sumber ilustrasi: exlporer.com

Bolehkah Jihad Melawan dan Mengambil Alih Pemerintahan? (Kajian Tafsir QS. Yusuf  [12]: 55; QS. An-Nur [24]: 55)

قَالَ اجْعَلْنِيْ عَلٰى خَزَاۤىِٕنِ الْاَرْضِۚ اِنِّيْ حَفِيْظٌ عَلِيْمٌ

Artinya; Dia (Yusuf ) menerima tawaran raja, lalu dia berkata, “Jadikanlah aku sebagai bendaharawan negeri Mesir ini; karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga amanat dan berpengetahuan luas tentang kebendaharaan. (QS. Yusuf · Ayat 55)

Kajian Tafsir

  1. Tafsir Al-Munir: Ayat ini menjelaskan tentang bagaimana taktik politik dari Nabi Yusuf guna menguasai sebuah negara. Hal yang pertama beliau lakukan adalah menjadi menteri pada masa Raja Rayyan bin Al-Walid. Dialah raja yang meminta Nabi Yusuf dari al-Aziz untuk menjadi bendahara negara. Kemudian Nabi Yusuf berkata, “jadikanlah aku sebagai bendahara negara yang menguasai ahram (hasil bumi)-, agar perekonomian negara tetap seimbang saat subur dan paceklik. Agar aku dapat menyelamatkan negara dari kelaparan yang mengancam penduduknya berdasarkan mimpi yang telah Anda lihat. Aku meminta jabatan ini karena aku pandai menjaga dan berpengtahuan.” Ucap Yusuf ini sebagai isyarat atas pentingnya perencanaan, peraturan ekonomi, dan keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran. (Jilid 7)
  2. Tafsir Ibn Katsir: Allah memberitahukan ihwal raja takala dia meyakini ketidakbersalahan Yusuf dan kesucian dirinya dari apa yang dituduhkan kepadanya. Sehingga raja mengetahui keutamaan, kecerdasan, kesempurnaan tubuh, dan perlilaku. Pada akhirnya ayat ini mengambarkan bagaimana sosok Nabi Yusuf menceritakan bahwa dirinya seorang bendaharawan yang jujur, memiliki pengetahuan dan kewaskitaan terhadap apa yang ditanganinya dan terhadap tahun-tahun yang akan mereka hadapi yang urusnya telah dibertitahukan kepada mereka. Maka Yusuf akan mengelola perbendaharaan bagi mereka dengan cara ekstra hati-hati, lebih bermaslahat, dan lebih lurus. Maka dikabulkanlah kemauanya itu sebagai anugrah baginya.

وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى الْاَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْۖ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِى ارْتَضٰى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ اَمْنًاۗ يَعْبُدُوْنَنِيْ لَا يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْـًٔاۗ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ 

Artinya; Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang mengerjakan kebajikan bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; Dia sungguh akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridai; dan Dia sungguh akan mengubah (keadaan) mereka setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun. Siapa yang kufur setelah (janji) tersebut, mereka itulah orang-orang fasik. (QS. An-Nur [24]: 55)

Kajian Tafsir

  1. Tafsir Al-Aisar: Syaikh  Abu Bakar Jabir al-Jazairi menjelaskan makna yang terkandung pada ayat ini adalah Allah telah menjanjikan untuk mereka menjadi penguasa yang bijaksana terhadap para penduduknya di muka bumi dan memimpin mereka sebagaimana kekuasaan yang pernah diraih oleh orang-orang sebelum mereka dari kalangan Bani Israil yang telah mengeluarkan orang-orang Kan’an dan Amaliqah dari bumi Al-Quds. Sehinhha agama Islam yang akan ditampakkan di atas seluruh agama serta akan menjaganya dari perubahan, pergatian, dan kepunahan sampai hari kiamat. (Jilid 5)

Penjelasan

Makna yang terkandung dalam pemahaman ayat itu adalah, bagaimana upaya umat muslim justru merebut suatu kekuasaan yang sedang berlangsung di suatu wilayah. Kekuasaan yang dimaksud adalah, kekuasaan yang dipimpin oleh pemimpin zalim, sebagaimana yang dahulu para ulama Indonesia merebutkan kembali kemerdekaan Bangsa Indonesia dari para penjajah.

Seperti yang dilakukan oleh Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari dalam mengeluarkan fatwa Resolusi  Jihad pada 22 Oktober 1945 untuk merebutkan kemerdekaan Republik Indonesia, yang hendak dijajah kembali oleh Belanda dengan dompleng NICA (Nitherlands Indie Civil Administration)

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dengan semangat berjihad, ribuan muslimin tanpa kenal takut bertempur melawan tentara Belanda dan Inggris di Surabaya pada 10 November 1945. Tanggal itu lalu ditetapkan sebagai Hari Pahlawan. Pertempuran melawan Belanda dan Inggris itulah satu-satunya jihad fisik (berperang) yang pernah difatwakan oleh jumhur ulama Indonesia.

Dengan semangat berjihad, ribuan muslimin tanpa kenal takut bertempur melawan tentara Belanda dan Inggris di Surabaya pada 10 November 1945. Tanggal itu lalu ditetapkan sebagai Hari Pahlawan. Pertempuran melawan Belanda dan Inggris itulah satu-satunya jihad fisik (berperang) yang pernah difatwakan oleh jumhur ulama Indonesia.

Jauh dari fatwa resolusi jihad, sebenarnya KH. Muhammad. Hasyim Asy’ari terlebih dahulu telah memberikan semangat jihad kepada santri-santrinya melalui pendekatan Hadis Nabi Muhammad SAW. Menurut Dr. Muhammad Anang Firdaus, dalam artikel yang ia tulis di media Alif.id bahwasanya Hadis yang digunakan oleh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari untuk menanamkan semangat jihad kepada para santrinya, berbunyi;

وَفِي الْحَدِيثِ: “رَأْسُ الأَمْرِ: الإِسْلامِ، وَعَمُودُهُ: الصَّلاةُ، وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ: الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ الله

 Artinya: “Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, puncaknya yang tertinggi adalah jihad.”

KH. Muhammad Hasyim Asy’ari mencoba untuk menjelaskan kepada santrinya betapa pentingnya arti jihad di dalam menegakkan dan mempertahankan agama Islam. Hadis ini menjadi salah satu landasan mengapa kaum santri diharuskan jihad untuk meraih kemerdekaan Indonesia.

Konsep perjuangan yang diajarkan KH. Muhammad. Hasyim Asy’ari tidak pernah tercabut dari akar keislaman yang kokoh. Spirit yang diusung adalah spirit yang berorientasi nubuwah. KH. Hasyim Asy’ari membangun fondasi perjuangan secara doktrin dengan menjadikan perjuangan Nabi Muhammad menjadi role modelnya. KH. Muhammad. Hasyim Asy’ari memberikan pemahaman kepada para santri-santrinya bahwa perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia adalah bagian dari bentuk meneladani perjuangan Nabi Muhammad saat ingin menaklukkan kota Makkah.



Penulis: Dimas Setyawan (Santri Tebuireng dan Mahasiswa UIN Sunan Ampel)