
Dewasa ini sering sekali kita menghadapi kehidupan yang sangat berantakan. Berteman dengan luka-luka masa lalu rasanya seperti dikejar oleh bayang-bayang hitam. Gelap. Tak tau arah untuk melanjutkan perjalanan. Buku ini mengajarkan kepada kita tentang perdamaian yang membuat hati kita tenang. Siapa lagi kalau bukan berdamai dengan diri kita sendiri.
Ketika beranjak dewasa atau sedang di tahap dewasa, sangat sulit bagi kita untuk bergerak mengupgrade diri karena kita merasa bahwa hidup ini tidak adil. Lebih parahnya lagi kita menyalahkan takdir tuhan. Padahal apa yang telah digariskannya tak pernah salah.
Atika Cahya dengan goresan aksaranya mampu menjadikan pembaca merasa bahwa ini adalah yang related dalam kehidupan. Ia menulis buku ini terbagi menjadi tiga bab: jatuh, tumbuh, dan utuh. Ketika berada di bab pertama, ada ajakan yang diberikan penulis untuk kita supaya mampu dan bisa menerima obat pahit, luka-luka berserakan yang mungkin masih terbayang hingga saat ini.
Penulis juga mengajarkan kepada pembaca untuk memvalidasi rasa kecewa, sedih, menyesal dan terluka. Karena dengan semua yang pahit itu kita bisa menjadi manusia yang istimewa sebagaimana yang dituliskan olehnya “Kamu tak sempurna, tapi kamu istimewa” Dibalik semua rasa pahit itu pasti ada makna terindah yang sedang tuhan siapkan untuk kita.
Berada di bab kedua ini setelah menerima semua pesakitan yang menghujam itu, kita harus bisa merangkul dan berteman dengan segala takdir tuhan. Baik buruknya takdir tuhan itu hanyalah pandangan manusia yang memiliki batasan. Tuhanlah yang memiliki kekuasaan. Dalam perjalanan untuk tumbuh tidak ada paksaan atau siksaan.
Jika lelah, mulailah beranjak untuk istirahat sejenak. Jika ingin menyerah ingatlah tuhan membawamu sejauh ini bukan hanya untuk kalah. Maka, ketika semua usaha yang kita berikan untuk tumbuh, tahap selanjutnya adalah berserah diri kepada tuhan. Tentang semua mimpi dan rencanamu, tentang rasa bahagia yang kita impikan itu semuanya serahkanlah pada-Nya.
Tidak mudah memang untuk bisa berada di bab ketiga dalam buku ini. Untuk utuh maka dibutuhkan melepaskan, memaafkan, dan mengikhlaskan juga menerima setiap kejadian. Langitkan semua doa-doa berharap semoga tuhan berikan sembuh juga utuh.
Hadirnya buku ini adalah sebagai salah satu obat dari bisingnya keramaian masa lalu yang mencekam serta ras gelisah yang datang silih berganti dengan rasa takut untuk tumbuh. Disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan mudah dilahap rakus oleh pembaca yang tidak hanya ingin sembuh tetapi juga utuh.
Namun, ungkapan yang digunakan terlalu berangan-angan sehingga terbesit dalam benak pembaca bahwa ini tidak mungkin. Selain itu juga dalam tulisannya terasa kaku, sehingga selama membaca bisa menciptakan ketegangan tetapi ketika menyelam lebih lama, buku ini memberikan sentuhan-sentuhan halus pada setiap bait kata.
Judul Buku : Izinkan Tuhan Menuliskan Cerita Terindah Hidupmu
Penulis : Atika Cahya
Penerbit :Qultum Media
Tahun Terbit : 2022
ISBN : 978-979-017-470-2
Tebal Halaman: viii + 148 Halaman
Ukuran Buku : 13 x 19 cm
Perensensi : Nabila Rahayu