ilustrasi

Ramadhan merupakan bulan penuh kemuliaan yang menghasilkan segudang kebaikan, walaupun tak sedikit pula kaum muslimin yang merasa Ramadhan hanya sekedar tradisi tahunan. Sebagian masyarakat menganggap Ramadhan hanya berkutat pada perkara menahan lapar dan haus, berbuka puasa bersama, membeli takjil, sahur, asmara subuh, shalat tarawih dan kegiatan lainnya. Padahal Ramadhan, hakikatnya bukan hanya sekedar ritual belaka, melainkan nikmat yang Allah karuniakan pada kaum muslimin untuk membersihkan dosa yang sudah dilakukan selama 11 bulan sebelumnya.

Esensi bulan Ramadhan inilah yang masih belum dipahami oleh masyarakat tanah air. Saking Maha Rahman dan Rahim-nya Allah, bulan spesial inilah yang membedakan dengan umat terdahulu. Saya yakin betapa irinya umat terdahulu kepada umat Nabi Muhammad ﷺ. Pahala ibadah yang bahkan dapat menghapuskan dosa-dosa terdahulu hingga kembali fitrah layaknya bayi yang baru dilahirkan. Masyaallah, nikmat Tuhan yang mana lagi yang engkau dustakan?

Namun nyatanya tak sedikit dari kaum muslim yang mendapati Ramadhan berakhir tanpa meraih ampunan Allah ta’ala. Apa yang menjadi penyebab human error ini semua? Pertama, pemahaman kaum muslimin yang masih belum menyadari sepenuhnya tentang keutamaan bulan Ramadhan. Kedua, terlalu banyak menyibukkan diri dengan urusan dunia hingga lalai dan lupa terhadap ibadah Ramadhan. Ketiga, kurangnya perhatian dalam beribadah dan menuntut ilmu agama.

5 Human Error, Kelalaian di Bulan Ramadhan

Semuanya pasti bergembira dan rindu akan ramainya suasana bulan puasa Ramadhan. Nah, ada 5 human error yang tanpa sadar banyak dilakukan masyarakat selama puasa. Jangan kaget, seandainya di antara 5 human error ini, kita termasuk salah satunya. Semoga bisa menjadi hikmah untuk semua. Yuk, simak selengkapnya!

Puasa Getol tapi Shalat Jebol

Saya haqqul yaqin masyarakat sudah khatam dan sanggup berpuasa sebulan penuh. Namun bagaimana dengan shalat? Ya, salat lima waktu. Banyak yang sanggup untuk menahan lapar namun gagal ketika diminta untuk sujud 5 kali sehari semalam. Shalat dan puasa memang sama-sama rukun Islam, tetapi yang membedakan keduanya yaitu shalat merupakan tiangnya agama. Siapa yang meninggalkan salat berarti telah meruntuhkan agama.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Shalat merupakan kuncinya ibadah sekaligus amal yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat. Siapa yang ibadah salatnya baik maka baiklah seluruh amalnya, siapa yang shalatnya buruk, maka buruklah seluruh amalnya. Bagi Anda yang berpuasa tapi masih meninggalkan shalat, waspadalah. Kelak di hari kiamat amal puasa anda tak akan banyak membantu sebab ibadah shalat yang jebol. Hendaknya laksanakan shalat sebelum disalatkan, betul?

Banyak Makanan Mubadzir

Ngabuburit lazim menjadi rutinitas yang lumrah dilakukan menjelang waktu berbuka. Salah satu contoh ngabuburit paling hakiki yang masyarakat lakukan yaitu membeli takjil. Para ‘takjil hunter’ baik di pasar, di tepi jalan hingga berbagai penjuru mata angin disesaki selama 1 bulan penuh. Masyarakat seperti terdoktrin bahwa berbuka puasa itu kurang afdhol kalau tak membeli takjil yang beraneka ragam. Mulai dari gorengan, kolak, kurma, berbagai jenis es dan aneka takjil lainnya. Padahal nafsu besar menjelang buka puasa ini menjadi salah satu pintu masuknya setan.

Namun anehnya setelah bedug maghrib berbunyi, yang sanggup ditelan hanya beberapa potong kue dan seteguk minuman. Banyak makanan yang tak habis alias mubazir saat berpuasa, padahal di luar sana masih banyak saudara-saudara kita yang membutuhkan, seperti di Palestina misalnya. Membeli takjil boleh-boleh saja asal jangan berlebihan, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan baik dalam hal makan dan minum. Alangkah baiknya takjil yang banyak tadi diberikan pada saudara, tetangga atau mesjid/musholla terdekat.

Ogah Membaca Al-Quran

Ramadhan merupakan syahrul qur’an yaitu bulan diturunkannya al-Quran. Lantas kenapa banyak yang ogah membaca al-Quran? Padahal ulama sekelas Imam Syafi’i saja mampu mengkhatamkannya 60 kali alias 2 kali sehari selama Ramadhan. Walaupun kelas kita memang jauh dengan Imam Syafi’i dan ulama lainnya, mari bersama-sama khatamkan al-Quran walaupun hanya satu kali di bulan Ramadhan.

Alasannya, karena mengkhatamkan al-Quran merupakan amalan sunnah yang nabi lakukan saat bersama malaikat Jibril di malam Ramadhan. Hadis inilah yang menjadi dasar tentang tadarrus berjamaah. Bukan hanya itu, pahala mengkhatamkan al-Quran pada bulan Ramadhan lebih besar dan lebih utama daripada pada bulan-bulan lainnya.

Tidur Seharian

Waktu subuh yang disertai hujan setelah sahur merupakan momen paling pas untuk melegalkan aktivitas ini. Faktanya realitas di lapangan masyarakat kita memang ahli, yaitu ahlinya memejamkan mata. Banyak yang ‘tergeletak’ molor seharian penuh dengan alasan berpuasa, lemas dan lainnya. Umum kita jumpai di mesjid ba’da zuhur, jamaah yang bergelimpangan agar dapat merasakan sejuknya pendingin ruangan (AC). Tidurnya orang yang berpuasa memang ibadah, tapi kalau tidur berlebihan dari pagi hingga sore, bahkan enggan melaksanakan salat fardhu dan ibadah lainnya, itu yang keliru.

Ghibah, Dusta, dan Pekerjaan Sia-sia Lainnya

Banyak di antara masyarakat yang tak sadar melakukan perilaku tercela ini. Padahal, 14 abad yang lalu, Rasulullah sendiri bahkan sudah bersabda:

رُبَّ صَاىِٔمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ

“Berapa banyak orang yang berpuasa tak mendapatkan apapun dari puasanya selain hanya lapar dan haus”. (HR. Ibnu Majah).

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلّٰهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَه

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan kotor dan amal sejenisnya, maka Allah tak peduli pada hajatnya walaupun ia meninggalkan lapar dan haus (puasa).” (H.R. Al-Bukhari)

Salah satu penyebabnya adalah tidak meninggalkan perkataan buruk termasuk ghibah, dusta dan amalan buruk lainnya. Perkara inilah yang menjadikan puasa kita tak diterima bahkan Allah tak peduli dengan puasanya. Puasa itu hakikatnya bukan hanya menahan perut, tapi juga menahan mulut dan apa yang ada di antara perut dan lutut. Intinya jangan hanya puasa secara lahiriyah tapi juga puasalah secara batiniyah.

Baca Juga: Memperbaiki Hubungan Persaudaraan di Bulan Ramadan


Penulis: Muhammad Adib