Dewan Masyaikh Pesantren Tebuireng, KH. Musta’in Stafi’ie saat memberi materi tentang ulasan kitab Adabul Alim wal Mutaallim di depan santri baru Pesantren Sains Tebuireng Jombok Jombang (foto: aulia)

Tebuireng.online— Salah satu materi utama yang disampaikan dalam Masa Orientasi Santri Baru (Mosba), adalah ulasan tentang kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim karya Hadratus Syaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari, yang disampaikan oleh KH. Musta’in Syafi’i. Dalam penyampaiannya, Yai Ta’in menekankan pentingnya adab dan etika bagi para penuntut ilmu, sebagaimana tertulis dalam kitab tersebut.

“Kalau membicarakan etika seorang santri, disebutkan dalam Adabul ‘Alim, karya KH. Hasyim, bahwa orang berilmu itu derajatnya nomor tiga setelah Allah dan malaikat,” ungkap Dewan Masyaikh Tebuireng itu, Senin (7/7) di masjid Salahuddin Al-Ayubi Pesantren Sains Tebuireng Jombok Jombang.

Menurutnya, ilmu merupakan sesuatu yang bermanfaat bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga bagi umat. Ilmu tidak memiliki batas, yang ada hanyalah aturan penggunaannya. Ia mencontohkan bagaimana ilmu seperti teknologi nuklir atau benda sederhana seperti pisau bisa digunakan untuk kebaikan maupun keburukan.

“Saking mulianya ilmu, penghargaan terhadapnya tidak hanya di dunia, tapi juga di akhirat,” jelasnya.

Kiai Musta’in juga menyinggung ilmuwan seperti Thomas Alva Edison yang ilmunya bermanfaat bagi dunia. Ia menyampaikan, “Ilmuwan yang menciptakan listrik siapa? Thomas Alfa Edison, ilmunya bermanfaat sedunia, tak terbatas. Andai dia seorang muslim, maka dia masuk surga. Sayangnya, dia bukan seorang muslim.”

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Ia menekankan bahwa para santri masuk pesantren dengan basic agama sebagai pondasi utama untuk membangun ilmu sains yang bermanfaat. “Dibutuhkan cara bagaimana ilmu yang didapat bisa bagus, bermanfaat, dan membawa berkah. Itulah yang disebutkan dalam Adabul ‘Alim,” tuturnya.

Dalam penyampaian materinya, KH. Musta’in juga menjelaskan beberapa poin penting dari kitab tersebut, seperti keharusan menghormati ilmu dan guru. Ia menjelaskan bahwa ilmu akan mendekati siapa pun yang mendekatinya. “Ada yang bertanya, lebih baik mana, wiridan seribu kali atau belajar? Lebih baik belajar,” katanya.

Ia juga menegaskan pentingnya ketawadhuan dan kedekatan dengan Allah, guru, serta media pembelajaran seperti buku. “Ketawadhuan menghasilkan karakter yang bener. Rajin belajar menghasilkan pinter. Trensains itu paduan pesantren dan sains — pesantren itu bener, sains itu pinter. Santri sains harus bener dan pinter, atau minimal pinter tapi bener,” tambahnya.

Ia menegaskan, jika harus memilih, lebih baik santri bener tapi belum pinter, daripada pinter tapi tidak bener. “Minterno wong bener iku gampang, sing angel benerno wong pinter iku angel, biasane ngeyelan,” candanya.

Kiai Musta’in juga membagikan pengalamannya saat mengunjungi Seoul, Korea Selatan, di mana ia berdiskusi dengan masyarakat lokal mengenai kemajuan teknologi kecantikan. Ia mengisahkan tentang seorang dosen yang mendorong mahasiswanya mencari referensi tentang kulit dalam kitab suci. Dari situ, ditemukan ayat Al-Qur’an yang menyebutkan tentang regenerasi kulit di neraka Jahannam.

“Orang kafir dibakar di neraka Jahannam, kulitnya sampai matang dan diganti lagi oleh Allah. Itu berarti Al-Qur’an memberi informasi bahwa kulit memiliki peremajaan sel. Sel yang sudah rusak bisa diperbarui kembali,” jelasnya.

Menariknya, informasi ini ditemukan di Korea Selatan, bukan di pesantren Indonesia. “Kalau dipikir, bagaimana bisa orang kafir membaca ayat Al-Qur’an sebagai sumber inspirasi mengenai peremajaan sel kulit mati? Saya menemukan ini di Korea, bukan di Pesantren Tebuireng, bukan di Indonesia,” ungkapnya.

Dosen Mahad Aly Hasyim Asy’ari itu, menutup penyampaian materinya dengan pesan inspiratif kepada para santri: “Habis dari sini, kuliah sejauh mungkin, ke Korea, Harvard, Oxford, terserah. Carilah ilmu sejauh mungkin. Kejar cita-cita tinggi, serius belajar, tapi tetap tawadhu. Itulah yang bisa membentuk kita sebagai muslim yang bener dan pinter.”

Untuk diketahui, Pesantren Sains Tebuireng menggelar hari kedua Masa Orientasi Santri Baru (MOSBA) dengan tiga materi utama yang disampaikan dalam beberapa sesi. Acara dimulai sejak pukul 08.00 WIB dengan ice breaking, dilanjutkan penyampaian materi pertama pukul 09.00–10.00 WIB. Materi kedua disampaikan pukul 10.30–11.30 WIB, sementara sesi terakhir berlangsung malam hari pukul 20.00–21.00 WIB. Setiap jeda antar materi diisi dengan kegiatan ice breaking dan fun games untuk menjaga konsentrasi para peserta.