Sebuah cover film home sweet loan, film karya Sabrina Kalangie. (sumber: Instagram)

Home Sweet Loan adalah sebuah film yang menggambarkan berbagai tantangan kehidupan yang dilalui oleh pemeran utama, Kaluna. Terutama dalam konteks keluarga dan ekonomi. Salah satu tema yang cukup menarik untuk dibahas dalam film ini adalah fenomena “generasi sandwich,” dalam hal ini diperankan oleh remaja yang sering kali menghadapi dilema dalam kehidupannya dan keluarganya.

Istilah “generasi sandwich” merujuk pada individu yang harus merawat orangtua mereka yang menua, sambil tetap memenuhi kebutuhan anak-anak mereka sendiri. Dalam film Home Sweet Loan, kita melihat bagaimana karakter-karakternya berusaha menyeimbangkan tuntutan antara karier, keluarga, dan kewajiban merawat orangtua yang sudah lanjut usia. Film ini dengan cerdas menggambarkan kompleksitas perasaan yang dialami oleh generasi ini, yang terjebak di antara dua generasi yang saling membutuhkan.

Sebelum membahas lebih lanjut tentang bagaimana tema generasi sandwich dihadirkan dalam film, penting untuk memahami apa itu generasi sandwich. Istilah ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1981 oleh Dorothy A. Miller, seorang ahli psikologi keluarga, untuk menggambarkan orang-orang yang terjebak di tengah antara merawat orang tua yang semakin tua dan anak-anak mereka yang masih membutuhkan perhatian.

Biasanya, mereka berusia antara 30 hingga 50 tahun, meskipun usia bisa bervariasi. Generasi ini sering merasa terjepit karena harus memberikan perhatian emosional dan finansial kepada orang tua yang membutuhkan bantuan, sambil juga memenuhi tuntutan dari anak-anak mereka yang sedang tumbuh dan berkembang.

Fenomena generasi sandwich menjadi semakin umum karena dua faktor besar: meningkatnya harapan hidup dan pola hidup ekonomi yang berubah. Masyarakat yang semakin menua memerlukan perhatian medis dan fisik lebih banyak, sementara biaya hidup yang tinggi membuat anak-anak muda cenderung tinggal lebih lama di rumah orang tua mereka atau kembali ke rumah setelah mandiri. Hal ini menciptakan beban ganda bagi mereka yang berada di tengah-tengah.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Menggambarkan Generasi Sandwich dalam Home Sweet Loan

Film Home Sweet Loan menggambarkan fenomena generasi sandwich dengan cara yang sangat relevan dan emosional. Karakter utama dalam film ini, yang mungkin bisa mewakili banyak orang dewasa muda di luar sana, menghadapi tantangan besar dalam memenuhi tanggung jawab mereka terhadap keluarga. Dalam hal ini, karakter utama harus mengurus orang tua yang semakin tua dan membutuhkan perawatan, sambil juga menanggung beban finansial dan emosional dari anak-anak mereka yang masih sangat bergantung.

Dalam film ini, kita dapat melihat bagaimana karakter tersebut berusaha sebaik mungkin untuk menjaga keseimbangan antara peran sebagai anak yang peduli dan sebagai orang tua yang harus memberi contoh kepada anak-anak mereka. Mereka merasa kesulitan, tidak hanya karena waktu yang terbatas, tetapi juga karena ketegangan yang timbul akibat tuntutan dari dua pihak yang sangat membutuhkan perhatian mereka. Dalam salah satu adegan, karakter utama merasa terjebak, tidak tahu bagaimana melanjutkan hidupnya yang penuh dengan kewajiban dan tanggung jawab.

Hal ini membuat generasi sandwich sering kali merasa terasing, baik dari keluarga inti mereka maupun dari teman-teman sebaya yang tidak berada dalam posisi yang sama. Mereka sering merasa terisolasi dalam peran mereka, yang menuntut mereka untuk selalu menjadi pendukung, tetapi tidak pernah mendapatkan dukungan yang sama dari orang lain. Film ini dengan sangat baik menggambarkan perasaan ini, melalui dialog dan interaksi antar karakter yang penuh dengan ketegangan dan kelelahan emosional.

Tantangan Finansial yang Dihadapi Generasi Sandwich

Selain tantangan emosional, salah satu tema yang cukup penting dalam film ini adalah tantangan finansial yang dihadapi oleh generasi sandwich. Karakter utama dalam Home Sweet Loan tidak hanya harus membayar tagihan sehari-hari, tetapi juga menghadapi beban finansial dari merawat orang tua mereka yang membutuhkan perawatan medis dan bantuan rumah tangga. Hal ini semakin diperparah dengan tekanan untuk menyediakan pendidikan dan kebutuhan sehari-hari untuk anak-anak mereka.

