Pengasuh Pesantren Tebuireng, Gus Kikin saat memberikan sambutan dalam acara Muktamar II di masjid raya KH. Hasyim Asy’ari Jakarta Barat. (foto: Ayong)

Tebuireng.online— Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz menceritakan bahwa pada Maret 2022 telah disepakati bahwa Prof. Maskuri Bakri sebagai persidium nasional Ikatan Alumni Pesantren Tebuireng (Ikapete). Hingga saat ini Ikapete sudah mempunyai 18 pengurus wilayah, 82 pengurus cabang, dan 2 cabang internasional; Mesir dan Makkah. Hal itu dilakukan hanya dalam kurun waktu 2,5 tahun.

“Berbicara soal alumni pesantren Tebuireng saya pernah membaca buku yang ditulis oleh Akarhanaf (Abdul Karim Hasyim) pada tahun 1948, salah satu paragrafnya menyebutkan bahwa Jepang mencatat di tahun 1942 terdapat 20.000 tokoh ahli Jawa merupakan santri Hadratussyaikh.” Begitu kata KH. Abdul Hakim Mahfudz di hadapan para hadirin Muktamar II Pemikiran Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari di Masjid Raya KH. Hasyim Asy’ari Jakarta Barat.

Popularitas Kiai Hasyim saat itu bukan tanpa alasan. Hal tersebut sudah dibangun oleh beliau sehingga mendapat kepercayaan dari banyak lapis kalangan. Salah satu bukti nyata adalah setiap hari Selasa Kiai Hasyim meliburkan pengajian. Rupanya Hadratussyaikh memanfaatkan hari Selasa untuk memberdayakan masyarakat yang kondisinya masih lemah ekonomi dan pendidikannya. Yang dilakulan yakni mulai dari meningkatkan pertanian, serta pendidikannya.

Gus Kikin juga menceritakan pengalamannya diundang dalam sebuah acara khataman kitab. “Saya jumpai di Dempok, Diwek ada khataman pengajian Aqidatul Awam yang menjadi warisan Hadratussyaikh. Juga sebuah masjid di Ponorogo itu takmirnya turun temurun. Ternyata takmir pertamanya ditunjuk oleh Hadratussyaikh.”

Garis perjuangan melawan penjajah yang dimiliki oleh Hadratussayikh jika ditelisik bersumber dari Syaikh Nawawi Al-Bantani. Pada saat di Makkah di samping belajar ilmu agama, Kiai Hasyim berguru dengan Syaikh Nawawi Al-Bantani. Syaikh Nawawi ini punya pengalaman dalam perlawanan terhadap Belanda. Beliau yang lahir pada 1813 kemudian belajar ke Makkah pada 1825 lalu kembali ke Banten pada 1828 tepat bersamaan dengan perang Diponegoro. Pada 1830 beliau kembali lagi ke Makkah. Sejak saat itu orang-orang Banten yang pergi ke Makkah pasti kembali ke tanah air membuat perlawanan terhadap penjajah.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

KH. Hasyim Asy’ari tiba di Makkah pada 1892 kemudian Syaikh Nawawi wafat di tahun 1897. Artinya 5 tahun Hadratussyaikh berguru dengan Syaikh Nawawi. Begitu Syaikh Nawawi wafat Hadratussyaikh bersama 6 sahabatnya dari beberapa negara berikrar di depan Multazam untuk berjanji memperjuangkan kemerdekaan negaranya masing-masing. Sehingga saat kembali ke Indonesia beliau mulai mendirikan pesantren dan memberdayakan masyarakat sebagai upaya memperkuat persatuan. Persatuan umat Islam Indonesia akhirnya tercapai pada tahun 1937 dalam bentuk MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia).

Dari situ dapat diambil pelajaran bahwa Ikapete ini harus digalakkan terus untuk membentuk Ukhuwah sebagaimana yang diwariskan oleh KH. M. Hasyim Asy’ari.



Disampaikan dalam Muktamar II Pemikiran Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari di Jakarta


Pewarta: Indra