Panitia penyelenggara foto bersama pemateri usai acara workshop, di aula lantai 3 Unhasy. (foto: panitia)

Tebuireng.online— Tiga Program Studi Unhasy menggelar acara pra AMSP (Asistensi Mengajar di Satuan Pendidikan) melalui workshop Ice breaking dan Public speaking “Menggunakan ice breaking dan mengasah public speaking sebagai sarana pencapaian pendidikan dalam membentuk masa depan yang baik”. Tiga prodi ini adalah Pendidikan Agama Islam (PAI) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) dan Pendidikan Bahasa Arab (PBA) yang dilakukan di aula lantai 3 gedung A Unhasy Jum’at (31/5/2024) pagi hari.

Pelatihan ini menghadirkan narasumber yang sudah mumpuni yang juga merupakan dosen Unhasy, Evita Widiyati dan Robi’ah Machtumah Malayati. Selain itu, HMP dari 3 prodi ini juga turut mengundang tiga Ketua Prodi masing-masing, Dekan FAI, dan ketua BEM – DPM FAI.

Acara yang dihadiri sekitar 200 peserta bertujuan sebagai pembekalan bagi mahasiswa semester 4 yang akan menjalani AMSP karena dinilai belum mahir dalam public speaking. Sehingga dalam workshop ini membahas apa itu public speaking, bagaimana cara memilih kata, mengolah kata yang benar dan melatih peserta agar rilex saat berbicara dihadapan banyak orang.

“Syarat utama menjadi seorang public speaker yang baik adalah berani. Termasuk berani mengambil kesempatan yang diberikan ketika diminta berbicara di muka umum. Ambil aja, urusan grogi belakangan. Karena yang susah diawal, selebihnya kalau terus dilakukan maka akan jadi kebiasaan,” begitu kata Robiah saat menyampaikan materi.

Robiah, pemateri Public Speaking memberikan hadiah pada salah satu peserta workshop.

Selain public speaking, ada materi ice breaking yang juga memaparkan terkait pengertian, manfaat dan cara menerapkannya di kelas saat mengajar. Banyak sekali yang dipaparkan tentang jenis-jenis ice breaking mulai dari Ice breaking lagu, tepuk, senam, teka teki, cerita, senam otak, dan game lainnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Manfaat utama yang didapat dari diterapkannya Ice Breaking ini adalah untuk menghilangkan kejenuhan, kebosanan, serta rasa mengantuk. Dan juga kemampuan membangun kerja sama dengan tim, mengenal karakter siswa, menciptakan suasana belajar yang enjoy,” ungkap Evita.

Setelah adanya workshop ini ia berharap sangat besar pada para mahasiswa yang akan menjadi calon guru, karena mahasiswa adalah generasi penerus bangsa ini.

“Jadi tetap percaya diri pada kemampuan diri sendiri dan jadilah guru yang mampu menguasai kelas yang baik, semoga mereka bisa bekerja secara tim dengan baik disebuah yayasan nanti, dan harus menjadi pendidik yang mampu menyesuaikan pendekatan, model, metode pembelajaran yang beragam, intinya bisa mengimplementasikan apa yang sudah saya sampaikan hari ini,” pesan Dosen PGMI itu.

Mahasiswa PGMI semester 4, Najwa Nahdlatul Imah juga merasakan banyak manfaat setelah mengikuti workshop ini, “tentu banyak manfaat seperti relasi, ilmu yang sangat bermanfaat untuk pembekalan AMSP besok karena public speaking itu sangat perlu jika kita sudah terjun di masyarakat dan ice breaking juga sangat perlu juga karena bisa mencairkan suasana saat sedang  mengajar apalagi untuk saya karena kebetulan saya di prodi PGMI jadi workshop ice breaking ini sangat bermanfaat sekali bagi saya,” jelasnya.

Pewarta: Albii