Seseorang yang khusyuk meminta pada Allah (sumber: Ist)

Dari Kalangan Para Nabi dan Rasul

Penting sekali mengetahui nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada para Nabi dan Rasul, sebagai pelajaran utama sekaligus menjadi teladan dalam mengisi kehidupan manusia, supaya manusia terhindar dari jalan yang sesat dan tetap meniti jalan yang lurus menuju ridha Allah. Di mana dari satu generasi ke generasi berikutnya terus saling berganti diutusnya para Nabi dan Rasul adalah untuk memperbaiki kehidupan manusia, mulai dari Nabi Adam a.s sampai diutusnya Nabi akhir zaman Nabi Muhammad Saw.

Khalifah Pertama di Bumi

Nabi Adam a.s merupakan khalifah pertama di bumi yang langsung diabadikan dalam kitab suci Al-Qur’an, merupakan pelajaran penting yang harus dipegang teguh oleh para generasi berikutnya, khususnya generasi saat ini tatkala para Nabi dan Rasul sudah tiada. Sebuah harapan di mana pun dan kapan pun seyogyanya para pemimpin atau khalifah itu mengacu pada tata aturan atau pola kehidupan sesuai yang diajarkan Allah SWT, khususnya kepada Nabi Adam a.s tatkala Nabi Adam a.s akan dijadikan khalifah pertama di muka bumi. Hal ini dijelaskan melalui firman Allah SWT pada surah Al-Baqarah/2 ayat 30 – 32,

وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيهَا مَن يُفۡسِدُ فِيهَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ وَعَلَّمَ ءَادَمَ ٱلۡأَسۡمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمۡ عَلَى ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ فَقَالَ أَنۢبِ‍ُٔونِي بِأَسۡمَآءِ هَٰٓؤُلَآءِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ قَالُواْ سُبۡحَٰنَكَ لَا عِلۡمَ لَنَآ إِلَّا مَا عَلَّمۡتَنَآۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَلِيمُ ٱلۡحَكِيمُ 

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”

Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”  Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Q. S. Al-Baqarah/2: 30 – 32). 

Baca Juga: Beribadah Hanya kepada Allah

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Wahbah Mushthafa Az-Zuhaili memberikan uraian terkait ayat di atas sebagai berikut: “Kisah atau dialog yang terjadi antara Allah Ta’ala dengan para malaikat-Nya, ini adalah semacam perumpamaan, dengan menampilkan makna-makna abstrak dalam bentuk hal-hal yang kasatmata agar mudah dipahami akal manusia. Dalam kisah ini dijelaskan betapa tingginya Allah memuliakan manusia, yaitu dengan dipilih-Nya Adam sebagai khalifah di muka bumi serta diajari-Nya bahasa-bahasa yang tidak diketahui oleh para malaikat. Hal ini mengharuskan manusia beriman kepada sang Pencipta yang Mahamulia ini. Siapa pun tidak patut ingkar dan menentang (Az-Zuhaili, 135, 2005).

Dalam Tafsir Ringkas Al-Qur’an Al-Karim yang diterbitkan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an di dapat informasi berikut: “Dan ingatlah, wahai Rasul, satu kisah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah, yakni manusia yang akan menjadi pemimpin dan penguasa, di bumi.” Khalifah itu akan terus berganti dari satu generasi ke generasi sampai hari Kiamat nanti dalam rangka melestarikan bumi ini dan melaksanakan titah Allah yang berupa amanah atau tugas-tugas keagamaan. Para malaikat dengan serentak mengajukan pertanyaan kepada Allah, untuk mengetahui lebih jauh tentang maksud Allah.

Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang memiliki kehendak atau ikhtiar dalam melakukan satu pekerjaan sehingga berpotensi merusak dan menumpahkan darah di sana dengan saling membunuh, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu.  Malaikat menganggap bahwa diri merekalah yang patut untuk menjadi khalifah karena mereka hamba Allah  yang sangat patuh, selalu bertasbih, memuji Allah, dan menyucikan-Nya dari sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya. Menanggapi pertanyaan malaikat tersebut, Allah berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 17: 2016).  

Lebih lanjut diinformasikan, “Penciptaan manusia adalah rencana besar Allah di dunia ini. Allah Mahatahu bahwa pada diri manusia terdapat hal-hal negatif sebagaimana yang dikhawatirkan oleh malaikat, tetapi aspek positifnya jauh lebih banyak. Dari sini dapat diambil pelajaran bahwa sebuah rencana besar  yang mempunyai kemaslahatan yang besar jangan sampai gagal hanya karena kekhawatiran adanya unsur negatif yang lebih kecil pada rencana besar tersebut”( Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 17: 2016).

