
Diam adalah salah satu bahasa tubuh yang memiliki seribu arti. Diam bisa berarti marah, lemah, perkasa, dan lain sebagainya. Di sisi lain, diam juga menjadi anjuran daripada berkata yang tidak baik atau tidak benar. Sebagaimana disebutkan dalam hadis,
“…وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ “.
“Dan barangsiapa yang beriman kepada kepada Allah, serta hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam.” (Bukhari no. 6018)
Karena itu, penting sekali menjaga lisan kita dari hal-hal dan perkataan yang tidak benar. Lidah bisa menjadi senjata untuk menyakiti orang lain, hingga muncul pepatah, “mulutmu harimaumu”, “lidah lebih tajam dari pedang” dan lain-lain.
Selain itu, tokoh mazhab kita juga memiliki beberapa nasihat tentang sikap diam lewat syair-syairnya yang ditulis dalam kitab diwan asy-Syafi’i.
Pertama, Menjaga lisan
احْفَظْ لِسَانَكَ أَيُّهَا الإِنْسَانُ
لا يلدغَنَّكَ إِنَّهُ ثُعْبَانُ
كم في المَقَابِرِ مِنْ قَتِيلِ لِسَانِهِ
كانت تَهابُ لِقاءَهُ الأَقْرَانُ
Jagalah lidahmu hai manusia,
Jangan sampai mematukmu sebab Ia adalah ular
Betapa banyak orang terbunuh lantaran lidahnya
Teman nan akrab pun takut padanya.
Kedua, Diam adalah kebijaksanaan.
قالوا سَكَتَّ وقد خُوصِمْتَ قُلْتُ لَهُمْ
إِنَّ الْجَوَابَ لِبَابِ الشَّرِّ مفتاحٌ
وَالصَّمْتُ عَنْ جَاهِلٍ أَوْ أَحْمَقٍ شَرَفُ
وَفِيهِ أَيْضاً لِصَوْنِ الْعِرْصِ إِصْلَاحُ
أما تَرَى الْأُسْدَ تُخْشَى وهْي صَامِتَةٌ ؟
والْكَلْبُ يُخْسَى لَعَمْرِي وَهُوَ نَبَّاحُ
Mereka berkata: “Kau hanya diam sedang kau benar-benar dimusuhi.”
Kujawab: “Karena menanggapinya adalah kunci pintu keburukan.”
Diam kepada orang bodoh dan pandir adalah suatu kemuliaan
Pada diam pula menjaga harkat martabat.
Tidaklah engkau lihat singa ditakuti karena diamnya?
Sedangkan anjing dipermainkan karena gonggongnya.
Nasihat-nasihat ini dilontarkan oleh imam mazhab kita, yakni Muhammad bin Idris Asy-syafi’i. Imam Syafi’i selain terkenal sebagai mujtahid, juga memiliki ragam fan keilmuan yang sangat dikuasai.
Hal ini sebagaimana diucapkan oleh Ahmad bin Hanbali (pendiri mazhab hanbali), “Syafi’i adalah orang yang paling fasih, sampai-sampai raja pun takjub dengan kefasihan Syafi’i dalam berbicara.”
Ahmad bin Abi Suraij juga berpendapat tentang imam merupakan ahli bahasa. “Tidak ada seorang pun yang menyaingi kefasihan dan kepiawaiannya dalam berbicara.” Lihat diwan asy-syafi’i hal. 3.
Menghadapi akhir zaman yang diliputi banyak fitnah, diam memang diperlukan. Tetapi lebih bijak lagi kita bisa menempatkan ‘diam’ secara proporsional. Karena ketika ada kemaksiatan, tentu kita tidak bisa tinggal diam. Begitu pula ketika menjawab pertanyaan tanpa didasari ilmu, maka kita wajib diam atau mengakui tidak tahu.
Wallahu a’lam
Baca Juga: Diam dalam Kebaikan, Berbicara untuk Kebenaran
Ditulis oleh Al Fahrizal, alumni Ma’had Aly Hasyim Asy’ari