Ilustrasi perang candu (source: ist)

Oleh: Umu Salamah*

Dinasti Qing atau Dinasti Manchu adalah dinasti kekaisaran terakhir di China yang kekuasaannya berlangsung antara 1644 hingga 1912 masehi. Selama hampir tiga abad berkuasa, Dinasti Qing menjelma menjadi kekaisaran terbesar keempat dalam sejarah dunia. Dikenal di barat dengan kekaisaran yang sulit diruntuhkan karena memiliki tentara yang hebat dan tangguh. Pada 1912, populasinya mencapai 432 juta jiwa dan menjadi negara terpadat di dunia.

Tak banyak yang tahu, alasan keruntuhan Dinasti Qing. Banyak yang beranggapan bahwa runtuhnya Dinasti Qing terjadi begitu alami akibat kalah dalam medan pertempuran melawan pasukan Inggris, yang disebut-sebut sebagai “perang candu” atau “perang opium”.

Di mulai pada Abad ke-19 yang menjadi periode konfrontasi militer antara China dan dunia Barat, diawali dengan Perang Candu pada 1840. Perang tersebut dipicu oleh aksi pedagang Inggris yang diam-diam tetap memasarkan opium ke China. Padahal, Dinasti Qing tengah berupaya untuk mengatasi krisis kecanduan di negerinya. Dalam pertempuran tersebut, China kalah melawan Inggris hingga menimbulkan kekecewaan di kalangan orang-orang Han terhadap bangsa Manchu. Akibat kalah dalam negosiasi pula, China terpaksa menyerahkan Hong Kong kepada Inggris dan membuka pelabuhan-pelabuhannya untuk bangsa Barat.

Dari cerita di atas, timbul pertanyaan, “Benarkah aksi pedagang Inggris yang memasarkan opium ke China murni urusan bisnis semata?” Tentu tidak sesimple itu. Banyak yang menduga bahwa Barat telah lama mempelajari kelemahan di tubuh pasukan kekaisaran Qing. Sehingga mereka merancang ide untuk membuat tentara-tentara tersebut kehilangan kekuatannya, yaitu melalui “candu”. Oleh karenanya mereka memasarkan opium ke China dengan harga yang murah meriah, bahkan ada yang digratiskan untuk dikonsumsi tentara.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sesuai prediksi Barat, tentara-tentara China menjadi sakau, gelisah, hilang focus, sulit berkonsentrasi, kerap berhalusinasi, dan melemah tubuhya tak mampu angkat senjata sebab daya ketergantungan terhadap opium. Hingga tidak ada cara lain yang bias ditempuh untuk tetap kuat kecuali dengan mengkonsumsi opium secara terus menerus. Puncaknya ketika perang di mulai, Barat mulai menghentikan supplay opium ke para tentara China, dengan tujuan melemahkan tentara-tentara tersebut hingga mereka tidak berdaya menghadapi Barat.

Jika kita mengambil ibrah dari perang candu di atas, maka “candu” digunakan Barat sebagai alat perang untuk membasmi musuh-musuhnya. “Candu” apapun jenisnya, bukanlah maksiat biasa, namun maksiat yang terstruktur dan massif, sehingga kita harus totalitas dalam melawanya.

Ketika seseorang sudah tidak memiliki kendali untuk berhenti melakukan, mengambil, atau menggunakan sesuatu bahkan ketika hal tersebut sudah membahayakan diri sendiri, maka orang tersebut sudah kecanduan.

Di masyarakat kita, banyak contoh-contoh “candu” yang sudah mewabah, memprihatinkan dan perlu segera diatasi, seperti;

(1) Judi, kita tahu bahwa mereka yang kecanduan judi sulit melepaskan diri dari jeratan judi. Terlebih sekarang akses judi menjadi semakin mudah dengan adanya judi online. Fenomena di masyarakat sudah menjawab betapa berbahayanya judi hingga menyebabkan maraknya kasus perceraian, pembunuhan, bunuh diri, dan hal-hal yang tidak diinginkan lainnya.

(2) Narkotika, segala jenis narkoba dinyatakan berbahaya bagi tubuh. Orang yang sudah kecanduan narkoba akan merusak kesehatan mental dan fisik atau bahkan keselamatan dirinya sendiri.

(3) Minuman beralkohol, sebelas dua belas dengan pecandu narkoba, pecandu alcohol juga akan mengalami gangguan pada akal dan mental. Sehingga tanpa sadar ia melakukan kejahatan-kejahatan lain seperti membunuh atau memperkosa.

(4) Pornografi, tak banyak yang sadar ternyata pornografi mengandung efek candu yang berbahaya bagi otak. Akibat kecanduan pornografi, banyak remaja melakukan perzinahan dengan alasan penasaran. Nauzubillah.

(5) Gadget, mungkin tidak separah efek candu yang lain. Namun kita perlu waspada pada candu yang satu ini. Meskipun di satu sisi memberikan dampak positif, gadget juga memiliki beberapa dampak negative yang tidak kalah berbahaya. Jika sudah kecanduan, maka fisik, otak, dan mental peggunanya mungkin saja terganggu.



*Alumni PPP. Al-Anwar Sarang.