Ada beberapa hal yang sangat menarik dari informasi sumber di atas, yaitu:

  1. Betapa tingginya Allah memuliakan manusia, dengan dipilih-Nya Adam sebagai khalifah di muka bumi serta diajari-Nya bahasa-bahasa yang tidak diketahui oleh para malaikat.

Baca Juga: Menanam Nilai-nilai Kebajikan

Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT pada surah Al-Isra’/17 ayat 70,

لَقَدۡ كَرَّمۡنَا بَنِيٓ ءَادَمَ وَحَمَلۡنَٰهُمۡ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ وَرَزَقۡنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلۡنَٰهُمۡ عَلَىٰ كَثِيرٖ مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا تَفۡضِيلٗا

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.

M Quraish Shihab memberikan penefasiran: “Dan Kami (Allah) bersumpah bahwa sesungguhnya telah Kami muliakan anak cucu Adam, dengan bentuk tubuh yang bagus, kemampuan berbicara dan berpikir, serta berpengetahuan dan Kami beri juga mereka kebebasan memilih dan memilah. Dan Kami angkut mereka di daratan dan di lautan dengan berbagai alat transport yang Kami ciptakan dan tundukkan bagi mereka, atau yang Kami ilhami mereka pembuatannya, agar mereka dapat menjelajahi bumi dan angkasa yang kesemuanya Kami ciptakan untuk mereka.

Dan Kami juga beri mereka rezeki dari yang baik-baik sesuai kebutuhan mereka, lagi lezat dan bermanfaat untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan jiwa mereka dan Kami lebihkan mereka atas banyak makhluk dari siapa yang telah Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna. Kami lebihkan mereka dari hewan, dengan akal dan daya cipta, sehingga menjadi makhluk yang bertanggungjawab. Kami lebihkan yang taat dari mereka atas malaikat karena ketaatan manusia melalui perjuangan melawan setan dan nafsu, sedang ketaatan malaikat tanpa tantangan. Demikian seterusnya dan masih banyak lainnya (Shihab, 513: 2004).

Kemudian ada hal yang menarik pula, perlu ditelaah secara tekstual dan kontekstual terkait ayat di atas, di mana surah Al-Isra’ itu diturunkan di Mekah bercerita anugerah Allah SWT yang diberikan kepada anak cucu Adam,”…Kami angkut mereka di daratan dan di lautan…”, memberikan sinyal informasi yang kuat bahwa salah satunya terkait dengan Indonesia sebagai negara maritim, di mana Indonesia memiliki karakteristik geografis yang didominasi oleh lautan dan memiliki luas wilayah perairan yang lebih besar daripada wilayah daratannya.

Baca Juga: Benarkah Talak Merugikan Perempuan?

Sementara di Mekah kita ketahui tidak ada lautan, semuanya daratan tanah tandus gunung batu, hal ini terpikir benak penulis terkait sejarah Nabi Adam AS sendiri dan keturunannya pada awal permulaan, yang kemungkinan besar di Indonesia, apalagi ada sebuah sumber yang menjelaskan bahwa di Gunung Padang terdapat piramida  tertua di dunia di tataran Sunda yang terletak di daerah Cianjur Jawa Barat, bukan di Mesopotamia atau Mesir Kuno. Bahkan ada dugaan kuat, zaman Nabi Adam AS sampai Nabi Nuh AS kemungkinan masih di Indonesia, tepatnya di Gunung Padang Cianjur, baru setelah peristiwa banjir bandang seluruh dunia, dari keturunan Nabi Nuh AS dan para sahabatnya yang selamat, berkembanglah sejarah timur tengah dan dunia lainnya.      

  1. Penciptaan manusia adalah rencana besar Allah di dunia ini.

Sebuah renungan bagi kita semua bahwa Allah SWT telah menciptakan manusia mulai dari Nabi Adam AS dan Siti Hawa, kemudian manusia terus berkembang biak, yang sampai saat ini jumlahnya sudah lebih dari 8 milyar. Bagaimana agar kita tetap menyadari dan mampu mempertahankan diri sebagai manusia yang telah Allah muliakan, untuk tunduk patuh dan beribadah hanya kepada Allah. 



Penulis: Dr. H. Otong Surasman, MA., Dosen Pascasarjana PTIQ Jakarta