
Hujan yang Jatuh di Matamu
Aku pernah menjadi angin
mengembara di senyap malam
menyusup di sela doamu yang retak
kutemui dirimu di antara rinai
mata basahmu mengalirkan musim
dan namaku kau selipkan dalam diam
kau tahu
aku bukan pahlawan
bukan langit yang sanggup memeluk seluruh luka
tapi aku duduk di pelataran rindumu
menunggu waktu memaafkan jarak
hingga suatu sore
kau memilih pergi tanpa suara
meninggalkan aroma tubuhmu
di bantal yang tak lagi kupeluk
Segenggam Kenangan
kau berjalan pelan di ingatanku
seperti cahaya senja yang enggan padam
aku menyebutmu dalam bisik
tak lagi sebagai milik
tapi sebagai perih yang kupelajari
kau dan aku
dua bait puisi yang kehilangan sajak
berpapasan di antara janji
tapi tak pernah saling tiba
aku masih menyimpan tawa kita
dalam kotak berdebu
bersama surat yang tak sempat kukirim
tentang cinta yang ingin tinggal
namun tak punya rumah untuk pulang
Di antara Waktu Tanpamu
Malam ini langit kehilangan bintangnya
dan aku kehilangan kamu
yang dulu mengisi waktu seperti napas
membuat sepi terasa hidup
kita pernah mengeja hari
dengan tangan saling menggenggam
tapi tak pernah siap
untuk melepaskan satu demi satu jemari
kau pergi membawa seluruh musim
meninggalkanku menua dengan pertanyaan
apakah cinta harus selalu kalah
oleh waktu yang tak mau menunggu
di akhir cerita
aku adalah puing
kau adalah reruntuhan
dan cinta
adalah reruntuhan yang tak ingin dibangun kembali
Penulis: Ayu Amalia
Editor: Rara Zarary