Siswi SMA Trensains Jombok, Gadiza peraaih juara 2 cabang lomba Menulis Cerpen di FLS3N Kabupaten Jombang (foto: albii)

Tebuireng.online– Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jombang kembali menggelar Festival Lomba Seni dan Sastra Siswa Nasional (FLS3N) tingkat kabupaten, yang mempertemukan pelajar-pelajar berbakat dari berbagai sekolah se-Jombang. Salah satu sekolah yang turut ambil bagian dalam ajang bergengsi ini adalah SMA Trensains Jombok. Dalam cabang lomba menulis cerita pendek, Gadiza Fatimah Azzahra, siswi kelas 11, berhasil mengharumkan nama sekolah dengan meraih juara 2 pada pelaksanaan lomba, pada Jumat (13/6/2025).

Sebelum mewakili SMA Trensains di tingkat kabupaten, Gadiza terlebih dahulu mengikuti seleksi internal di sekolah. Ia mendapatkan tema “Inspirasi Negeri dan Kepedulian” yang kemudian ia olah menjadi sebuah cerita yang menggugah. Dalam cerpen yang ditulisnya di babak penyisihan, Gadiza mengangkat kisah tentang seorang pemuda dari keluarga berada yang memilih untuk menjadi relawan (volunteer) di daerah yang tergolong 3T: Tertinggal, Terdepan, dan Terluar.

Baca Juga: Tulis Perjalanan LENSA, Siswi SMA Trensains Sabet Juara Cabang Jurnalistik

Tokoh utama dalam ceritanya menggambarkan perjalanan batin yang dalam, hingga pada akhirnya menemukan makna sejati dari kontribusi sosial. “Kerja di tempat yang jauh itu nggak upgrade diri ya belajar, dan mengambil makna inspirasi negeri dan kepeduliannya dengan membangun organisasi,” ungkap Gadiza saat menceritakan tokoh rekaan dalam ceritanya, (15/6).

Pada babak lomba tingkat kabupaten, Gadiza mendapatkan waktu dua jam untuk menulis cerita pendek secara langsung di lokasi lomba. Tema yang diberikan bersifat acak, dan saat itu ia mendapat tema “Merangkul Perbedaan”.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Pas dapat tema itu saya kepikiran mengangkat kisah agama Kong Hu Chu, tapi dalam juknisnya tidak boleh mengandung SARA. Akhirnya saya ambil perbedaan kasta kaum elit dan pribumi, bagaimana cara menyetarakan secara pendidikan,” jelasnya.

Pilihan tema tersebut dilatarbelakangi keinginannya untuk menulis cerita yang mampu memerdekakan bukan hanya tokoh dalam cerita, tetapi juga menggugah pembaca. Dalam cerita yang ia tulis, Gadiza menciptakan tokoh bernama Galih, seorang pemuda dari kasta bawah yang kemudian bertemu dengan seorang perempuan, temannya yang telah lebih dahulu “merdeka” dengan mendirikan sekolah untuk masyarakat kelas bawah.

Baca Juga: Pesantren Tebuireng Delegasikan Siswa-Siswi Ikuti FLS3N Tingkat Kabupaten Jombang

“Dalam tulisannya ada tokoh yang namanya Galih, kemudian bertemu dengan perempuan temannya yang sudah merdeka dengan cara buat sekolah untuk kasta bawah. Dari situ Galih ingin membuat buku untuk menunjukkan kepada kaum elit bahwa pribumi juga bisa,” tuturnya penuh semangat.

Meskipun waktu yang tersedia sangat terbatas, Gadiza berhasil menyelesaikan cerpennya dengan jumlah kata yang sesuai dengan ketentuan panitia, yakni minimal 1.000 kata. “Kesulitan yang paling sulit waktunya sih, minimal 1000 kata, kaget masih perlu beradaptasi, tapi nggak tau kemarin tuh otak saya langsung cair, idenya terus ada,” katanya sambil tersenyum.

Lomba menulis cerpen tersebut diikuti oleh 36 peserta dari berbagai sekolah. Gadiza mengaku sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari kompetisi tersebut, sekaligus mendapat kesempatan bertemu dan belajar dari peserta lain. “Seneng bisa ketemu orang hebat lainnya, bisa melihat dari orang lain yang lebih hebat membuat kita mau belajar terus belajar bukan malah minder,” ucapnya.

Baca Juga: Kisah Inspiratif ‘Lintas Suara’ SMA Trensains, Juara Film Pendek se Kabupaten

Sebagai penulis muda, Gadiza memiliki harapan besar untuk terus menekuni dunia literasi. Ia bermimpi suatu saat nanti bisa menerbitkan buku yang bisa dibaca oleh banyak orang dan menjadi karya yang abadi.

“Semoga bisa terus menulis, karna suatu tulisan itu akan bisa abadi dan mengukir karya dengan itu, dan saya pengen banget buat buku yang bisa dibaca orang banyak,” pungkasnya.



Pewarta: Albii
Editor: Rara Zarary