Ilustrasi dunia bisnis generasi Z di era digital. (sumber: jurnalpost)

Diakui atau tidak, di sebagian kalangan, aktivitas “jualan” sering kali dianggap sebagai “pekerjaan sampingan” atau bahkan pilihan terakhir ketika seseorang tidak berhasil mendapatkan pekerjaan “resmi”. Anak muda yang jualan di pinggir jalan, buka lapak online, atau keliling bawa dagangan sering dipandang dengan tatapan kasihan seolah mereka sedang tidak baik-baik saja. Tapi sekarang, zaman sudah berubah. Gen Z datang dengan semangat baru, membawa dagangannya bukan dengan malu, tapi dengan bangga.

Di era digital ini, jualan justru jadi tren keren. Munculnya platform seperti Instagram, TikTok Shop, WhatsApp Business, Shopee, dan Tokopedia membuat siapa pun tanpa harus punya toko fisik bisa memulai usaha hanya dengan modal ponsel dan kuota internet. Ini bukan hal sepele. Ini adalah revolusi ekonomi mikro yang sedang digerakkan oleh anak-anak muda.

Generasi Z adalah generasi yang tumbuh di tengah derasnya arus teknologi, sosial media, dan tren “self branding”. Mereka terbiasa melihat influencer mempromosikan produk, konten kreator jualan sambil live, dan teman sebaya mereka membuat usaha kecil-kecilan. Semua ini secara tidak langsung menciptakan iklim yang subur bagi semangat kewirausahaan. Kalau dulu jualan identik dengan ibu-ibu rumah tangga atau bapak-bapak pensiunan, sekarang anak SMA, mahasiswa, bahkan santri pun sudah mulai mencoba peruntungan di dunia dagang.

Coba lihat akun-akun TikTok milik anak muda: banyak yang memanfaatkan platform tersebut bukan hanya untuk hiburan, tapi juga untuk jualan makanan ringan, skincare, thrift fashion, alat tulis lucu, hingga karya digital. Tidak sedikit pula Gen Z yang mem-branding dirinya sebagai “founder” dari usaha kecil yang dirintis sendiri, seperti minuman kekinian, camilan pedas, sampai perlengkapan ibadah.

Dari sini, muncul pertanyaan penting: kalau jualan sudah jadi tren dan bahkan membuka peluang sukses, kenapa masih ada yang malu? Masalahnya kadang bukan karena tak bisa jualan, tapi karena gengsi. Masih banyak Gen Z yang merasa tidak percaya diri saat memasarkan produknya sendiri, entah karena takut dianggap cari uang dengan cara “rendahan”, atau takut dibilang “butuh banget” padahal jualan seharusnya dilihat sebagai bentuk kemandirian, bukan keputusasaan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Baca Juga: Tantangan Besar yang Harus Dihadapi Generasi Z

Padahal, tak sedikit tokoh sukses yang memulai semuanya dari jualan. Rasulullah Saw., pun dulu memiliki aktivitas berdagang sebelum diangkat menjadi Nabi. Bahkan Nabi Muhammad dikenal sebagai pedagang yang jujur dan terpercaya. Artinya, profesi berdagang bukan hanya mulia, tapi juga bisa menjadi jalan keberkahan.

Banyak juga pengusaha besar Indonesia yang dulunya hanya berjualan dari rumah ke rumah. Tokoh seperti Bob Sadino, yang memulai usahanya dari menjual telur ayam negeri keliling, atau Chairul Tanjung yang dulunya hanya berjualan buku stensil di kampus, adalah contoh nyata bahwa jualan bukan tanda kemiskinan, tapi tanda keberanian.

Gen Z hidup di tengah zaman yang serba mahal dan cepat. Harga kebutuhan meningkat, tapi lapangan kerja terbatas. Banyak lulusan universitas yang belum tentu langsung mendapat pekerjaan sesuai harapan. Maka jualan menjadi solusi cepat, bahkan sejak masih duduk di bangku sekolah atau kuliah.

