Aswaja Center Tebuireng bersama Ikatan Alumni Pondok Pesantren Tebuireng (IKAPETE) PC Jombang dalam forum halaqah Aswaja (foto: zidan)

Tebuireng.online— Tepat pada hari Kamis 26 Juni 2025, sejarah baru dicatat oleh Aswaja Center Tebuireng bersama Ikatan Alumni Pondok Pesantren Tebuireng (IKAPETE) PC Jombang. Untuk pertama kalinya, kedua lembaga ini menggelar Halaqah Aswaja dengan tema yang sangat mendasar namun urgen, yaitu “Pendidikan Berbasis Iman, Islam, Ihsan ‘ala Manhaj Ahlussunnah wal Jama’ah.” Acara diselenggarakan di Pondok Pesantren Mambaul Hikam Putri, Kwaron, Diwek, Jombang.

Acara ini bukan sekadar forum diskusi, melainkan menjadi ruang perjumpaan antara teori dan pengalaman, antara tradisi dan tantangan zaman. Hadir dalam halaqah ini para pengurus Aswaja Center dan alumni-alumni muda Tebuireng yang peduli terhadap nasib pendidikan Islam di tengah arus globalisasi nilai.

Baca Juga: Aswaja Center Jombang Diskusi Asal Usul Jargon Nahdliyin

Forum ini dipandu oleh Ketua Aswaja Center PC Jombang, Abdul Malik, S.Ag., M.Pd.I., dengan metode diskusi yang menghadirkan tiga narasumber yang membentangkan tiga fondasi utama pendidikan berbasis Aswaja: iman, Islam, dan ihsan. Mereka adalah KH. Bey Arifin, S.Ag. (Wakil Ketua IKAPETE PC Jombang), KH. Abdul Majid (Ketua Aswaja Center PC Jombang), dan Hj. Ika Maftuhah Mustiqowati, S.Ag., M.Pd. (Pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Hikam Putri).

KH. Bey Arifin, S. Ag., jelaskan pendapatnya mengenai fondasi iman dalam pendidikan ala Manhaj Ahlussunnah wal Jamaah

Pendidikan Tanpa Iman: Jalan Menuju Kekosongan Moral

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sebagai pembicara pertama, KH. Bey Arifin membuka dengan sebuah kritik halus terhadap sistem pendidikan modern, khususnya yang berkembang di dunia Barat. “Pendidikan yang tidak dibangun di atas fondasi iman akan kehilangan arah. Salah satu indikasinya adalah tidak adanya penghormatan kepada guru tidak dipanggil bapak atau ibu tapi hanya menyebut nama. Ini bukan soal adat, tapi tentang relasi antara ilmu, adab, dan keberkahan,” ungkapnya.

Lebih lanjut, KH. Bey Arifin menjelaskan bahwa iman adalah akar dari semua amal. “Tanpa iman, pendidikan Islam dan ihsan hanya akan menjadi hiasan kosong,” jelas Wakil Ketua Ikapete PC Jombang.

Baca Juga: Pegiat Aswaja Bahas Pendidikan ‘ala Manhaj Aswaja

Dalam pandangan beliau, Islam dan ihsan adalah ekspresi nyata dari keimanan. Oleh karena itu, pendidikan Islam tidak bisa hanya fokus pada aspek kognitif, tetapi harus menumbuhkan iman yang kokoh dan perbuatan baik yang konsisten (ihsan).

KH. Bey Arifin juga memaparkan urgensi Manhaj Ahlussunnah wal Jama’ah sebagai fondasi pendidikan Tebuireng. Manhaj ini mencakup aqidah moderat ala Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Al-Maturidi, fikih empat mazhab dengan dominasi Syafi’iyyah, serta tasawuf akhlaki yang digariskan oleh Imam Al-Ghazali dan Imam Junaid Al-Baghdadi. Beliau menegaskan bahwa tanpa Aswaja, pendidikan akan rentan disusupi ideologi sesat seperti radikalisme, pemutusan sanad keilmuan, dan penghilangan identitas Islam Nusantara.