Generasi sandwich sering kali menghadapi kesulitan dalam mengelola keuangan, karena mereka harus membagi anggaran antara dua kelompok yang sangat membutuhkan dana. Film ini menggambarkan kesulitan ini dengan cara yang realistis, melalui situasi-situasi di mana karakter utama harus membuat keputusan sulit tentang mana yang harus didahulukan, apakah merawat orang tua atau memenuhi kebutuhan anak-anak mereka. Tidak jarang, keputusan-keputusan ini berujung pada rasa bersalah dan ketegangan dalam keluarga.

Di sisi lain, film ini juga menunjukkan bagaimana karakter utama mencoba untuk mencari solusi finansial dengan cara yang kreatif. Mereka mulai berusaha mencari cara untuk merampingkan pengeluaran, mengelola utang, dan mencari peluang untuk meningkatkan pendapatan. Namun, meskipun mereka berusaha keras, beban ekonomi tetap terasa sangat berat dan sering kali tidak ada solusi yang mudah. Hal ini mengilustrasikan kenyataan bahwa generasi sandwich tidak hanya berjuang dengan tanggung jawab emosional, tetapi juga dengan tekanan finansial yang sangat besar.

Ketegangan Antar Generasi dalam Home Sweet Loan

Selain itu, film ini juga menyentuh tentang ketegangan antar generasi yang sering terjadi dalam keluarga yang melibatkan generasi sandwich. Orang tua yang menua sering kali merasa cemas dan tidak ingin membebani anak-anak mereka. Namun, mereka juga memiliki harapan untuk mendapatkan perhatian dan perawatan yang layak, sesuatu yang kadang-kadang sulit untuk diberikan oleh anak-anak mereka yang juga sibuk mengurus keluarga mereka sendiri.

Di sisi lain, anak muda yang menjadi bagian dari generasi sandwich sering kali merasa kesulitan untuk memenuhi harapan orang tua mereka, sementara juga berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka sendiri. Dalam film ini, ketegangan ini digambarkan dengan sangat jujur melalui percakapan dan interaksi karakter yang saling mendukung, tetapi juga sering kali merasa kesal karena beban yang mereka pikul.

Generasi sandwich sering kali terjebak dalam situasi di mana mereka harus memilih antara memenuhi harapan orang tua mereka yang lebih tua dan menjaga kesejahteraan anak-anak mereka yang lebih muda. Ketegangan ini menciptakan perasaan tidak puas, bahkan perasaan bersalah, yang juga dieksplorasi dalam Home Sweet Loan. Film ini dengan tepat menggambarkan dinamika keluarga yang kompleks, di mana anggota keluarga satu sama lain sering kali merasa tidak mendapat perhatian yang cukup, meskipun mereka berusaha keras untuk memberi perhatian pada semua pihak.

Secara keseluruhan, Home Sweet Loan berhasil menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh generasi sandwich dengan cara yang sangat emosional dan realistis. Film ini menunjukkan bagaimana generasi sandwich terjebak di antara dua dunia yang sangat membutuhkan perhatian mereka, baik dalam aspek emosional maupun finansial.

Melalui karakter-karakter yang penuh dengan ketegangan, harapan, dan perasaan bersalah, film ini memberikan wawasan yang mendalam tentang tantangan yang dihadapi oleh banyak orang dewasa muda saat ini. Bagi banyak penonton, film ini mungkin memberikan perasaan empati dan pengakuan terhadap peran sulit yang mereka jalani dalam kehidupan nyata.

Untuk diketahui, Home Sweet Loan adalah sebuah film drama komedi yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Almira Bastari. Disutradarai oleh Sabrina Rochelle Kalangie, film ini mengisahkan Kaluna, yang diperankan oleh Yunita Siregar, seorang wanita pekerja keras yang masih tinggal bersama orang tua dan kakaknya yang sudah menikah. Film ini berhasil menggambarkan dengan baik dilema yang dihadapi oleh generasi sandwich.



Sutradara: Sabrina Rochelle Kalangie
Produser: Cristian Imanuell
Berdasarkan Novel: Home Sweet Loan oleh Almira Bastari
Pemeran: Yunita Siregar, Derby Romero, Fita Anggriani, Risty Tagor, Ariyo Wahab, Ayushita, Perusahaan produksi: Visinema Pictures
Tanggal rilis: 26 September 2024 (Indonesia)
Durasi  film: 112 menit
Peresensi: Albii