Dengan jualan, Gen Z bisa belajar banyak hal sekaligus: mengelola keuangan, memahami karakter konsumen, belajar promosi, hingga meningkatkan rasa percaya diri. Uang hasil jualan bisa digunakan untuk kebutuhan pribadi, membantu orang tua, bahkan untuk ditabung atau diinvestasikan.

Apalagi dengan munculnya konsep “self reward” beli barang kesukaan setelah lelah bekerja atau belajar jualan jadi salah satu cara sehat untuk memenuhi kebutuhan tanpa harus mengandalkan uang orang tua. Jadi, daripada konsumtif terus, kenapa tidak sekalian jadi produktif?

Bagi sebagian Gen Z, rasa malu untuk memulai jualan kadang berasal dari pikiran sendiri. Takut ditolak, takut diabaikan, takut diejek teman. Berikut ini beberapa tips agar kamu lebih percaya diri saat mulai jualan:

  1. Yakini Produkmu Duluan

Kalau kamu saja tidak yakin dengan produk yang kamu jual, orang lain akan ragu untuk membeli. Pahami kelebihan produkmu. Kalau perlu, pakai dulu produk itu dan bagikan pengalaman pribadimu.

  1. Mulai dari Lingkaran Terkecil

Jual ke teman dekat, keluarga, tetangga. Gunakan momen sosial seperti arisan, ngaji, atau nongkrong sebagai kesempatan promosi. Reaksi positif dari orang terdekat bisa menambah rasa percaya dirimu.

  1. Gunakan Media Sosial dengan Cerdas

Upload konten yang menarik, informatif, dan jujur. Jangan hanya jualan terus, selingi dengan konten lucu, cerita perjuangan, atau testimoni pembeli. Buat akun jualanmu punya karakter.

  1. Jangan Takut Ditolak

Penolakan itu biasa. Bahkan produk sebesar iPhone pun tidak semua orang suka. Yang penting, jangan menyerah. Terus belajar dan perbaiki cara promosi.

  1. Bangga dengan Prosesmu Sendiri

Jangan bandingkan dirimu dengan yang sudah punya toko besar. Ingat, setiap orang punya titik mulai masing-masing. Fokus saja pada kemajuanmu sendiri.

  1. Gabung Komunitas Jualan atau UMKM

Temukan teman sesama pejuang jualan. Mereka bisa jadi tempat curhat, saling support, bahkan saling bantu promosi.

Baca Juga: Memahami Perubahan Sosial dari Generasi Silent hingga Alpha

Kalau hari ini kamu masih malu jualan karena takut diremehkan, ingatlah: mereka yang mengejekmu sekarang, mungkin akan iri saat kamu sudah sukses. Tapi jangan jadikan itu alasan utama. Jadikan jualanmu sebagai wujud syukur dan usaha mandiri. Karena yang paling indah bukan Cuma saat kamu meraih hasil, tapi saat kamu berani memulai.

Dan kalau kamu berpikir, “Ah, jualanku kecil-kecilan, Cuma jual stiker, makanan ringan, atau baju preloved,” ingatlah: yang kamu jual bukan Cuma barang. Tapi juga semangat, kerja keras, dan cita-cita. Tak ada yang kecil dari usaha yang dikerjakan dengan hati.

Generasi Z punya potensi besar untuk menggerakkan ekonomi Indonesia dari rumah masing-masing. Tidak harus tunggu lulus, tidak harus tunggu jadi karyawan tetap. Dengan jualan, kamu sudah menjadi bos untuk dirimu sendiri.

Jadi, mulai sekarang, buang rasa malu itu. Anggap jualan bukan sebagai keterpaksaan, tapi sebagai langkah berani untuk merdeka secara finansial dan mental. Karena siapa pun bisa jualan, tapi tidak semua orang punya nyali untuk memulainya. Dan kamu, yang memilih untuk mulai jualan di usia muda kamu sedang membangun masa depanmu sendiri.



Penulis: Albii
Editor: Rara Zarary