Makanan dan Keberkahan: Akhlak Berawal dari Perut

KH. Abdul Majid kemudian memperkuat gagasan pentingnya keimanan dengan menyoroti aspek yang sering dilupakan: makanan dan sumber rezeki dalam proses pendidikan. “Banyak kegagalan dalam pendidikan akhlak disebabkan oleh konsumsi makanan yang tidak jelas status halal-haramnya. Jika makanan berasal dari sumber yang syubhat, maka hati akan gelap dan tidak bisa menerima nasihat,” gagasnya.

Menukil dari sebuah riwayat bahwa “Siapa pun yang makan dari sumber haram, maka doanya akan tertolak dan hatinya akan keras,” ucap beliau.

Dalam praktik keluarga, beliau membiasakan membaca Ayat Kursi sebelum makan, bahkan jika makanan itu berasal dari seorang kiai, karena kita tidak tahu proses perolehannya di pasar. Ini adalah pendidikan batin yang sangat mendalam.Pendidikan iman, kata Kyai Majid, tidak cukup hanya dengan mengajarkan materi pelajaran, tetapi harus dibarengi dengan menjaga kesucian makanan. Karena makanan yang halal dan thayyib akan melahirkan akhlak yang jernih dan perilaku yang mulia.

Hj. Ika Mustiqowato, S.Ag., M.Pd., sampaikan pendapatnya mengenai pendidikan perspektif Ihsan dari segi fiqih ekologi.

Ihsan dan Fiqih Ekologi: Pendidikan yang Menyentuh Alam dan Jiwa

Narasumber ketiga, Hj. Ika Maftuhah Mustiqowati, menyampaikan perspektif ihsan dari dimensi Fiqh Ekologi. Dalam pandangannya, ihsan bukan hanya soal shalat khusyuk atau lembut hati, tetapi juga menyangkut cara manusia memperlakukan lingkungan dan sesamanya.

Beliau menekankan pentingnya keteladanan dalam keluarga. “Anak-anak yang hanya diserahkan ke lembaga pendidikan tanpa penguatan nilai di rumah tidak akan tumbuh utuh. Orang tua harus konsisten menjalankan nilai-nilai ihsan yang diajarkan di sekolah,” tegas Pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Hikam Putri.

Baca Juga: Halaqah ke-2, Diskusi Aswaja Perspektif KH Hasyim Asy’ari

Hj. Ika mengangkat nilai-nilai pendidikan dari ayahandanya. Saat kecil, beliau tidak diizinkan menghabiskan nasi sembarangan. Beliau disuruh merenungkan betapa panjangnya proses menumbuhkan padi hingga jadi nasi. Bahkan sebelum diberi uang jajan, ia diminta menyapu atau menyiram tanaman terlebih dahulu. Ini bukan sekadar disiplin, tapi pendidikan jiwa dan adab terhadap nikmat Allah.

Kesimpulan: Pendidikan Aswaja sebagai Jalan Keselamatan Bangsa

Forum halaqah ini menegaskan bahwa pendidikan berbasis Iman, Islam, dan Ihsan ala manhaj Aswaja adalah model ideal untuk menyelamatkan generasi bangsa dari krisis akhlak, spiritualitas, dan karakter. Model ini tidak sekadar menghasilkan insan cerdas, tapi manusia yang utuh: berakal, berhati, dan beradab.

Baca Juga: Kajian Aswaja Harus Tetap Lestari di Indonesia

Kurikulum pendidikan Islam ke depan harus menjadikan iman sebagai pondasi, Islam sebagai sistem, dan ihsan sebagai akhlak. Tiga dimensi ini harus terintegrasi dan dijaga dalam seluruh jenjang pendidikan , mulai dari keluarga, madrasah, pesantren hingga kampus-kampus Islam.

Halaqah ini ditutup dengan diskusi dan refleksi bersama, yang akan dilanjutkan pada pertemuan rutin berikutnya oleh Aswaja Center dan Ikapete PC Jombang. Sebuah langkah awal yang menjanjikan arah baru dalam membumikan kembali nilai-nilai Aswaja dalam dunia pendidikan.



Pewarta: Bakhit
Editor: Rara Zarary