: 59).
Baca Juga: Jaminan Keutuhan Pemeliharaan Kitab Suci Al-Qur’an (1)
Pada surah Al-Maidah/5 ayat 67 Allah SWT memberikan perintah kepada Rasulullah untuk menyampaikan Kitab Suci Al-Qur’an keseluruh umat manusia, apakah mereka mau beriman atau tidak? Apakah mereka mau mengikuti apa yang disampaikan Rasulullah atau tidak? Kewajiban Rasulullah adalah menyampaikan risalah tersebut. Kemudian disambungkan dengan surah An-Nisa’/4 ayat 59 seruan kepada orang-orang yang beriman untuk mentaati Allah dan Rasulullah, serta bilamana ada persoalan diwajibkan dikemabalikan kepada Allah dan sunnah Rasulullah.
Informasi dua ayat di atas memberikan penegasan dikaitkan dengan jaminan keutuhan dalam menjaga dan memelihara Kitab Suci Al-Qur’an, sebuah upaya yang harus dilakukan secara sungguh-sungguh oleh setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah untuk mengikuti jejak langkah Rasulullah SAW, baik dalam ucapan, tingkah laku dan keimanan kepada Allah. Dalam arti lain, bahwa orang yang pertama menjaga dan memelihara keutuhan Kitab Suci Al-Qur’an adalah Baginda Rasulullah, kemudian dilanjutkan oleh para sahabat, tabi’in, tabi’in tabi’in sampai ke zaman kita saat ini.
Maka, muncul sebuah pertanyaan: ”Apakah kita sudah termasuk golongan orang yang menjaga dan memelihara keutuhan Kitab Suci Al-Qur’an? Untuk menjawab pertanyaan di atas, maka ada tiga langkah yang perlu kita ketahui, kemudian cocokkan pribadi kita masuk dalam langkah-langkah tersebut.
Langkah pertama, berusaha dan berupaya untuk bertalaqqi dan musyafahah langsung kepada guru-guru Al-Qur’an yang mempunyai sanad bacaan Al-Qur’an yang bersambung sampai Baginda Nabi Muhammad SAW, yaitu membacakan Kitab Suci Al-Qur’an mulai dari surah Al-Fatihah sampai akhir surah An-Nas.
Talaqqi dan musyafahah ini bisa dilakukan secara personal – sendiri-sendiri atau berjamaah, bacaannya betul-betul dimatangkan sesuai dengan tajwidnya, periwayatan bacaan Al-Qur’annya, hukum mad dan qashrnya, hukum bacaan jelas dan dengungnya, makharijul dan shifatul hurufnya, waqaf dan ibtidanya. Hal ini sangat penting untuk dibudayakan dan dilestarikan, menjadi program utama di setiap pondok pesantren, lembaga-lembaga perguruan Islam, masjid dan mushalla sebagai pusat sentral ibadah.
Langkah kedua, berusaha dan berupaya untuk bertalaqqi dan musyafahah memahami isi kandungan Kitab Suci Al-Qur’an dengan menggunakan beberapa model, yaitu: (1) Menggunakan metode Tafsir Tahlili – secara runut memahami isi kandungan Kitab Suci Al-Qur’an mulai dari surah Al-Fatihah secara bertahap, dilanjutkan pada surah Al-Baqarah dan seterusnya sampai surah An-Nas. (2) Metode Tafsir Maudhu’i atau Tafsir Tematik – mengkaji tema-tema khusus yang dibutuhkan masyarakat, khususnya terkait dengan keimanan, ketakwaan, budi pekerti dan menggali kepribadian para Nabi dan Rasul.
(3) Ulumul Qur’an – Ilmu-ilmu Al-Qur’an untuk membedah keberadaan Al-Qur’an itu sendiri, sehingga memberikan wawasan yang mengantarkan kita betul-betul memahami kehebatan kemukjizatan Kitab Suci Al-Qur’an. (4) Bahasa Arab Al-Qur’an – sebuah upaya penggalian logika sehat yang fokus mengenal dan memahami Allah SWT sebagai Dzat Sang Maha Pencipta – mengurai sifat-sifat Allah Yang Maha Sempurna, kemudian dilanjutkan dengan uraian orang-orang yang dicintai Allah, orang-orang yang tidak disukai Allah, dan dilanjutkan dengan pengulangan perintah bertakwa kepada Allah.
Langkah ketiga, merupakan esensi kehidupan yaitu mempraktikkan isi kandungan Kitab Suci Al-Qur’an dalam kehidupan nyata, berupaya dan berusaha langkah kehidupannya betul-betul diwarnai tuntunan dan bimbingan Kitab Suci Al-Qur’an dan mengikuti sunnah Baginda Nabi Muhammad. Dalam hal ini terbagi menjadi beberapa bagian pokok, yaitu:
- Ibadah Baginda Nabi Muhammad
Dalam hal ibadah kita sangat perlu mengenal dan memahami bagaimana ibadahnya Baginda Nabi Muhammad SAW? Paling tidak kita mengenal dan memahami ibadah Baginda Nabi Muhammad SAW yang dianggap paling penting, yaitu ibadah shalat, dzikir, baca Al-Qur’an dan kedermawanan beliau.
Baca Juga: Jaminan Keutuhan Pemeliharaan Kitab Suci Al-Qur’an (2)
Menurut beberapa sumber, Baginda Nabi Muhammad dalam hal melaksanakan shalat, kakinya sampai bengkak karena lama berdiri dalam melaksanakan ibadah shalatnya. Dalam hal berdzikir kepada Allah SWT seluruh hidupnya selalu berdzikir kepada Allah SWT. Dalam hal bacaan Al-Qur’an, beliau termasuk yang paling rajin di dalam membaca Al-Qur’an. Dalam hal bersedekah, beliau adalah orang yang paling dermawan.
- Dakwah Baginda Nabi Muhammad
Dalam hal berdakwah Baginda Nabi Muhammad Saw., penuh dengan kasih sayang, hikmah bijaksana, diskusi dengan menggunakan akal yang sehat, tidak dengan emosional, membimbing para sahabatnya dengan penuh kesantunan. Hal ini secara khusus dakwah Baginda Nabi Muhammad SAW diabadikan pada firman Allah surah Al-Nahl/16 ayat 125,
ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q. S. An-Nahl/16: 125).
- Budi Pekerti Baginda Nabi Muhammad
Budi pekerti Baginda Nabi Muhammad Saw., baik yang diinformasikan Kitab Suci Al-Qur’an maupun melalui beberapa riwayat, betapa luhurnya akhlak beliau, bahkan menyandang beberapa sifat Allah SWT yang diabadikan firman Allah pada surah At-Taubah/9 ayat 128 – Rauufun (penyantun), Rahiim (penyayang). Budi pekerti lainnya: Ramah, sopan santun, pengasih, murah hati, suka menolong, menanggung kesusahan orang lain, sabar, tahan uji, berani menderita, jujur, dan masih banyak lagi pudi pekerti yang luhur Baginda Nabi Muhammad.
- Kaderisasi Baginda Nabi Muhammad
Poin terakhir ini merupakan masalah yang paling utama terkait dengan kaderisasi penerus estafet perjuangan dari satu generasi kepada generasi berikutnya, yang mana Rasulullah SAW dalam waktu yang cukup relatif singkat mampu mengkader generasi-generasi yang sangat luar biasa, khususnya khalifah Abu Bakar Shiddiq, Umar Ibnu Khathab, Ustman Bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Penulis: Dr. H. Otong Surasman, MA., Dosen Pascasarjana Universitas PTIQ Jakarta.